Cara aman pindah dari Pertamax ke Premium !

Ingin membahas hal-hal umum mengenai mobil dan otomotif, silakan bahas disini...

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Cara aman pindah dari Pertamax ke Premium !

Post by szli »

Saya pernah puji Pertamax, tapi sekarang kaget Pertamax naiknya demikian tajam. Mana ada negara yang harga bensinya sekali naik begitu tajam kecuali Indonesia Raya ?!

Jadi mau ngak mau saya sendiri mulai cari info gimana cara aman turun dari Pertamax ke Premium. Meskipun Premium nanti juga pasti naik, feeling saya selisih Pertamax ama Premium ngak mungkin cuma 500 rp lebih tapi mungkin 1000 lebih ! Kalau Premium naik ke 3500, tamatlah riwayat kita !! :mad:

Oh, pertama saya mau jawab Bung Obs dulu. Saya tidak akan jual saham Astra saya, kecuali:

1. Toyota mobilnya mulai jelek, atau keuanggan Toyota / Astra mulai tidak sehat.

2. Kendaraan public Indonesia mulai seperti Singapura, canggih, aman dan bersih.

3. Ada saham perusahaan yang lebih prospect dari Astra.

4. BU

Jika tidak, orang sini pasti tetap beli mobil, meskipun bensin naik terus. Mending sakit di kantong dari pada naik bis / omprengan Indo yang terkenal tidak nyaman, bahaya, dan banyak penodong lagi. Kecuali benar ngak sanggup beli mobil murah pun. Betulkan ? Jadi saya yakin penjualan mobil ngak terganggu.

Mau tau kapan jual Astra ? Gampang. Imagine anda adalah pemegang saham Astra mayoritas, say 55%. Nah saat itu anda mau jual ? Jika tidak, kenapa pemegang saham minoritas yang cuman 0.0001% harus jual ? Kecuali alasan di atas atau dia suka spekulasi.

Jika tujuannya invest jangka panjang di Perusahaan yang top ini, selama barangnya masih bagus dan makin bagus, yang mau jual itu otaknya harus di periksa dong ? Saya yakin saham Astra dalam berapa tahun ke depan akan naik minimal 10-15% per tahun.

Kecuali penjualannya anjlok. Asal orang sini tetap mania ama Innova / Fortuner / Avanza dan produk baru Toyota nantinya, Astra akan terus kecipratan hoki Toyota. Kita tinggal sabar dan menikmati hasilnya.

Toh jual Astra sekarang kalau ngak ada alternatif saham lain / investasi lebih menarik lain, masuk ke tabunggan / deposito sama aja bohong, cuman dapat 4-5% per tahun ! As Philip Fisher said, yr investment now is either better than cash or not !

Back to bensin. Bung Obs. Serena anda selama ini minum apa yah ? Saya punya minum Pertamax. Kepenggin pindah ke Premium. Cuman takut RONnya 88 di bawah RON Serena yang minta 91. Tapi saya binggung. Kenapa mesin Honda Accord / CRV yang sama canggihnya ama mesin Serena kok bisa minum Premium ?

Cuman bensin Serena harus tanpa timbal. Soalnya kata Nissan, kecuali Terrano, semua produk Nissan saat ini ada Catalytic Converter (CC). Pakai bensin timbal jebol nanti CCnya. Nanti Indonesia pasti menuju ke arah low emission vehicle juga. Jadi mending jangan buang CCnya. Pasti perlu di masa depan.

Nah, teman 2 apakah Premium di Jakarta ada timbal atau tidak ? Ada yang bilang iya, ada yang bilang tidak. So.. Timbal or not ? Jika tidak, mungkin saya benar mau coba ke Premium.

Tapi jika ada pemilik X-Trail / Serena yang pernah coba pakai Premium tapi mesinnya knocking, tolong lapor dong. Mending beli bensin mahal dari pada mesinnya jebol !

Saya juga baca, kalau ngak salah, mesin tanpa CC kalau minum bensin tanpa timbal (TT), malah emisinya lebih beracun ! Entah benar atau tidak.

Artinya saat ini Jalur Nissan ama Honda / Toyota di Indonesia berbeda. Nissan perhatikan lingkunggan udara, jadinya kentut mobil Nissan lebih ngak bau / racun, meskipun ownernya sekarang mungkin harus beli bensin lebih mahal.

Toyota / Honda pemiliknya model CKD enak sekarang. Pakai Premium terus. Tapi artinya kentut mereka lebih bau dan beracun ! Tapi saya tidak salahkan mereka juga. Wong konsumenya jadi irit biaya. Cuman jangka panjangnya mending ikut Nissan deh. Kalau ngak, udara kita makin toxic !

Kan udara racun tidak milih mau masuk ke hidung orang kaya / miskin / tua / muda / baik / jahat etc. Untuk masa depan kita dan anak / cucu kita, mudah mudahan emisi ATPM nanti semuanya makin baik. Kan biaya rawat penyakit ganas akibat udara racun JAUH lebih MAHAL banding beli bensin mahal loh !

Memang pakai Pertamax masih ngak bikin saya bangkrut, dan banyak pemilik mobil lainnya saya yakin. Toh kalau bayar extra Rp65,000 per isi tangki saja ngak mampu artinya ownernya seharusnya jangan beli mobil. Cuman di harga 4000 sudah mulai " Pain in the Ass ".

PUSING.....Premium bisa atau tidak....
asdw
Member of Junior Mechanic
Member of Junior Mechanic
Posts: 39
Joined: Fri Sep 24, 2004 6:38
Location: Indonesia

Re: Cara aman pindah dari Pertamax ke Premium !

Post by asdw »

szli wrote: Back to bensin. Bung Obs. Serena anda selama ini minum apa yah ? Saya punya minum Pertamax. Kepenggin pindah ke Premium. Cuman takut RONnya 88 di bawah RON Serena yang minta 91. Tapi saya binggung. Kenapa mesin Honda Accord / CRV yang sama canggihnya ama mesin Serena kok bisa minum Premium ?
Teorinya RON 88, tapi saya yakin banyak pompa bensin yg premiumnya punya nilai oktan < 88.
szli wrote: Cuman bensin Serena harus tanpa timbal. Soalnya kata Nissan, kecuali Terrano, semua produk Nissan saat ini ada Catalytic Converter (CC). Pakai bensin timbal jebol nanti CCnya. Nanti Indonesia pasti menuju ke arah low emission vehicle juga. Jadi mending jangan buang CCnya. Pasti perlu di masa depan.

