Contoh di Cina, mereka memprioritaskan start industri otomotifnya untuk mempercepat akselerasi industri pertanian rakyat. Yang mereka bikin awal2 adalah mobil pikup a la Carry 1000 mata belo dan motor gerobak beroda tiga, trus non sektor otomotif adlaah hand tractor, dkk.. Supaya apa? Supaya para petani bisa semakin cepat dan mudah mengolah lahan dan memanen pertanian, dan mendistribusikan hasil pertanian ke pemasok2 di sekitar wilayah mereka, untuk kemudian dipasok ke seluruh penjuru RRC.zweifellos wrote:nah itu kan di malaysia yang penduduknya tak sebanyak indonesia. bagaimana dengan negara2 yang mirip indonesia dalam hal jumlah penduduk yang banyak (pasar yang potensial) seperti india, cina dll. tentulah ada 'resep' yang mereka pakai di sana yang mungkin bisa dipakai juga di indonesia, bisa juga tidak. kebijakan² mendukung industri otomotif nasional bisa juga dalam bentuk lain selain subsidi meskipun ujung2nya kalo dikaitkan tetap bisa dinamakan subsidi seperti keringanan pajak (sampai batasan parameter tertentu ntah penjualan, omset dll).
kalo saya pribadi sih mendukung industri2 otomotif yang lain yang mengejar pasar-pasar lokal (daerah) atau kalangan2 tertentu seperti pengangkut barang2 pasar, angkuatan di kota-kota kecil dll. intinya, main di kecil-kecilan dulu, jangan langsung pengen cepat-cepat main di level nasional yang udah sangat banyak pemain-pemain pro dan sangat berpengalaman. gitupun yang kaya esemka tetap didukung asal tetap jujur dalam hal pengkuan akan hasil cipta produk itu. buat saya, tak masalah mencontek, menjiplak bulat-bulat karya (elemen-elemen dari sebuah produk otomotif) bangsa lain selama itu memang dibuat sendiri.
Makanya, di China, IMHO nih, yang banyak mereka buat pada awalnya ya pikup, Truk, motor roda tiga. Walaupun pada awalnya hasil crash test mereka bener2 failed alias membunuh penumpangnya, mereka jalan terus. Kalo baru dicela segitu aja trus ngambek, kapan mau ngeriset untuk memperbaiki kualitas keamanan kendr mereka? Lagipula, menurut yang pernah saya baca, regulasi batas kecepatan maksimal di kota Beijing adalah 30kpj. Dan jalan2 gang disana juga jutaan banyaknya. Maka, butuh kendr yang simpel, tanpa bonnet, tapi daya muat besar.
IMHO, lebih tepat kalau arah mobnas ini ke arah pikup / kendaraan niaga aja dulu, plus sepeda motor, kan katanya udh ada anak SMK berhasil membuat sendiri motor. Ini jauh lebih kena sasaran, dibanding membuat SUV duluan.
Istilah kata, biarkan pemain besar menikmati dulu porsi MPV dan SUV mereka, kita ambil porsi kecil yang mulai ditinggal produsen2 kendr niaga.
Kalau kendr niaga Suzuki dijual dengan harga minimal 80 juta, harusnya bikinan Esemka jangan lebih dari 60 juta. Kalau engga, daya saingnya ya amblas aja..!
Cmiiw..
