Kali ini ane akan me-review sebuah... mobil murah (?). Yaa sudah banyak review nya di SM ini...
Kebetulan ada sebuah Ayla berwarna merah yang lagi dititipin ke ane... Ya udah... ane coba aja. Udah seizin yang punya dengan janji ane ngisiin bensinnya

Dan ane ingin berbagi pengalaman menggunakan Ayla ini untuk muter-muter kota Surabaya...
===================
Well mungkin soal definisi LCGC yang salah kaprah dan salah sasaran disini sudah sering dibahas... Terutama dibahas secara in-depth oleh mod AD74YA di thread "Liga LCGC"
viewtopic.php?t=20811
Saya nggak akan membahas secara hurufiah... Karena saya setuju 1000% dengan definisi mod AD74YA soal green... Tapi satu yang saya sesalkan : label LCGC ini secara tidak langsung membuat para penggunanya merasa mereka menggunakan mobil yang "green".

Jadi ceritanya sempat ada pengalaman saya bepergian dengan dua orang pengguna mobil kembar identik ini... Lalu mereka mendiskusikan BBM yang mereka pakai...
"Bro lu isi apa nih mobil lu?"
"Pake 92 bro"
"jangan pake 88 atau 90 loh bro, gua takut ini mobil murah nanti kenapa-napa mesinnya"
"Iya lah apalagi mobil green begini jangan deh"
....dan membuat ane sebagai pengguna sedan Honda 1.800cc yang udah lepas katalis merasa berdosa dengan lingkungan dengan konsumsi BBM yang "cuma" 1 : 10 maks sedangkan mereka bisa mencetak 1 : 16-17 dengan gampangnya

Tapi ane gak mau memulai dengan sebuah judgment, ane sangat appreciate user seperti mereka yang berintegritas pake BBM RON92, berarti setidaknya mereka sudah melakukan sesuatu yang "agak green" dengan tidak ngisi BBM kualitas rendah. Walaupun ya tetep aja, itu bahan bakar fosil, hanya mobil-mobil kutu ini hausnya nggak sehaus sedan 1800cc atau SUV 2400cc... Kalo ibarat judul lagu "killing me softly"... Tetep aja ngabisin cadangan minyak...
Yang jadi masalah adalah label "green" ini seakan ngadalin banyak sekali orang, dikira LCGC adalah mobil dengan requirement khusus... Congrats, sudah berapa orang yang jadi korban "dikadalin" ini. Padahal yang mereka gunakan tidak ubahnya sebuah citycar biasa yang gak beda dari Suzuki Karimun generasi pertama...

Jadi well, ane sebagai konsumen yang kurang teredukasi karena pake sedan yang boros BBM... akhirnya ane mencoba "green" dengan mobil kutu yang dititipkan teman ane...

1. The Looks
Satu hal kenapa Ayla perlu di apresiasi adalah : mobil ini didesain oleh Mark Widjaja, desainer mobil lulusan ITS yang mulai beken dari munculnya Daihatsu A-Concept sebelum resmi namanya berganti menjadi Agya dan Ayla. Menyisihkan kontestan - kontestan dari negara lain, A-Concept inilah yang akhirnya dipilih oleh Daihatsu Japan untuk dilanjutkan ke production line.


Percayalah, ini adalah hal terbaik yang sangat bisa dibanggakan oleh para pengguna Agya dan Ayla ketika ngomongin mobilnya... Selain konsumsi BBM dan akselerasi gigi 3 tentunya

Desain mobil ini sebetulnya standar-standar aja, cenderung ingin menampilkan kesan elegant dengan tidak banyak tarikan garis seperti di Honda Brio yang berusaha keras menampilkan kesan sporty atau terlalu konservatif ala K-Car seperti di Karimun WagonR. Simpel dan elegant. Bukan mobil yang eye-catching, tapi juga bukan mobil yang jelek.
Mark Widjaja mengklaim bahwa lekukan di bahu pintu mobil ini terinspirasi dari mobil Eropa, dan memberi efek long-lasting.