Nah, teman 2 apakah Premium di Jakarta ada timbal atau tidak ? Ada yang bilang iya, ada yang bilang tidak. So.. Timbal or not ? Jika tidak, mungkin saya benar mau coba ke Premium.
Bos saya punya Odyssey & CRV, dua-duanya pake premium! Dan saya coba ternyata gak pernah ngelitik. Saya tanya masalah Catalytic Converter & timbal, dia bilang Catalytic Converter masih terpasang karena menurut bengkel Honda, premium untuk wilayah Jakarta sudah tanpa timbal semua.
szli wrote: Saya juga baca, kalau ngak salah, mesin tanpa CC kalau minum bensin tanpa timbal (TT), malah emisinya lebih beracun ! Entah benar atau tidak.
Yang pasti emisi gas buang mobil tanpa CC lebih beracun daripada emisi mobil dg CC.

szli wrote: Memang pakai Pertamax masih ngak bikin saya bangkrut, dan banyak pemilik mobil lainnya saya yakin. Toh kalau bayar extra Rp65,000 per isi tangki saja ngak mampu artinya ownernya seharusnya jangan beli mobil. Cuman di harga 4000 sudah mulai " Pain in the Ass ".
Pertamax dan Pertamax Plus dilengkapi dengan aditif generasi 5 atau aditif generasi terakhir. Aditif yang berfungsi menyempurnakan proses kimia pada pembakaran didalam mesin ini telah memperoleh sertifikasi dan laboratorium independen berstandar international di Houston, Texas Amerika Serikat. Houston Texas sudah lama dikenal sebagai pusat riset bahan bakar dan motorgas dunia.
szli wrote: PUSING.....Premium bisa atau tidak....
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Thanks banget. Wow ! Odyssey build up saja bisa minum Premium ? Hard to believe.

Kepengin coba, tapi masih takut nanti suara ping / detonation muncul. Pasti stress nanti.

I wonder Innova gimana yah ? Pakai Premium or Pertamax ? Bung Obs. How abt yr Innova ?

Cuman saya baca artikel katanya kapsul 2000 cc rata rata 1:5 ! Bung Conan juga pernah bilang ini mobil suka minum.

Artinya jika nanti Premium naik 50% ke 2700 dan banding ama Serena saya yang 1:7.5, artinya biayanya sama dong ! Kan dari 5 ke 7.5 artinya kali 1.5. Nah, 2700X1.5 = 4050 ! Dan sekarang baru ganti oli Petronas, kelihatanya mungkin bisa lebih dari 1:8. Lagi saya ukur. Masih setengah tangki. Saya yakin mutu oli pengaruh ama iritan bensin.

Cuman saya penasarannya, sih mobil macam Honda yang 2000 cc pakai Premium dapat 1:7.5, jika iya, yah enak deh !

Baca banyak artikel yang kasih warning, pakai bensin Octane salah ngak main main loh kerusakan mesinnya !

Benar heran, what did Honda do supaya mesinnya bisa minum Premium yang RON 88. Di luar negeri, kalau ngak salah, RON 88 itu lebih jarang dan di hanggap paling buntut mutunya. Mayoritas mereka pakai RON 92, sekelas Pertamax kita.

Dulu saya keliru. Sekarang saya sudah jelas. Octane bensin di atas recommended TIDAK akan bikin lebih irit atau kencang. Fungsi Octane cuman satu, yaitu supaya kita tidak pilih bensin salah yang rusak mesin.

Sangat membantu jika pemilik Honda CRV, Accord, Odyssey, Innova bensin yang pakai Premium bisa sharing angka iritannya. Soalnya jika lebih boros di angka 1:5-6, saya mending tetap pakai Pertamax.
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Oh, supaya ngak binggung. Artinya saya gini. Octane di atas standar ngak pengaruh irit. Kok saya minta data irit mobil Honda ?

Kalau ngak salah, Honda macam CRV di negara lain saya yakin minum bensin RON 92 minimum. Artinya mesin Honda untuk mencapai performa dan kinerja paling bagus dan awet pasti perlu RON standard 92.

Cuman di Indo untuk bisa minum RON 88, pasti settingnya di robah. Misalnya timingnya di retard. Ini bisa saja bikin kinerja dan irit bensinnya turun di bawa say CRV yang di Amrik / Jepang. Thats why saya ada feeling bahwa irit CRV di Indo pakai Premium sangat mungkin di bawah irit CRV jika pakai RON yang 92.

Dari pada banding mobil, saat ini saya jauh lebih perhatikan masalah irit bensin. Soalnya sudah jelas dari trend dunia, harga bensin pasti naik terus. Jangan harap dia turun. Jadi kita harus lebih rajin pelajar untuk dapat hasil yang paling memuaskan dari mesin mobil kita. Bisa saja nanti Pertamax naik lagi ke 4500 dan Premium ke 3500 dalam berapa bulan atau 2 tahun !
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Bacalah artikel ini :

http://jkt1.detikfinance.com/indexfr.ph ... /idkanal/4

Saya setuju ama Pak Kwik yang terkenal pintar dan bersih. Kita ma di paksa bayar extra supaya orang Pertamina dan pejabat bisa hidup lebih mewah dari Bill Gates !!

Mending tangkap orang korup dan ambil kembali trilliunan rupiah yang kabur itu. Itu saja tidak di lakukan malah naikan BBM tajam untuk rakyat. Bull [cencored] kan ? BBM naik artinya semua orang kena dampaknya. Kalau tangkap orang kotor kan kita semua menang ! Kalau uang BLBI dan hasil mega corruptor kembali, bukan hanya BBM ngak usah naik, Indonesia kaya mendadak !
User avatar
observer
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 873
Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03

Post by observer »

szli wrote:I wonder Innova gimana yah ? Pakai Premium or Pertamax ? Bung Obs. How abt yr Innova ?
Waktu aku bawa (sebelum diserahkan ke my mom's driver) sih dengan Pertamax bisa kurang lebih 1:8-8.3 km. Untuk matic mungkin lebih boros 10%??
User avatar
observer
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 873
Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03

Post by observer »

Omong omong, Mr. Szli apa ngak sayang Serenanya dikasih minum Premium?? Apalagi nantinya harga Premium juga bakal naik kan, sehingga selisihnya lebih sedikit?
Aku sementara belum mikirin karena aku lagi jalan2 di luar negeri dan Serenaku sedang hibernasi di garasi. :sleeping:
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Kemarin malam saya surf internet dengan search words " knock sensor low octane fuel ". Cobalah ! Banyak ilmu yang saya serap ! Saya akan bagi ilmunya sekarang :

Pertama, ternyata sekarang mesin modern pintar. Ada macam " knock sensor ". Ini alat akan deteksi vibrasi yang artinya sudah mau nglitik, knocking, dan dia akan kirim macam signal ke computer mobil supaya timing pembakaranya di mundurkan, untuk hindari knocking.

