

kalo soal saling membantah mah, justru ketika ada yg tidak sepakat dg argumen kita, disitulah fungsinya tukar pikiran, asal jangan sampai tukar kolor aja, apalagi tukar kolor sang ratu yg warnanya beige padahal aslinya putih

btt, kalo buat ane sih bukan soal setuju atau tidak setuju ttg LCGC. aktivitas ane jg ga ada kaitannya sama sekali dg dunia otomotif, dan ane melihat LCGC itu "hanya" sekedar varian dalam kelas harga mobil baru. Berarti skr, ada pilihan mobil baru dari harga dibawah 100 jt sampai diatas 1 milyar, soal siapa membeli apa, itu kembali pada kantong semar err.. kantong duit masing2. Tapi ane tertarik untuk ikut komen karena argumentasi penolakan thdp LCGC nya yg menurut ane agak aneh dan cenderung diskriminatif.
kalo menurut ane, kemacetan terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi mobil dg pemusnahan mobil. kenapa mobil bekas tetap jadi pilihan? karena harga mobil baru terlalu mahal.
Ketidaksetujuan ane justru terletak pada diskriminasi thd mobil LCGC. kenapa hal2 yg diakibatkan (juga) oleh jenis mobil lain harus ditimpakan pada si LCGC?
1. Penyebab kemacetan; hitung aja di jalan banyakan mana mobil LCGC dan non LCGC?
2. Beban subsidi BBM; semua kendaraan pribadi jg membebani subsidi BBM, apalagi yg ber-cc besar.
3. lahirnya Dul2 baru; Faktor alayers itu bukan semata2 faktor ekonomi, tapi memang faktor usia pra-remaja dan remaja yg labil. Justru anak remaja yg "dimanja" dg fasilitas mobil, kemungkinan besar orang tuanya termasuk orang yg mampu membeli lebih dari 1 mobil. Dan kesalahan seperti itu tidak bisa ditimpakan pada jenis mobilnya, tapi mengapa ada orang tua yg memfasilitasi anaknya oleh sesuatu yg belum waktunya?
justru itu mod, kita semua tahu mobil LCGC yg ada skr, mobil yg basisnya 11-12 dg "kakak kelas"nya si city car. kalau diskusi ini mau diarahkan pada "siapa penyebab kemacetan jakarta", adil ga kalau panah mengarah ke si LCGC? dari karakternya saja kita sudah tahu, mobil seperti itu memang untuk jalanan perkotaan. logikanya, "habitatnya" LCGC memang di situ kan? Tapi kita lihat skr di jkt, mobil berukuran jumbo dg penggerak roda 4x4 macam LC bisa kita temui juga disana kan? Jadi sebetulnya mobil yg tidak hidup di habitat nya itu mobil apa?Nightster Guy wrote: Soal LGLC.. Skedar tambahan suara tanpa masuk ke pusaran utama topik..
Ane liat di sini jd ada dikotomi antar setuju vs gak setuju (terhadak policy ini), antara LGLC vs non, antara daerah/luar Jawa vs Jawa.
Menarik, yg trakir.
Kebetulan skarang lg di daerah. Sepengamatan ane, LGLC slama msh berbasis mobil kecil ber GC minim gitu, gak ngaruh woeeeeeeey di daerah Indo Timur. Gak da gaungnya.
Brapa? 90 jt? Sampe 120an juta? BAH. Tetep pasar daerah (agak) tertinggal kayak kami di Indo Timur ini, gak bakal beli mobil gituan laaaaaah mending beli AvXen or Ipah sekenan. Yg GC tinggi bs diajak berkubang. People carrier.
Jalan brantakan, cm bagus di kotanya aja. Bah. Jd yg ribut pro dan kontra plus masyarakat yg antusias merindukan LGLC berbodi imut cebol gitu IMHO ya cm masyarakat di Jawa skitarnya deh.
Skedar 'suara dr daerah' yg bener2 'daerah'.

Tapi tentu saya tidak mau diskusi ini mengarah pada menuangkan pendapat yg sifatnya egosentris semacam itu. Tapi jika penolakan thd LCGC itu dg alasan2 yg dipaparkan diatas, ya ujung2nya bakal keluar sindiran2 seperti yg ane utarakan (ane cuma nyindir loh itu, tapi memang bener kan, sebenarnya yg paling berkontribusi pada kemacetan dll, justru mobil yg tidak berlabel LCGC?

Jadi ttp sih kalo buat ane, kuncinya bukan pada setuju atau tidak pada proyek LCGC. LCGC atau non LCGC, sama2 "masalah" kok. Jika memungkinkan mengusir semua produsen mobil-motor dari indonesia, ane pilih opsi itu, dg catatan transportasi massal menjangkau semua sudut kota.
Tapi jika tidak mungkin, ane lebih berharap pajak semua mobil baru dibikin rendah, tapi pajak mobil semakin berumur semakin mahal, dan ketika mencapai usia tertentu, harus masuk junkyard.

kali ini ane tidak sepakat dg jenderal oot.madcat015 wrote:Beban sosial nya itu bro ricz... macet, kecelakaan, konsumsi bbm, lahan parkir, dst...
Memang ekonomi akan meningkat, mobil ga hanya urusan spareparts dan bahan bakar, tapi mulai asuransi, tempat cuci mobil, drive through, aksesoris, audio, sampe tempat berendem juga akan menangguk untuk...
Yah, harus nya dan seharusnya dipertimbangkan plus minus LCGC... terutama beban sosial nya. Jangan ekonomi mulu...
Sejauh otak kucing ane pikir tentang LCGC:
Semakin mendidik Indonesia menjadi negara berbasis konsumsi, bukan berbasis produksi/kreatif/bisnis/jasa.
Sekali konsumsi menurun, dampaknya cukup terasa lho... di atas kertas terlihat baik... secara mikro dan riil bakalan berbeda...
Cmiiw...
Just my two whiskers though...

Tanpa bermaksud mempertakut, tapi jika sang jenderal tetap melawan, ane mengancam melakukan kudeta. Kontropersi kemacetan terjadi karena ada kucing membawa kapal induk yg membuat pengguna jalan lain merasa ada konspirasi untuk membuat jalan terasa lebih sesak.
*angkat senjata*
