History
Ada yang ingat Mazda E2000?..... Ya itulah sejarahnya Biante.
Platform universalnya disebut Mazda E-Series, di tempat lain nama komersilnya ada E2000, E200, Bongo, dan Access. Dari awal dibangun sebagai platform serbaguna, selain untuk kendaraan penumpang juga bisa sebagai minivan carrier untuk barang, persis Toyota Hi-Ace.
Mazda E2000 masuk ke Indonesia tahun 1995 dan sempat jadi kendaraan favorit keluarga dan mobil dinas pemerintah, bahkan banyak ambulance menggunakan E2000. Alasannya selain lebih nyaman dibanding Kijang, juga lebih mewah dan jauh lebih spacious. Sayangnya, setelah di kuasai oleh Ford, E-series digunakan untuk fokus mengembangkan produk mereka yang bernama Ford Freda, juga dijual untuk platform Mitsubishi Delica, dan Nissan Vannette. Walhasil selama 10 tahun karena mungkin rasanya berasa cukup dapet penghasilan dari jualan platform, akhirnya gak ada perkembangan apa-apa dari E2000 ini dan akhirnya tahun 2005 Ford menghentikan produksi E2000/Access/Bongo ini diseluruh dunia.

Akhirnya setelah bisa memutuskan apa yang terbaik untuk perusahaannya sendiri (Mazda buy back sahamnya dari Ford), pada tahun 2008 Mazda merilis Biante untuk Jepang. Menggunakan konfigurasi yang sama dengan generasi E2000 (8-seaters, FWD, 2xxx displacement), tetapi dengan platform yang baru, dan dari awal di desain buat ngangkut manusia, bukan barang. Dan tahun ini, Biante diluncurkan di Indonesia. Indonesia mendapatkan kehormatan sebagai negara pertama yang memasarkan Biante diluar Jepang.

Eksterior
Ya, desain itu subjektif. Tapi, untuk beberapa kasus, termasuk mobil ini, kalau ada yang bilang Serena C24 atau Innova V Luxury (rival terdekatnya) lebih cantik dari Biante, berarti entah orang itu owner Serena, atau Innova, atau katarak. Oke ada beberapa bagian ane nggak suka, contohnya seperti air-scoop yang terlihat seperti senyumnya orang idiot, dan nggak adanya wheel arches diatas roda sehingga terlihat kurus mobil ini. Nggak adanya panoramic roof juga membuat bagian atasnya terlihat plain. Dan juga tarikan chrome yang mengelilingi reverse lamp dan rear turning signal lamp yang terlihat seperti p*nis. Tapi, untuk beberapa parts lainnya, mengutip dari kata-kata Johny Smith (FG) merupakan; "space shuttle level" design. Contohnya: Biante ini seakan-akan nggak memiliki pilar kalau dilihat dari jauh. Atap dan body seakan hanya dipisah oleh kaca. Pilar A contohnya, digantikan oleh kaca di posisinya yang biasa dan langsung menyambung ke headlamp. Secara desain, favorit saya ada di detail headlamp dan rear lamp. Headlamp karena "tabung" proyektornya seakan memanjang kearah kabin. Sedangkan untuk rear-lamp nya, karena badge Biante dan lambang Mazda (yang tulisan dan logo) berada di dalam mika lampunya, bukan diluar seperti mobil kebanyakan. Kelihatan lebih rapih dan keren, efek yang ditimbulkannya terlihat kontemporer, dan kontemporer merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh kendaraan MPV yang biasanya plain dan boring dari luar. Hal ini dipermanis dengan kaca bagasi yang terlihat 1 piece dengan kaca jendela 3rd row, dan velg bawaan yang kelihatannya sporty karena cakram mobil terlihat penuh dibelakang velg. Kesimpulannya, cowok yang keluar dari mobil ini nggak akan kelihatan impoten.
Interior
Nah, ceritanya agak njomplang dengan eksteriornya. Beberapa bagian terlihat bagus, tapi setelah dilihat overall, mobil ini terkesan seperti people carrier biasa.
Beberapa yang saya suka ada di bagian dashboardnya. Saya suka setirnya, besarnya pas, dan dilapis kulit, which is very important, dan juga ada audio control nya.