Nah, sekarang saya baru ngerti kenapa mobil macam Accord, CRV, mungkin Innova, Odyssey pakai Premium tidak knocking ! Cuman jika mesinnya di design dari Jepang untuk kinerja optimal di misalnya bensin octane 91, pakai octane 88 artinya tarikan akan turun, tenaga berkurang, dan jangka panjang juga tidak bagus. Soalnya pembakaranya tidak optimum terus !

That could be why Innova 2000 cc VVT-i kok HPnya cuman 136 Hp vs Serena's 147 Hp. Mesin Innova yang di rancang untuk pakai Premium ya jelas performance bakarnya tidak sebagus mesin Serena yang di Jepang di design untuk pakai bensin Octane lebih tinggi.

Demikian mesin Honda. Coba, pemilik Innova / Honda boleh check ke bengkel. Pasti mobilnya ada namanya knock sensor. Nah, mesin Accord misalnya dan Odyssey di Jepang kan ngak mungkin pakai bensin octane rendah macam Premium 88. So di Indonesia kinerjanya pasti ngak maximal. Coba pakai Pertamax deh !

BUT, jika optimum octane yang di recommendasi pabrik di 91 dan kita pakai octane 95-98, ya percuma. buang uang. Timingnya ngak mungkin di majuin untuk octane lebih tinggi. Kan sudah max. efficiency di octane recommendednya.

So the lesson is, mau kinerja mobil max, pakailah octane bensin yang sedekatnya dengan standar. Kasus Honda, kecuali mesin Accord / CRV di modifikasi untuk Indonesia, paling cuman gara gara gantung ama knock sensor (saya curiga Honda tidak ada namanya special setting atau modifikasi untuk Indonesia.)

Ngak ekonomis dong kirim dari Jepang banyak mesin CRV / Accord dan semua harus di rombak lagi. Ada knock sensor kan sudah beres semuanya. Itu juga kenapa BMW tua saudara saya bisa pakai Premium ! Asal selisih octanenya jangan beda jauh banget. Takutnya sensornya saja ngak sanggup handle. Misalnya BMW Z3 minum Premium, sensornya mungkin bekerja, tapi mesinnya kan kasihan ! Pembakaran ngak optimum terus !

Meskipun Honda berani bilang orang Indo boleh pakai Premium gara 2 ada knock sensor, saya yakin octane optimum untuk CRV/Accord/Odyssey di Indonesia tetap Pertamax, sama dengan di Jepang. Adik saya sebagai bukti. Dia pakai CRV. Belakangan ganti ke Premium. Dia bilang mesin tidak knocking, tapi tenaga dan tarikan jadi kurang !

Artinya bung Obs, Sebenernya, Serena kita jika mau boleh pakai Premium dengan konsequensi sama dengan CRV. CUMAN, ada masalah bedanya ama Honda, mobil Nissan ada Catalytic Converter (CC). Dan banyak yang bilang jangan pikir Premium kita bebas timbal ! Jika Premiumnya ada timbal, CCnya cepat rusak.

Mau copotin ccnya bisa, tapi takutnya warrantynya hilang, pekerjaan bengkel knalpotnya ngak bagus bikin sambungganya, dan jika 5 tahun nanti Indonesia mulai perhatikan emisi standar tinggi, kita mau beli CC baru kan jadi mahal jika CCnya sekarang rusak. Coba, Premium yang sering di pakai kapsul dan omprengan, mana mungkin sih Pertamina benar benar bikinnya bebas timbal ? Apalagi dengan harga yang murah itu ? Bung ASDW, bilangin yr boss, hati hati Odysseynya. Tadi saya ngobrol ama bengkel Honda Inti Karya. Mereka bilang sudah ada berapa kasus CCnya Odyssey rusak karena minum Premium !

So in a nut shell, pemilik Serena / X-Trail sekarang harus berkorban soalnya kita emisinya lebih bersih. Pintar sekali Honda dan Toyota. Model CKD mereka tidak ada CC, supaya pemiliknya bisa pakai Premium ada timbal, dan penjualannya bisa tinggi. Tapi ya kentutnya bau man ! Next time U see a Nissan on the road, say thanks to him for paying extra money to keep the air clean ! Jangan bilang saya fanatik Nissan lagi. Tidak bisa di deny kan, mobil tanpa CC mana mungkin sih kentutnya lebih bersih atau sama dengan mobil yang ada CC ?

Mobil Toyota / Honda di Jepang / luar negeri pasti ada CC. Tapi gitulah, mereka mau kejar penjualan di Indonesia. Forget abt clean emission. Toh mayoritas di sini, termasuk angkutan umum kan emisinya jelek. Percuma kan pasang CC ?

Dalam hal ini, susah ngomong yah, Nissan itu stupid, idealistic, atau what. Mereka jika mau ikut Honda / Toyota, remove CCnya saat rakit di pabrik kan beres. Bisa pakai Premium juga ! Artinya kasusnya seperti pabrik rokok macam Gudang Garam. Mereka sumbang banyak uang ke kas negara, tapi mereka bikin banyak orang Indo lama lama terancam penyakit gara gara isap rokok. Angel or devil ? Hard to say !

I mean istri saya bilang, alah, percuma CC, clean emission. Mayoritas mobil di Indo kan ngak ada macam gitu. Dalam hati saya pikir, benar sih, tapi jika ngak ada orang yang mau mulai, masa depan udara negara ini nanti jadi apa yah ? Bayangkan saat ini di Jakarta saja tiap hari tiap detik jutaan mobil keluarkan asap yang beracun tanpa di batasin emissinya.

Sekarang saya belum kena penyakit masih heran. Mungkin sering di ruang AC dan dalam mobil membantu. Tapi kasihan pedestrian dan orang yang pakai mobil umum. Bayangkan tiap hari mereka hirup udara seperti itu ! Apalagi anak saya nanti sudah dewasa. Udaranya kayak apa. Mungkin SBY, Bang Yos, para penjabat etc. saja harus hirup udara itu jika mereka ngak control emisi.

Jadi, kemungkinan saya tetap deh pakai Pertamax. Toh sekarang hitungan saya gini :

Selisih Pertamax / Premium nanti sekitar 4000-2700(estimate) = 1300. Assumsi pakai Pertamax 1:7.5 dan pakai Premium 1:7 (mungkin lebih boros, tapi ya saya konservatif saja).

