bejosupangat wrote: Tue Jun 17, 2025 4:27
Dealer mobil itu khan franchise.
Ya kalau franchisor nya masih guyur franchisee dengan financial support / fixed-variable margins / incentives / credit line yang besar untuk wholesale banyak ya mereka akan stay, wong tinggal dagang saja.
Permasalahannya selama ini Honda PM as franchisor masih bisa "guyur" franchisee karena margin yang masih signifikan dari profit-generating models (baca: C-segment & above). Lha post C-19 mana mereka jualan C-segment & above? Jualannya cuma A & B-segment yang margin nya setipis kulit bawang, bahkan at most cases must sell at a loss. Automobile distributorship (like HPM, TAM, Eurok...) itu khan KPI nya dari zaman bahola selalu (1) profit (2) volume (3) market share, diikuti dengan KPI penggembira lain macam brand lah, cust. satisfaction lah, employee engagement lah.
KPI 2 & 3 itu sangat tergantung pada domestic economy growth, sedangkan ke KPI 1 solely because of guts/judi/daredevil/gacoan nya internal franchisor untuk banyak2an jualan profit-generating models.
Them executives at franchisor (read jepang) mana mungkin berani ke kampung bawa laporan ke boss gede dengan rapot merah di semua main KPIs, gena gampar yang ada. Minimal kalau 2 pelajaran nilainya kebakaran, 1 nilainya hitam. Itulah yang terjadi di HPM, KPI profit modar, tapi dibungkus dengan KPI volume & KPI market share yang (masih) hitam thanks to A & B-segments. Atau dengan kata lain, jualan banyak tapi bo cuan.
Ya karena bo cuan ya gimana mau "guyur" (baca: memanjakan) franchisee nya. Market (udah) gak (sanggup) beli C-segment above ya franchisee ogah wholesale C-segment above, maunya wholesale Brio doang. Ya gak ada duitnya lah wong HPM and any other distributorship / franchisor hidupnya dari wholesales.
Masih bisa gajian saja masih untung. Apalagi Honda ini khan revenue stream nya memang mainly dari jualan mobil domestic Indonesia saja (tidak export, kalaupun ada on a very insignificant volume).
Lha franchisee khan (technically) orang kaya, lebih kaya dari executives HPM, punya tanah, punya toko, punya (akses ngutang) dana di bank, dll. Lha ya mereka bisa sesuka hati dong pilih franchise apa yang nguntungin mereka. Saat ini yang lagi getol guyur2 ya Zhonghuans – yang ini memang lagi “agak-royal-banget” because of gov’t chipping into the pot also. Also, them zhonghuans kadang tidak nuntut banyak hal aneh2 (re: branding standards, corp. identity, dll barang mahal yang urusannya branding) – lu yang penting ada toko hayuk boleh jualan langsung, dapet instant credit limit buat wholesale stock 3 bulan (kadang malah zero upfront – khas dagang nya orang Cina yang punya toko distributor, kalo udah kenal sama pedagang ecerannya – read: reputable, lu boleh ambil barang dulu aja bayar nanti). Makanya lagi rame soal zhonghuans slashing their MSRP, ya franchisee nya gak rugi wong gue gak keluar duit (banyak) buat belanja stock – yang nanggung loss khan si franchisor (baca: pemerintah negaranya), paling banter gue digampar sama customer yang udah beli full-price, ini mah pasang muka tebal saja sudah beres.
Berapa banyak sih franchisee yang punya pola pikir "pejah gesang nderek honda (or any other legacy brands)" apalagi kebanyakan sudah turun ke 2nd gen / 3rd gen owners, lha mana ada yang peduli wong kebanyakan nyetir manual aja gak bisa boro2 bongkar / utak atik mobil. Romansa masa lalu ya hanya yang 1st gen owners dan semuanya sudah jadi "chair-man" alias duduk saja di kursi itung2 disambi nulis wasiat biar minimal gak pada ribut begitu nanti saatnya tiba untuk berubah wujud.
Jangan kira ini cuma terjadi di Honda saja, ada banyak juga kok dealer Toyota tutup, Daihatsu tutup, Mitsubishi tutup, Nissan tutup, Hyundai tutup, Mercs tutup, BMW tutup, VW tutup, Stellantis tutup, ganti sama Zhonghuans I cannot event pronounce the name correctly. Dan ini juga terjadi di hampir semua market di dunia (except maybe US & Canada, for now at least).
Profit-generating models itu tidak serta-merta yang mahal2 doang. Most profit came from models which are: (a) expensive / premium (b) very-very old platform still being used a.k.a zombie (c) cheap-locally R&D / cheap-3rd party R&D,
Toyota (masih) hidup karena ada A dan C (baca daihatsu).
Daihatsu (masih) hidup karena jadi C nya Toyota.
Mitsubishi (masih) hidup karena B (baca elsapek & umplung)
Mazda distributorship (masih) hidup karena A.
Dan sebagainya.
Honda? Ya sekarang ini Cuma hidup dari C.
Untuk bisa kembali ke kejayaan Honda dengan Cuma ngandelin C, ya kue A segment harus jadi punya honda semua, gak boleh ada aiyaaa sigra yalla yalla nya hasil karya si modiste nya Toyota masih jualan. Mana mungkin?
Honestly, kalau honda masih berpikir their current & future customers care about cars, driving dynamics, kebut-kebutan, ya semoga selamat di kehidupan berikutnya.
Sad truth but face it we’re dinosaurs; we’re about to extinct. Our children, grandchildren, next gens they don’t (won’t) give a sheet about cars. ☹