Dashboard terlihat plain; tombol-tombol AC, glove box, door trim depan, door trim tengah, semua jok, kayak diangkut langsung dari berbagai macam mobil murah diseluruh dunia, lalu di assembly jadi satu di mobil ini. Hasilnya? Ya mobil ini terlihat biasa, terlihat murah, terutama jika duduk di tengah atau belakang. Duduk di tengah dan belakang, melihat ke depan? jok fabrik; liat ke atas? plafon rata tanpa sunroof; lihat ke bawah? rel jok 4 biji, yang mana kalau nggak di tutup karpet yang bagus bakal keliatan jelek. Lagi-lagi pemandangan paling enak kalau ada di kursi driver... dasar Mazda.
Kualitas kabin? Paling simpelnya: Jelek. Semua plastik keras, bagian trim dan jok dibungkus fabrik. Kursinya rata, support samping hampir nggak ada meskipun empuk. Bahkan headrest nya nggak enak. Okelah tombol-tombolnya terasa solid, Head Unitnya Alpine, which is untuk harganya saja sudah 3 kali harga HU Serena, dan glove box nya juga lumayan solid, gap juga lumayan rapih, dan mekanisme buka tutup nya nggak ada masalah, cuman ya itu... Boring, terasa out-dated, dan nggak mewah. Accommodation
Okelah, satu-satunya cara supaya bisa lari dari kenyataan bahwa interiornya tidak menarik adalah dengan membanggakan akomodasi dari Biante (ini top tips buat owner Biante; satu-satunya cara anda lari dari ceemohan orang-orang).
Semua kursi dari mobil ini bersifat ultra-seat. Apa artinya? banyak konfigurasi kursi yang bisa dibentuk, dan kursi baris kedua dan ketiganya bisa di recline sesuka hati karena rel keduanya menyatu sepanjang 2/3 panjang kendaraan. Mau duduk a la bos dengan leg room super besar? Tinggal mundurin kursi baris 2 jauh kebelakang dan kursi baris 3 dilipat keatas. Mau tidur? tinggal rebahin kursi baris kedua rata dan majuin sedikit kursi baris 3 dan turunkan sandarannya. Dalam kondisi standar, legroom kursi baris kedua dan ketiga lebih dari cukup. Sama besar dengan Mazda 8. Tapi even better, kursi baris kedua Biante ini meskipun bisa di geser kiri kanan untuk jadi captain seat, ketika disatukan maka cukup mengakomodir 4 orang dewasa Indonesia di tengah (tentunya orang dewasa dengan bentuk badan "proporsional" - baca: SPG) dengan nyaman.
Bagasi? Cukup lah... Besar, apalagi kalau kursi ketiga agak di recline ke depan. Cuman itu? Hehe... Saya belum cerita bagian terbaiknya. Bagian terbaiknya ada di headroom.. Mobil ini punya punya ceiling yang lebih tinggi dibanding lobby Ritz Carlton. Tinggi saya 168, dan ketika saya duduk tegak didepan, saya harus meluruskan 1 tangan saya ke atas, baru kemudian ujung jari saya bisa menyentuh plafonnya. Kebayang kan seberapa tinggi plafonnya? Mobil ini sepertinya di desain untuk mengakomodasi Patih Gajah Mada, baik dari lebarnya jok, maupun dari tingginya ceiling. Agak pangling juga, untuk ukuran mobil yang di desain ekslusif untuk pasar Jepang, dan diberi akomodasi seluas ini, padahal orang Jepang terkenal pendek-pendek... Atau mungkin Biante ini untuk keluarga Jepang yang terkena radiasi Nuklir pasca tsunami, sehingga keturunannya punya tinggi 2x lipat keluarga Jepang yang lain.. Atau... Bisa juga yang jadi chief designer nya si Yao Ming... Entahlah, sampai sekarang saya masih pangling juga....