Tiap hari saya jalan sekitar 30 km bolak balik (include weekend jalan jalan). Artinya jika pakai Pertamax, tiap bulan jalan 30X30 = 900 km. Minum 900/7.5 = 120 liter Pertamax. Ongkos per bulan = 120X4000 = 480,000 (ouch!)

Kalau pakai Premium, minum 900/7 = 128.57 liter Premium. Ongkos per bulan = 128.57X2700 = 347,139 (kentut bau itu ternyata indah ya !)

Jadi tiap bulan saya harus keluar extra 480,000-347,139 = Rp132,861 !

Nah, saya tinggal tanya sendiri, untuk lindungin mesin, CC, dan umur mesin, berani dan berat dak saya keluar extra Rp133,000 per bulan ? Jelas OK dong ! Masa tiap bulan extra Rp133,000 saja jadi gila ? Paling saya kuranggin makan di restoran enak ! Beres kan ?

Tapi untuk orang yang tiap hari jalan ratusan km dan minum Pertamax, angkanya akan jadi menakutkan. Bisa berapa juta deh ! Mending copot saja CCnya !

Bung Obs, saya iri banget ! Anda jalan jalan ke mana ? Nanti cerita dong, tentang pasar mobil di negara itu, model apa yang laku etc.
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Bacalah artikel ini :

http://www.abc.net.au/science/k2/trek/4wd/lead1.htm

http://auto.howstuffworks.com/question482.htm

http://www.uccc.co.uk/when/hycwcat.htm

Wow, ternyata CC ini alat bagus ! Benar bikin emisi mobil jauh lebih manusiawi. Kapan ya Indonesia maksa semua mobil pasang CC ? Lihat berita di atas, saya jadi sedih, Indonesia udaranya makin racun dan entah kapan di benerin. CC katanya di luar negeri sudah umum puluhan tahun lalu !

Di Indo ? Hah, Innova baru saja yang Global Quality belum ada CC. Honda dan mayoritas ATPM lainnya juga don't bother jual CC di mobilnya.

Pertamina / pemerintah juga don't bother. So how ? Pray that kita dan anak kita tidak akan hirup racun nanti. bukan hanya jadi sakit, tapi udara racun kebanyakan malah bikin IQ otak turun, jadi lebih BEGO !
calvin99
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 338
Joined: Sun Jan 11, 2004 9:54

Post by calvin99 »

szli wrote:
So in a nut shell, pemilik Serena / X-Trail sekarang harus berkorban soalnya kita emisinya lebih bersih. Pintar sekali Honda dan Toyota. Model CKD mereka tidak ada CC, supaya pemiliknya bisa pakai Premium ada timbal, dan penjualannya bisa tinggi. Tapi ya kentutnya bau man ! Next time U see a Nissan on the road, say thanks to him for paying extra money to keep the air clean ! Jangan bilang saya fanatik Nissan lagi. Tidak bisa di deny kan, mobil tanpa CC mana mungkin sih kentutnya lebih bersih atau sama dengan mobil yang ada CC ?
Hi, Bung Szli.....
menurut saya, ini kali anda terlalu meng-anak emaskan nissan indo deh....
why saya bisa ngomong gitu???....becoz....as u can see.....liat saja terrano..!!! apakah itu mobil pake CC???? no..no...no...!!
memang mungkin ini mobil lama(tapi masih diproduksi dan dilepas ke pasar), tapi kan ini berarti nggak semua line-up nissan itu "keep the air clean" right??
buat line-up yg baru2 sih mungkin nissan lebih concern.....saya akui itu.

and about knock sensor....you were right...mobil2 sekarang udah ada knock sensornya, and efek sampingnya yah seperti yg anda bilang diatas.....
kayanya udah pernah dibahas yah tentang knock sensor ini.....CMIIW

Nice work Bung Szli.......really appreciate ur post....
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Szli wrote:Bacalah artikel ini :

http://jkt1.detikfinance.com/indexfr.ph ... /idkanal/4

Saya setuju ama Pak Kwik yang terkenal pintar dan bersih. Kita ma di paksa bayar extra supaya orang Pertamina dan pejabat bisa hidup lebih mewah dari Bill Gates !!
Aku sangat TIDAK SETUJU, bung Szli!

Coba Anda baca perhitungan Pak Kwik itu sekali lagi dengan lebih teliti, Anda akan menemukan sesuatu yang aneh. Ada sebuah komponen harga yang hilang. Apa itu? HARGA MINYAK itu sendiri!
Pak Kwik hanya menghitung cost pengolahan minyak mentah menjadi fuel yang sekitar Rp 500/liter, dan dengan menjualnya seharga Rp 2000an/liter (harga sekarang, premium Rp 1810/liter), pemerintah mendapat untung Rp 1500an??

Tidak menghitung harga dasar minyak mentah itu sendiri adalah hal yang TIDAK MASUK AKAL. Anda boleh tanya pakar ekonomi, ahli energi and other properly educated people.

Kalau begitu, mengapa tidak diterapkan juga pada, misalnya, emas (gold), agar semua orang juga bisa menikmati kilau emas? Tidak usah menghitung harga atau nilai emas itu sendiri, cukup dijual dengan harga ongkos menambangnya saja! Jadi semua orang bisa punya emas dengan harga sangat murah. Lalu emas jadi tidak ada nilainya dong??
Lalu terapkan juga pada semua bahan tambang lain juga! Kita beli mobil tidak usah bayar harga baja dan plastiknya, cukup bayar ongkos produksinya saja! Karena minyak, emas, baja itu bisa diambil GRATIS dari alam!
Atau jika kita bekerja sebagai labor (buruh), apakah kita mau tidak dibayar atas tenaga kita?

Tidak seperti udara yang gratis, ada dimana-mana, atau kayu yang merupakan sumber daya alam yang bisa diperbaharui, minyak adalah sumber daya alam yang TIDAK BISA diperbaharui. Satu saat akan habis, maka minyak harus dinilai dan dihargai sepantasnya, agar tidak ditambang habis2an dan digunakan gila2an! Minyak, dan sumber energi lain yang tidak bisa diperbaharui, harus digunakan dengan bijaksana.
Negara yang dikarunai Tuhan dengan persediaan minyak bumi yang melimpah, atau hutan yang melimpah, memiliki potensi menggunakannya untuk membangun negri sendiri dan mensejahterakan rakyatnya. Lihat Arab Saudi dan Brunei. Sayangnya, persediaan minyak bumi Indonesia sudah keburu habis sebelum sempat digunakan for good cause! Bayangkan jika Indonesia menjadi 100% importir minyak, dan Anda dan Pak Kwik tetap menuntut BBM dijual seharga Rp 500 per liter, darimana uangnya untuk membeli minyak sebanyak itu?? Lebih baik pemerintah dibubarkan dan biarkan negara ini kembali ke zaman batu.

