penting lah...VanzMatic wrote:
Contohnya, yang masih punya Daihatsu Zebra, Suzuki Carry, Carry Extra, notabene fitur safety nol, tanpa bonnet, masih selamat juga...
Mungkin karena mereka tau kalau kaki jadi bemper, ngga terlalu macam macam lah nyupirnya.
Artinya, mereka mereka ini sudah mengkarakterkan diri mereka sendiri, safety BUKAN dari fitur mobil, tapi dari ETIKA nyetir di jalan. Mereka udah ngerti, lari segini, mobil goyang dombret, nikung segini, mobil udah limbung, jadi ngga overpede yang berujung pada maut.
![]()
Kalo menurutku sih, selama penegakan hokum masih TIDAK JALAN di Indonesia, waste my money untuk beli mobil dengan fitur safety segambreng.
Fitur safety itu bekerja pada BATAS kecepatan tertentu.
Apakah crash test, side crash dan rolling test dilakukan pada kecepatan 100km/jam lebih? TIDAK.
Uji tabrak, tabrakan samping dan uji penggulingan kendaraan dilakukan pada kecepatan 64 km/jam (ASEAN NCAP dan Australia NCAP).
Kenyataannya:
Berapa rata2 orang melajukan kendaraan di jalan dalkot, tol dan lukot?
Realistis aja, dan mengakulah.
Ada Penegakan Hukum saat pelanggaran kecepatan?
So, kalau kecelakaan terjadi saat kendaraan dipacu 170 km/jam, langsung percuma semua itu perangkat safety yang ada. Semua langsung bubar jalan. Dan jangan lantas cengeng mewek2 nyalahin pabrikan bikin mobil nda becus, malah remek jadi krupuk.
Kecuali kalo mobil Anda dilengkapi tambahan rollbar pada sekujur interior mobil sesuai regulasi FIA, baik dari spesifikasi teknis rollbar sampai regulasi pemasangan, dan Anda pakai helm di dalam mobil, bolehlah sedikit tenang melaju melanggar batas kecepatan menuju sirkuit tempat Anda bertanding.
contoh nyata tuh mobilnya si dul...lari 170++...selamet kan 2 orang yg di dalemnya...
lah itu grenmek nya yg ketabrak...korban berapa tuh...padahal saat grenmek tertabrak secara logika kecepatan si lancer udah berkurang gara2 nabrak pembatas jalan...