Features
Well, nggak banyak lah ya.. Apart from 2 din Alpine dan pintu elektrik di 2 sisi yang bisa di set via remote atau tombol dibawah dash driver, adalah fitur-fitur keamanan, antara lain:
1. Headlamp HID + auto On/Off (which is di lawan-lawannya belum ada)
2. Auto Rain Sensing System (which is di lawannya juga belum ada)
3. Kamera Parkir
4. Airbag cuman 2, ABS+EBD, Disk Brake Ventilated.
5. Child Seat Dari sisi convenient yang asik ada tambahan Nano Filter di AC nya... Plasmacluster gitu lhar.
Minusnya:
1. Nggak ada Panoramic/Dual sunroof
2. Airbag cuman 2
3. Gak ada sensor parkir/distance depan-belakang
4. Belum ada adaptive light system
5. TV Headrest kaga ada
Test Drive
Pertama, posisi duduk cukup enak, belum nyetir saja sudah terasa berada di MPV. Posisi duduk tinggi, badan terlihat besar terutama ketika melihat ke spion, dan ceiling yang tinggi bikin kita seperti supir bus. Untungnya setirnya bagus, baik dari ukuran, bentuk, warna, dan bahannya, sehingga terasa lagi seperti akan mengendarai Mazda.Viewing angle, jujur aja, kayak ada di dalam akuarium. Hampir nggak ada blind spot.. Apalagi pilar A diisi dengan kaca pilar A yang super lebar. Mau nyalakan kontak, sempet kebingungan, sudah keyless tetapi gak ada tombol ignition.. Ternyata eh ternyata, kuncinya masih kontak manual seperti di mobil biasa yang harus diputer, cuman bedanya di Biante tanpa kunci. Mesin menyala, getaran terasa tapi nggak ada suara.. Wah udah feeling nggak enak ini. Mesin mobil ini menggunakan DISI (Direct Injection Spark Ignition), whatever that is, 2000cc, 150 HP, torsi sekitar 190 Nm. Awalnya mau bilang WOW sambil Koprol, tapi pas diinget-inget lagi, mesin purbakala CRV 2.0L SOHC punya spesifikasi yang sama... Probably bakal lebih irit di Biante, tetapi kompresinya 11 : 1 dengan RON 90 pastinya membutuhkan bahan bakar lebih baik. Transmisinya disini juga purbakala... Awalnya saya sudah high expectation tentang Biante ini karena review AB di sini :
http://www.autobildindonesia.com/read/2 ... -Indonesia
dan
http://www.autobildindonesia.com/read/2 ... zda-Biante
manyatakan kalau transmisinya 6-speed, which is bisa sangat krusial dalam performa Biante.. Ternyata eh ternyata masih 5-speed (Sialan tu media.. Blundernya udah nggak kehitung), itupun purbakala, tanpa triptronic, fully conventional.
Udah, perasaan makin nggak enak. Ya udah posisikan kursi dulu biar nyaman nyetir, kursi nggak ada yang elektrik. Dimulailah perjalanan..

Dari jalan, gigi pertama smooth, gigi kedua smooth, gigi ketiga.. panjaaaaang...., setelah lama, baru oper ke empat... Ah.... Udah ini, sesuai ekspektasi... Mesin dan transmisinya bukan yang paling responsif dikelasnya, atau paling nggak bukan yang "terasa" paling responsif.. Grandis jauh lebih enak mesinnya dari ini, however Grandis 2.4L.

Karena penasaran dengan performanya, ane coba pindahkan giginya ke S, entah apa gunanya, tapi sepertinya nge-lock di 3 dan limit RPM nya sedikit bertambah.. Tapi masih terlalu lambat.. Mesinnya terlalu kecil untuk mobilnya... dan transmisinya nggak mendukung sama sekali. Saya coba berhenti di tanjakan seperti yang oom Kopat lakukan, dan coba naik pelan-pelan, jujur waktu saya coba tidak ada masalah untuk bergerak dari stasioner... ada masalahnya mulai ketika gigi masuk ke gigi 3 dan itu ngeden lumayan lama untuk bisa nambah kecepatan di tanjakan.. Puas nyoba nanjak, kembali lagi ke jalan rata.. Setelah pindah ke D lagi dan coba untuk jalan santai.. Tiba-tiba ada lampu ECO berwarna hijau muncul di speedometer.. Dan saya mulai merasa impoten.