Bung Szli, apakah Anda pikir dengan adanya subsidi BBM, harga fuel menjadi murah, adalah selalu hal yang baik? Persediaan minyak Indonesia sudah menipis, dan bahkan Indonesia kini sudah menjadi IMPORTIR minyak! Bayangkan jika bensin dijual dengan harga pengolahannya saja, Rp 500 per liter. Penjualan mobil akan meledak, kemacetan akan menggila, dan mobilisasi akan lumpuh total, dan selain itu, minyak Indonesia akan habis dalam waktu 5 tahun! Setelah itu negara ini akan hancur.

Sebaliknya, tanpa adanya subsidi, harga fuel yang mahal (tapi sesuai harga fuel dunia) justru akan menyebabkan kesadaran orang akan energi meningkat, orang akan meningkatkan efisiensi dalam bepergian, dan sarana transportasi massal yang layak akan dikembangkan, jalanan pun tidak semacet sekarang. Inilah kondisi di semua negara yang TIDAK menerapkan subsidi! Dan inilah yang harus kita mulai di Indonesia.

Subsidi BBM hanya akan memanjakan masyarakat sehingga boros energi, sebaliknya penduduk negara yang tidak ada subsidi BBM memiliki elastisitas atau ketahanan dan daya adaptasi yang jauh lebih baik dalam menghadapi kenaikan harga minyak dunia. Bukan cuma dalam kehidupan sehari2 tapi juga ekonomi negara itu jauh lebih stabil. Kenaikan harga fuel tidak akan serta merta menimbulkan domino effect yang mengakibatkan seluruh harga kebutuhan pokok naik drastis, karena dalam kesehariannya mereka menggunakan fuel secara jauh lebih efisien. Orang Jakarta setiap bulan mungkin menghabiskan bensin sebanyak 50-100 liter, atau bahkan lebih, karena mereka selalu menggunakan mobil. Dan itu baru per mobil. Satu keluarga empat orang memiliki 3 mobil, you do the math. Bandingkan dengan Singapura, satu orangnya mungkin hanya menghabiskan beberapa liter saja, itu pun kalau tiap hari naik bis. Kalau tiap hari naik subway lebih sedikit lagi.

Izinkan aku menjelaskan kriteria apa yang bisa menjadi dasar suatu negara melakukan subsidi BBM pada rakyatnya. Pertama, jika negara itu memiliki persediaan minyak melimpah, sehingga pemakaian BBM dalam negeri hanya mencapai sekitar 20-30 % dari kapasitas produksinya. Kedua, negara itu menjadi eksportir minyak. Keuntungan melimpah dari penjualan minyak ini yang digunakan untuk mensubsidi BBM dalam negri, sehingga rakyat bisa menikmati hasil dari ekspor minyak negara mereka sendiri. Indonesia dulu memenuhi syarat ini. Tapi sekarang, tidak lagi. Malah sudah menjadi importir. Karena itu, subsidi sebenarnya sudah tidak boleh lagi dilakukan! Bahkan pemerintah harus menanggung kerugian dari harga minyak impor yang mahal tapi setelah diolah menjadi BBM, yang memerlukan biaya tambahan lagi, harus dijual sebagai bensin dengan harga murah! Membeli minyak impor seharga misalnya Rp 3000 per liter, diolah dengan biaya Rp 500 per liter, dijual dengan harga Rp 2000 per liter. Anda mau jadi pengusaha SPBU yang seperti ini??

Jadi, kata2 Pak Kwik tidak masuk akal. Minyak, seperti komoditi2 lainnya di dunia ini, bahkan modal kerja seperti waktu, pikiran dan tenaga, harus bisa dihargai dengan sepantasnya agar tidak disia-siakan!

It's all for the greater good. :)
hdrw
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 433
Joined: Sat Aug 21, 2004 19:46

Post by hdrw »

szli wrote:Mesin Innova yang di rancang untuk pakai Premium ya jelas performance bakarnya tidak sebagus mesin Serena yang di Jepang di design untuk pakai bensin Octane lebih tinggi.
Kalau anda sebagai produsen, mau bikin mobil yang dipasarkan keseluruh pelosok Indo sampai kedesa2, dengan target 6.000 unit/bulan, bikin mesin yang bisa minum premium atau min.pertamax ? Dan pakai CC atau tidak ?
Terus MPV project ASEAN Nissan, kalau menurut anda, kentutnya bau apa ngak? bisa minum premium atau min.pertamax ? Dan pakai CC atau tidak ?
szli wrote:Jadi, kemungkinan saya tetap deh pakai Pertamax. Toh sekarang hitungan saya gini :
Selisih Pertamax / Premium nanti sekitar 4000-2700(estimate) = 1300. Assumsi pakai Pertamax 1:7.5 dan pakai Premium 1:7 (mungkin lebih boros, tapi ya saya konservatif saja).
Tiap hari saya jalan sekitar 30 km bolak balik (include weekend jalan jalan). Artinya jika pakai Pertamax, tiap bulan jalan 30X30 = 900 km. Minum 900/7.5 = 120 liter Pertamax. Ongkos per bulan = 120X4000 = 480,000 (ouch!)
Kalau pakai Premium, minum 900/7 = 128.57 liter Premium. Ongkos per bulan = 128.57X2700 = 347,139 (kentut bau itu ternyata indah ya !)
Jadi tiap bulan saya harus keluar extra 480,000-347,139 = Rp132,861 !
Jelas Serena inikan targetnya dijual di kota2 besar yang ada pertamax, ngak sampai kedesa2, untuk itu diharapkan pembelinya ngak usah lagi mikir2 uang bensin dengan perhitungan yang sedemikian detail sampai perlu calculator. :)
Menurut saya, kalau sudah berani beli mobil sampai 230 juta keatas, pemiliknya ngak usah lagi deh mikirin uang bensin. Biar pertamax Rp.5000 juga ngak ada pengaruh sama dompet kita.
Terus terang, saya dari dulu ngak pernah pernah tahu mobil MB saya itu 1 liter bisa jalan berapa kilometer. Pokoknya kalo bensin habis yah isi pertamax, selesai.
Kalau pemerintahnya benar, bikin dong aturan emisi gas buang untuk semua kendaraan bermotor. Kalau kita disuruh teriak2 sendirian, ngak ada guna lah. Ngak tahu deh kalau demo rame2, bisa berhasil ngak yah? :)
szli wrote:Next time U see a Nissan on the road, say thanks to him for paying extra money to keep the air clean ! Jangan bilang saya fanatik Nissan lagi.
Belasan tahun naik MB ngak ada yang say thank you, masa sekarang suruh say thanks pada Nissan.
Nissan kan baru 2 tahun melalui X-trail dan 4 bulan melalui Serena, terima kasih sama yang naik MB dulu dong. :)
szli wrote:Tapi untuk orang yang tiap hari jalan ratusan km dan minum Pertamax, angkanya akan jadi menakutkan. Bisa berapa juta deh ! Mending copot saja CCnya !
Kalau mau dukung udara bersih, jangan tanggung2, jangan perduli mau jalan sehari berapa km.
Kalau pemerintahnya berani keluarin undang2 yang mendukung udara bersih, sudah masuk kandang tuh mobilnya. :)
User avatar
observer
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 873
Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03