Logo ajaib penanda LCGC

Ban unyu berukuran 14 inch dengan ban eco... Supaya makin meyakinkan para penggunanya ini mobil yang "green".





Banyak krum dan aksesoris gak penting sebetullnya di Ayla tipe X ini... seperti handel pintu, foglamp....

Sangat miris ketika kita lihat seorang anak bangsa bisa gambar mobil seperti ini sampe menang dipilih oleh prinsipal Jepang, tapi proyek mobil nasional kebanyakan desainnya kayak anak TK belajar nggambar mobil...
Mungkin ngebayarin anak TK nggambar lebih murah cuma ditraktir permen dan es krim... Sedangkan desainer serius begini fee nya mahal kali yah.



2. Inside

Standar sebuah mobil murah... Bahan seadanya... Fitur seadanya... Head unit asbun... Nothing special. Setidaknya fitur di head unitnya cukup banyak. Dan cukup well built untuk sebuah mobil murah. Walaupun begitu muncul Calya dan Sigra kebanting udah kualitasnya.

Cluster dengan jarum speedo yang agak diragukan kebenarannya... Plus bayang-bayang fitur lain yang disunat semua dengan jenius... Traction control, VSC, bahkan ABS...

Doortrim nya tipis dan flat... Bentuknya literally kayak papan.

Krum... beri resing...

Hal bagus lain di interiornya :
- Bentuk setir bagus
- Ada airbag
- Baris keduanya luas
- Posisi nyetir surprisingly lebih enak daripada Avanza maupun Innova... mungkin karena ane terbiasa pakai sedan yah jadi suka yang rendah. Tapi masalah yang sama seperti di Calya/Sigra juga... Headrestnya terlalu pendek untuk orang setinggi ane... mungkin mobil ini diciptakan untuk wanita.
Hal jelek lain di interiornya :
- Jok baris kedua kayak dingklik... bener-bener gak enak. Duduk di dingklik aja rasanya lebih suportif...
Oh iya sekarang ane tau mungkin satu satunya bagian green di mobil ini adalah plastik interiornya yang bisa didaur ulang...

3. Engine & Driving
Mobil ini diberi unit 1KR-DE 998cc 3-silinder tanpa tambahan teknologi apapun... Termasuk bahkan mobil ini belum Drive-by-Wire...

Unit ini sebetulnya sama dengan Toyota Aygo dan Peugeot 107... tapi bedanya ini nggak VVT-i...




Ruang mesinnya lowong... selain karena mesin kecil... juga karena mobil ini tidak dilengkapi ABS...


Tali gas... Responsif sih... Cuma bukan itu pointnya...

Power rated at 65 hp @6000 RPM dan Torque 88 Nm @3600 RPM. Mated with 5-speed Manual.
Stater mesin dan terdengar suara kasar khas mesin 3 silinder. Bedanya karena ini versi yang sudah menggunakan engine mounting baru, jadi getarannya tidak sekasar versi awal.
Tenaga mobil ini melimpah di awal... Start di gigi 1 jambakannya cukup kuat... Sayangnya karena karakter gearing yang cenderung kasar untuk mengejar torsi, nafas mobil ini pendek-pendek, tapi itu bukan masalah karena di atas 4000 RPM malah jadi gak tega mbejek... Mesinnya cenderung dipaksa meraung. Plus jarak gear 1 dan gear 2 yang sangat jauh.... gear 1 rasionya 3.417, gear 2 1.960. Mungkin Daihatsu merancangnya supaya kuat nanjak... Tapi jadi bingung, pake gear 1 terlalu nyentak, pake gear 2 loyo... Prefer beli yang Automatic karena lebih halus.
Shifting mobil ini optimum di 3000-4000 saja, di atas itu nggak efektif dan malah mobilnya jadi meraung enggak jelas, masih mending kalo merdu... Suaranya nggak enak blas dan bocor semua di kabin

Shifter mobil ini jangan ditanya... Sangat-sangat nggak enak. Jarak antar gigi kejauhan, masukin giginya nggak kerasa mantep kayak di Brio Satya, jadi untuk quickshift jelas nggak direkomendasikan...

