Setibanya di bandara, supir rental sudah menunggu saya dan langsung menyerahkan kunci Grand New Avanza E A/T kelahiran Mei 2017 dengan odometer yang menunjukkan jarak tempuh +/- 11.000 km, selebihnya saya sebut GNA ya. Sekilas saya langsung underestimate, karena jujur saja, saya termasuk orang yang sangat tidak suka dengan keluarga Avanza Xenia (efek pernah mengendarai beberapa tipe di generasi awal...yang 1000 cc bikin trauma). Belum jalan saya sudah ragu, akan seperti apa rasa mesin 1300 cc yang dipadu dengan transmisi otomatis.
Tujuan saya adalah ke arah utara, ke sebuah tempat bernama Rantaupulung, lebih kurang 40 km lagi dari Sangatta. Balikpapan ke Sangatta lebih kurang 280 km. Dan dimulailah proses perkenalan saya dengan si GNA.
Setelah bersusah payah menemukan posisi duduk yang pas saya mulai adaptasi dengan transmisi otomatisnya yang menurut saya cukup smooth tapi ya nggak cerdas cerdas banget, saat deselerasi sering terjadi seperti dia kebingungan memilih posisi gigi. Tapi hal ini tidak terlalu mengganggu, saya bisa memaklumi kinerja transmisi otomatis 4 speed konvensional.
Kabin lumayan senyap dan suara mesin halus cukup membuat saya kaget, karena GNA yang saya kemudikan adalah trim terendah. Suspensi menurut saya juga jauh lebih nyaman ketimbang pendahulunya (tapi di jalan berkelok jangan kencang kencang ya...olengnya lumayan terasa).
Ulasan saya soal kabin senyap, mesin halus dan suspensi nyaman ini bisa jadi terlalu subjektif ya, mohon dimaklumi karena 18 tahun terakhir saya hanya punya satu mobil, yaitu Daihatsu Taft. Kelamaan naik Taft bisa jadi membuat saya merasa nyaman naik mobil apa saja...hahahahaha!
Di dalam kota, performa mesin saya rasakan cukup dan saya tidak merasakan kesan lemot seperti yang dikatakan banyak orang. Justru di perjalanan dari Balikpapan - Samarinda - Sangatta - Rantaupulung saya bisa merasakan performa total mesin si GNA. Saya termasuk orang yang tega untuk melakukan kickdown dan tidak malas memindahkan shifter matic jika memang diperlukan, alhasil mendahului kendaraan di depan bisa dilakukan dengan mudah, bahkan di tanjakan curam dan panjang saya bisa memaksa si GNA membuntuti D-Cab yang rata rata bermesin diesel turbo 2500 cc. Sama sekali tidak buruk untuk mesin 1300 cc dengan transmisi otomatis.
Ruas jalan Sangatta - Rantaupulung lagi lagi membuktikan kalau ground clearance GNA cukup baik, karena beberapa kali saya dihadapkan dengan jalanan yang lubangnya cukup dalam. Dengan menempatkan ban di tempat yang tepat, lubang besar dan dalam tadi sama sekali tidak jadi masalah.
GNA E A/T ini buat saya sudah lebih dari cukup, AC dingin, audio level cukup untuk menemani perjalanan, sudah ada fitur standar macam central lock, power window dan fitur safety seperti airbag dan ABS.
Bagasi luas plus leg room second row yang lumayan lega membuat saya diam diam mulai semakin suka dengan si GNA. Btw jok baris ketiganya sangat tidak layak untuk orang dewasa ya, saya sempat merasakan duduk di baris ketiga selama satu jam (tinggi saya 170 cm) dan saya sangat tersiksa.
Akhir kata menyewa GNA E A/T selama 13 hari dengan total jarak tempuh +/- 1240 km melalui medan jalan yang bervariasi (jalan sana jalan sini...mampir sana mampir sini), membuat saya memilih GNA untuk mobil saya yang berikutnya (lumayan juga bisa icip icip "test drive" selama dan sejauh itu).
Kemudian berawal dari terjualnya Daihatsu Taft saya di akhir September 2017, di awal Oktober 2017 saya memesan GNA G A/T. Kenapa G? Bukan karena saya suka lis krom ya...hahaha...tapi fitur immobilizer saya pikir penting untuk mobil sejuta umat satu ini.
Kesimpulan:
Mobil GNA E A/T ini cocok untuk yang membutuhkan kendaraan operasional yang praktis, irit dalam konsumsi BBM, dan tidak melelahkan untuk dipakai harian karena sudah matic. Untuk saya pribadi, salah satu faktor yang membuat saya suka adalah mobil ini masih RWD.
Sekian ulasan saya tentang GNA E A/T, semoga berkenan.