Post by observer »

conan wrote:Izinkan aku menjelaskan kriteria apa yang bisa menjadi dasar suatu negara melakukan subsidi BBM pada rakyatnya. Pertama, jika negara itu memiliki persediaan minyak melimpah, sehingga pemakaian BBM dalam negeri hanya mencapai sekitar 20-30 % dari kapasitas produksinya. Kedua, negara itu menjadi eksportir minyak. Keuntungan melimpah dari penjualan minyak ini yang digunakan untuk mensubsidi BBM dalam negri, sehingga rakyat bisa menikmati hasil dari ekspor minyak negara mereka sendiri.
Ya, tapi Mr. Conan, kalaupun Indonesia memenuhi syarat ini, I pikir tetap lebih baik jangan disubsidi. Kenapa? Karena kita semua kan tahu banyak bbm bersubsidi diselundupkan keluar negeri, yang memperkaya segelintir orang atas beban jutaan rakyat yang lain!
User avatar
observer
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 873
Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03

Post by observer »

hdrw wrote:Menurut saya, kalau sudah berani beli mobil sampai 230 juta keatas, pemiliknya ngak usah lagi deh mikirin uang bensin. Biar pertamax Rp.5000 juga ngak ada pengaruh sama dompet kita.
Terus terang, saya dari dulu ngak pernah pernah tahu mobil MB saya itu 1 liter bisa jalan berapa kilometer. Pokoknya kalo bensin habis yah isi pertamax, selesai.
I kurang setuju! Ngak tahu yah I ini unik atau banyak orang lain yang berpikiran seperti aku.
Begini aku coba jelaskan. Aku punya 2 dompet: Yang pertama penerimaannya adalah gaji, bonus & THR (sifatnya tetap dan rutin), dan pengeluarannya adalah seluruh biaya rumah tangga, uang sekolah anak, cicilan rumah dan mobil, termasuk biaya bbm yang sifatnya rutin juga. Jika ada surplus, maka surplusnya dapat digunakan untuk jalan2 keluar negeri. :lol:
Yang kedua penerimaannya adalah profit dari investasi properti/saham (sifatnya variable) yang dapat dialokasikan untuk membiayai sesuatu yang tidak merupakan kebutuhan, tetapi nice to have (seperti membayar DP rumah baru, mobil baru, home theatre, dll sbb).
Jadi untuk membeli mobil seharga 230jutaan, aku pakai dompet kedua untuk membayar DP, dan dompet pertama untuk membayar cicilan dan biaya BBM.
Nah, sekarang masalahnya BBM naik. Ngak tanggung tanggung lagi, kalau sebulan jalan rata rata 2.000 km, berarti pakai Pertamax 2.000/7.5=267litre, dan selisih harga bbm=267 X (4.000-2.450)=Rp413.000!!!
Mungkin angka segitu tidak berarti untuk dompet kedua, tetapi cukup berasa untuk dompet pertama!! Apalagi kalau pertamax jadi Rp5.000, wah bisa jerit2 man! :cry:
Gimana menurut pendapat teman2 lain?
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Bung Conan to Pak Kwik : " Gotcha " ! Mungkin dia sudah tua yah, jadi salah hitung. Cuman anda jangan lupa, dia mantan ketua Bappenas !

Sebenernya naik harga BBM saya tidak protes banget, AS LONG AS uang extra incomenya tidak di korupsi. Tapi jika di korupsi berat, ya ngak fair dong !

Jika pemerintah benar, urutannya seharusnya :

1. Tangkap koruptor besar dulu.

2. Jika uang kembali trilliunan rupiah itu masih tetap ngak cukup untuk APBN, baru OK naikan BBM. Meskipun saya yakin jika 80% uang korupsi di ambil kembali saja, pasti Indonesia jadi kaya deh ! Naik harga BBMnya bisa lebih gradual dan ngak perlu secepat dan tajam itu.

I mean where is the fairness jika middle class "bantu" negara dan kaum tidak punya jika kelas kakap jahat itu di biarkan saja ? Toh extra incomenya berapa % sih yang di pakai untuk bangun negara, untuk bantu yang miskin ?

Ibaratnya small brother tiap hari kerja keras bantu keuanggan keluarga. Tapi big brothernya tiap hari curi uang keluarga dan ngak mau kerja yang benar. Uang curinya di pakai untuk hidup mewah etc.

Jika orang tuanya biarkan saja gitu terus, wajar dong yang jadi small brothernya lama lama pasti benci ama orang tuanya dong. Dan juga inggin lapor brothernya ke polisi. Memang saya anak tiri ! Small brother pasti pikir.

Bung Hdrw, ya saya lupa say thanks to other brands yang ada CC juga. Memang Terrano masih bau kentut. Cuman at least mereka moving in that direction. Kata orang dealer Nissan, mungkin pengaruh influence Renault yang di Eropa kan fanatik banget ama emission kontrol. Kan Renault banyak saham di Nissan.

Dan saya oops lupa BMW dan Mercy soalnya saya ngak se lucky anda, seumur hidup belum dan ngak sanggup beli 2 merek German itu. Jadi pikirnya merek yang sekarang saya pakai. So I'll correct myself. Thanks all Car brands yang emisinya rendah !

Actually saya sudah ngomong saya tidak terlalu salahkan ATPM yang tidak pasang CC di mobilnya. Saya juga sadar kondisi Indonesia belum terlalu ready untuk semua mobil pakai CC.