Top speed yang ane capai dengan mobil ini adalah 140 km/jam... selain faktor mesinnya udah teriak... mobilnya juga ngeri dibawa ngebut... Manuver mendadak di 140 km/jam dijamin kayak naik roller coaster, bedanya ini gak ada pengamannya... Jadi bisa keguling...
Jadi heran sama yang koar-koar Ayla bisa 170 km/jam... Rasanya kek gimana ya.... 140 km/jam aja udah ngeri dan berat... 170 km/jam butuh jarak berapa panjang?

Braking... Yaa... so-so... Nggak ngeloyor... Cukup pakem mungkin karena bobot mobil ringan.
Kualitas bantingan... Sebetulnya mobil ini nggak keras kayak Brio... Tapi mungkin karena damping dan kompon ban keras jadi kesannya mobil ini gedubrakan... kalo lewat jalan keriting dijamin orkestra suara gedubrakan dari kaki-kaki...
Intinya kalau anda cari mobil yang enak dikendarai, trust me, go away and take Brio Satya. Ini bukan mobil yang tepat.
Tapi soal konsumsi bahan bakar... mobil ini juara, dengan cara nyetir yang bener bisa sangat irit. Teman saya rumah di sidoarjo kerja di Surabaya, kebanyakan ngetol, kadang mix macet-macet, di MID menunjukkan 18.8 km/l...
Cara nyetir nya shifting gak lebih dari 2000 RPM. Temen saya kakinya ngirit dibanding saya... Makanya kalo saya disetirin sama dia kok rasanya mobil kagak ada tenaganya... Pantesan... Waktu saya coba lha wong surge / tarikannya baru terasa di atas 2000-3000... 18.8 itu udah kecampur kaki saya... asalnya 18.9. Sehari jalan kurang lebih 100 KM ... Mobil ini tahun 2015 tapi odo nya sudah 50ribu. Civic saya 2012 saja odo nya masih 47ribu...


4. Conclusion
Buy the Automatic, seriously. Even if you're a [cencored] Manual lover.
Transmisi manual di mobil ini betul-betul nggak enjoyable bagi saya... Saya sengaja pake mobil ini instead of Civic karena lagi kepengen bawa manual di samping karena mobil ini irit, tapi malah manualnya nggak enjoyable.
Mobil ini cocok bagi kaum mahasiswa / mahasiswi yang sangat concern dengan pengeluaran bulanan, tentunya dibanding naik sepeda motor kalo kampusnya jauh, karena seperti saya paparkan mobil ini sangat irit, mungkin yang automatic akan lebih boros 1-2 km/l... but still, iritnya dapet, nyaman juga dapet.
Satu hal yang mau saya tekankan ke para pengguna adalah, lupakan ide untuk ngebut pake mobil ini... Nikmati mobil ini sebagai mobil untuk ganti kaki / sepeda motor anda... Apalagi untuk para mahasiswa/i yang terkadang nyetirnya serampangan...

Dan soal green...? Saya tetap berpegang ini cuma citycar biasa... no green thing here, ya kecuali plastik interiornya mau dibilang green karena bisa didaur ulang.
Literally mobil ini adalah citycar... dari desain transmisinya dan karakter mesinnya... Buat luar kota / tol terasa sekali meraung-raung...
Mungkin untuk yang berencana menebus mobil ini dalam kondisi baru... Wait and see versi 1200cc dulu saja... Karena saya yakin akan banyak refinement dibanding Agya/Ayla lama... Mungkin refinement setara Calya/Sigra. Dan mobil itu lebih GREEN walaupun cc lebih besar... setidaknya ada Dual VVT-i....
=================================
Sekian review saya...