Ride and handling
Oh well, ini Mazda kan? Biasanya kelebihan Mazda ada di handlingnya.. Is it good? The answer is.. No. Compare to Serena atau Innova, yes, it is better, tapi dibanding Mazda8 saja jauh.. Apalagi Odyssey. Permasalahannya adalah kita duduk dengan posisi duduk tinggi, jarak setir cenderung dekat, dan center of gravity yang sepertinya tinggi juga membuat body roll mobil ini besar, walaupun lebih minim dibanding Serena. Dan saya belum sampai ke bagian yang paling buruk. Bagian yang paling buruk adalah desain gear lever yang nancep di dashboard dan nyaris horizontal ke arah driver... Sisi baiknya dari desain ini adalah ruang lebih lapang di tengah, tetapi sisi jeleknya, ketika kita mau melakukan pergantian gigi, tangan kiri harus sengklek biar bisa pindah.. Jadi tiap ganti gigi keliatan kayak orang cacat.
Cukup dari handling, ride mobil ini lumayan nyaman... Suspensinya kerasnya pas, pantulannya pas. Lebih nyaman dari Innova dan Serena jika duduk di kursi depan dan tengah, tapi jangan pernah duduk di 3rd row kalau gampang mabuk, karena goncangannya keras sekali dibelakang. Duduk sebagai penumpang di mobil ini juga berasa biasa saja... Kursinya rata, dan nggak ada support menambah nggak enak duduknya... Ketika manuver agak kencang, terasa terombang-ambing kekiri dan ke kanan.. Tapi ketika dibawa santai, memang mobil ini cukup nyaman.
Kesimpulan
Mobil yang sangat diperuntukkan untuk keluarga. Semua hal yang mencakup "kekeluargaan" ada disini.. Bahkan seatbelt buat anak kecil dan kursi untuk meletakkan childseat juga disediakan. Belum lagi kemampuan full ultra seat untuk fleksibilitas akomodasi. Ruang yang luas dan atap yang tinggi juga memberikan kesan luwes dan tidak sumpek ketika berpergian dengan anak-anak atau mudik. Dengan 2000cc DISI dan active ECO mobil ini pastinya akan menjadi pilihan mobil irit, ditambah dengan transmisi konvensional, dan minimnya fitur-fitur elektronik, pastinya akan sangat awet dan minim perawatan. Sangat cocok untuk family man yang ingin mobil reliabel dan bisa dipakai dalam jangka panjang.
Ketika tidak ada masalah dengan kekurangannya, saya rasa mobil ini sangat memenuhi tujuannya.
Will I Buy Serena HWS over This?
Ketika nggak ada masalah dengan model Serena yang berasal dari jaman Jurassic, dan concern utamanya adalah comfort dibanding akomodasi atau irit BBM, Yes. Tapi beware, saya sudah membuktikan sendiri kalau Serena tidak reliabel untuk jangka panjang.
How to Make Over Biante?
Top Tips dari saya:
-Yang jelas jangan ganti diameter rims menjadi lebih besar, that is a must. Tampilan eksterior bukan concern untuk mobil ini.
-Interior, jok dan trim perlu di lapis kulit dan diberi busa tambahan dibagian sampingnya untuk support. Preferably dikasih motif seperti wajik pada jahitan jok nya untuk mengurangi plain interior. Dengan pilihan warna dan jahitan yang rapih, akan menjadi enak dilihat mobil ini.
-Audio, lupa review saya, speaker mobil ini bass nya mendem. Lebih baik ganti 2 way yang bagus ditambah power amp kecil. Selain itu tambahkan sepasang monitor headrest untuk penumpang tengah, dan roof-mounted monitor di atas row 2 untuk penumpang row 3.
-Features, tambahkan modul GPS + Parking Sensor.
Important Thing to Notice:
Ground Clearance mobil ini cukup pendek. 15 cm dengan wheelbase 2,85 m dan berat 1,67 ton. Pengalaman saya menggunakan Odyssey, gampang banget gesrot.. spek Odys sendiri: GC 15 cm wheelbase 2,8m, berat 1,67 ton, dan ditambah lips spoiler/sport bumper dalam kondisi standar. Pada kondisi standar juga jarak ujung bumper depan dan roda depan Biante lebih pendek dari Odys sepenglihatan saya.
So far menggunakan Mazda8 keluarga menyatakan tidak pernah gesrot, Mazda8 speknya GC 15,5cm dan wheelbase 2,9m.
CMIIW