Cuman saya pikir, " God help us all " jika udara Jakarta makin di racunin jutaan mobil kentut bau untuk 7 tahun lagi. May be too late. Anak kita takutnya lebih sering kena penyakit aheh aneh. Dan kita juga mulai sering kena penyakit pernafasan.

Mudah mudahan emisi control oleh pemerintah makin cepat. Makin mahal, but for everyone's benefit anyway. Toh CC harganya ngak murah, tapi ngak mahal gila juga. Dengar sekitar 10 juta deh.

Hari ini dengar pemerintah mulai mau paksa public transport pakai macam BBG kalau ngak salah. A step in the right direction ! Asal tujuannya mulia, bukan mau dapat komisi lagi !

Dan jika benar apa yang saya dengar bahwa mobil tanpa CC malah lebih racun jika pakai bensin unleaded, ya mending pemakai Kijang / Honda etc. stick to Premium. Lebih murah dan bersih !
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Szli wrote:Bung Conan to Pak Kwik : " Gotcha " ! Mungkin dia sudah tua yah, jadi salah hitung. Cuman anda jangan lupa, dia mantan ketua Bappenas !
Ya, bung Szli, tapi Anda juga jangan lupa, dia juga bukan dewa, tapi manusia biasa, yang bisa berbuat kesalahan. Aku sangat respect pada Pak Kwik, tapi kesalahannya yang satu ini sangatlah fundamental, dan bahayanya, beliau terus menyampaikan hal ini di berbagai kesempatan, hal ini bisa menyebabkan salah persepsi dari masyarakat mengenai perlunya dicabut subsidi BBM.
Ketua Bappenas? Bayangkan jika beliau menjadi Presiden, dan mengeluarkan keputusan menurunkan harga bensin menjadi Rp 500 per liter, tentu 99% masyarakat akan bersorak sorai, mungkin hanya 1% atau kurang yang tidak setuju, seperti aku ini. Mendadak angka penjualan mobil meningkat tiga kali lipat, antrian di semua SPBU mencapai belasan kilometer, semua jalanan akan macet total, perekonomian lumpuh, persediaan minyak bumi Indonesia habis, negara tidak mampu beli minyak dunia, dan karena mayoritas pembangkit tenaga listrik di Indo masih mengandalkan BBM, terjadi shortage listrik dan kerusuhan dimana-mana, the end of Indonesia as we know it. Mungkin pada saat itu Pak Kwik baru mengatakan, "S-seharusnya dulu bensin dijual seharga Rp 5000, bukan Rp 500 :cry: "
Szli wrote:Jika pemerintah benar, urutannya seharusnya :
1. Tangkap koruptor besar dulu. 2. Jika uang kembali trilliunan rupiah itu masih tetap ngak cukup untuk APBN, baru OK naikan BBM
Anda bicara mudah saja, Mr. Szli. Apakah pemerintah dengan mudahnya bisa menyuruh Swiss atau Singapura membekukan rekening2 tersebut dan mentransfer uangnya ke Indo? Apakah proses ini bisa selesai dalam hitungan hari, minggu, atau bulan? Apakah selama itu, Anda menuntut pemerintah tetap mensubsidi BBM pada tingkat harga minyak dunia yang sudah mencapai dua kali lipat dari tahun lalu, padahal pada tingkat harga setahun lalu pun, pemerintah sudah merugi dalam mensubsidi BBM?
Please, be reasonable. :)
Szli wrote:Cuman saya pikir, " God help us all " jika udara Jakarta makin di racunin jutaan mobil kentut bau untuk 7 tahun lagi. May be too late. Anak kita takutnya lebih sering kena penyakit aheh aneh. Dan kita juga mulai sering kena penyakit pernafasan.
Ya, Mr. Szli, tapi ironisnya, Anda sendiri, walaupun Serena Anda ada CC dsb, adalah salah satu penyumbang polusi udara di Jakarta ini, bukankah begitu? Polusi adalah akibat pembuangan karbon monoksida dari kendaraan bermotor, apakah dengan memakai mobil berCC dan membeli unleaded gasoline, Anda merasa mobil2 Anda sama sekali tidak menyebabkan polusi, padahal Anda sendiri memiliki dua mobil, yang bahkan most of the time, mobil2 itu hanya dikendarai oleh satu orang saja? Anda sendiri mengatakan, Anda bisa menghabiskan sekitar 120 liter bensin dalam sebulan. Jika dibandingkan dengan orang yang naik angkutan umum setiap hari, walaupun asap knalpotnya hitam, tapi yang naik puluhan bahkan ratusan orang dalam sehari. Dihitung per orang, maaf, tapi Anda, dan juga aku, menyebabkan lebih banyak polusi dan lebih banyak menghabiskan bahan bakar daripada mereka itu.

Bung Szli dan bung Observer, daripada Anda sibuk menghitung pengeluaran extra untuk membeli bensin, yang sebenarnya hanya beberapa ratus ribu dari income Anda yang belasan juta sebulan, pernahkah Anda terpikir, bukankah lebih baik jika subsidi BBM itu dialihkan ke minyak tanah, agar JUTAAN rakyat miskin yang masih menggunakan minyak tanah untuk memasak (betul, mereka tidak mengenal kompor elpiji atau unleaded gasoline seperti kita), tidak terbebani lebih berat lagi? Persentase pengeluaran mereka untuk minyak tanah, untuk menghidangkan makanan secukupnya untuk sehari2, mungkin masih lebih besar daripada persentase pengeluaran kita untuk membeli premium atau Pertamax.

Bukankah wajar jika kita mengeluarkan uang extra untuk membeli bensin? Jangan lupa, dari harga Pertamax dan Pertamax Plus sekarang pun, pemerintah hanya bisa mengambil untung Rp 100 per liternya. Jadi jangan berpikir minyak tanah akan disubsidi dari keuntungan menjual bensin. Kita membeli bensin pada harga pasar. Minyak tanah akan disubsidi oleh pemerintah dari pendapatan negara, yang didapat dari pembayaran pajak kita.

Naiknya harga bahan bakar juga akan meningkatkan efisiensi kita dalam bepergian dan menggunakan bahan bakar.

Contoh, misalnya lima siswa SMA yang tinggal di komplek yang sama, dengan jadwal sekolah yang sama, tapi selama ini mereka semua, mungkin demi gengsi, masing2 membawa mobil sendiri ke sekolah. Lima mobil di jalan dan lima tangki penuh bensin dibakar. Kini, mereka memutuskan untuk berangkat dan pulang bersama2, bergantian membawa mobil.Hanya satu mobil di jalan dan hanya satu tangki penuh bensin yang dibakar. Berkurang empat mobil di jalan dan berkurang empat tangki penuh bensin dibakar.

Atau ibu2 yang selama ini membawa mobil sendiri2 untuk menjemput anak sekolah, walaupun banyak tetangganya anaknya sekolah di tempat yang sama, kini berangkat bersama bergiliran atau memanfaatkan sarana antar jemput.

Multiply these cases, and many others, by thousands and the result will be significant. Kemacetan akan berkurang, polusi akan berkurang, fuel consumption secara nasional pun akan berkurang.

OK, mungkin kalau dari sisi penghematan energi, kawan2 kurang tertarik ("Bagaimanapun juga, kan lebih praktis bawa mobil sendiri, bagaimana kalau sepulang sekolah mau ke mall dulu??"), mari kita lihat dari sisi penghematan uangnya. Over the days, over the weeks, over the months and over the years, bukan tidak mungkin Mr. Observer bisa lebih sering jalan2 ke luar negri, dan Mr. Szli bisa membeli a brand new Mercedes Benz Van, with the most advanced CC available? :wink:

:)
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Oops, sorry, sorry, double post :wink:
User avatar
Yongis_CD
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 746
Joined: Thu Aug 22, 2002 5:58
Location: Jakarta Indonesia

Post by Yongis_CD »

hmm polusi.....?.....catalityc converter?....bau kentut????..........coba pikirin saya yg ke kantor tiap hari naek motor ( empat tak ) karena gak mampu beli mobil.........kepala saya pusing kalo kena asap motor 2 tak,baik motor ato bajaj berasap super putih,juga bis dan metromini yg asapnya superhitam.....saya malah masih bisa bernapas lega di belakang mobil2 kayak kijang,bahkan yg tua sekalipun yg anda2 bilang bau kentut.....................


hehehe sebenarnya saya minder dengan perbincangan diatas............rupanya saya cuma rakyat jelata yg gak pernah merasakan nikmatnya naek serena dan MB..........
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Actually saya bukan sudah lama di manja pakai mobil pribadi. Dulu waktu kerja dan belajar di Singapura banyak tahun, tiap hari saya naik bis dan MRT. Memang lebih capek, tapi its OK. Ada AC dan aman.

So, sebenernya jika public transport di sini aman dan nyaman, saya akan cuman piara 1 mobil saja cukup. Uangnya mending di invest. Lagipula, urusin 2 mobil bisa pusing juga. 1 Mobil paling gampang.

Cuman yaitu, as long as public transport di sini tidak nyaman dan aman, pasti banyak orang seperti saya mau ngak mau beli mobil dan bikin jalan lebih macet.

Actually saya sangat sadar bahwa beli mobil, apalagi 2 atau lebih itu tidak bagus untuk masa depan keuanggan. Bayangkan, 200 juta lebih kalau di invest tiap tahun mungkin naik 15-20%. Eh, mobil malah tiap tahun hilang 10-20% ! Sangat memakan harta ! Cuman apamau buat. Kondisi sini gitulah !

Sebenernya I want to use less car and use public transport, lebih hemat dan efficient. Tapi pemerintah masih gagal kasih kita public transport yang manusiawi.

Wah, sekarang di Singapura, hampir semua bis ada AC, dan ada TV juga. Jadi meskipun kadang desekan juga, tapi masih enak ! With such a public service, saya di Singapura tanpa mobil sudah merasa cukup dan puas !
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

szli wrote: Cuman yaitu, as long as public transport di sini tidak nyaman dan aman, pasti banyak orang seperti saya mau ngak mau beli mobil dan bikin jalan lebih macet.
Quoted from my own comments above :

Sebaliknya, tanpa adanya subsidi, harga fuel yang mahal (tapi sesuai harga fuel dunia) justru akan menyebabkan kesadaran orang akan energi meningkat, orang akan meningkatkan efisiensi dalam bepergian, dan sarana transportasi massal yang layak akan dikembangkan, jalanan pun tidak semacet sekarang. Inilah kondisi di semua negara yang TIDAK menerapkan subsidi! Dan inilah yang harus kita mulai di Indonesia.
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Yongis CD, jangan minder dong ! Namanya kan selalu ada gunung yang lebih tinggi. Anda bilang minder banding orang pakai Serena dan BM. Nah, kalau gitu saya minder dong dengar ada big boss naik helicopter ! Dan big boss bisa minder jika dengar boss lebih besar di Amrik tiap hari naik Pesawat pribadi !

Dan orang desa / hutan yang tiap hari jalan kaki sangat minder dong lihat anda ada motor, tidak perlu buang banyak tenaga. Kakinya tidak akan injak ular di hutan, atau ketusuk duri.

Dan U know something, kalau lagi macet banget, saya pakai Serena pun tiap kali lihat motor dengan cepat nyelip sini sana, saya juga minder ! Eh, enak banget orang naik motor, mungkin 15 minute sampai tujuan. Saya mungkin harus makan waktu 2 jam baru sampai !

Jangan banding terus. Dulu saya gitu. Capek percuma. Asal anda sudah usaha keras, be happy with what U have. Apalagi jika anda sehat. Ada orang naik Alphard yang mungkin lagi terserang sakit jantung / diabetes lu ! Bisa saja keluarga anda sehat, akur. Mungkin keluarga Alphard itu lagi berantem soal harta terus, dan pasangannya lagi selingkuh ! Mau jadi yang mana ?

Ngak mungkin setiap orang bisa jadi big boss, naik mobil bagus. Setiap orang ada nasip sendiri. Asal kita berusaha, sukur yang di atas bantu kita. Jika tidak, atau waktunya belum tiba, ya gimana ? Just try to be Happy everyday. Betulkan ?
hdrw
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 433
Joined: Sat Aug 21, 2004 19:46

Post by hdrw »

observer wrote: I kurang setuju! Ngak tahu yah I ini unik atau banyak orang lain yang berpikiran seperti aku.

Nah, sekarang masalahnya BBM naik. selisih harga bbm=267 X (4.000-2.450)=Rp413.000!!!
Mungkin angka segitu tidak berarti untuk dompet kedua, tetapi cukup berasa untuk dompet pertama!! Apalagi kalau pertamax jadi Rp5.000, wah bisa jerit2 man! :cry:
Bukan nya anda kurang setuju, menurut saya, anda hanya kaget saja, sebentar juga hilang. :lol:
Sebulan 400 ribu, saya yakin ngak akan merubah gaya hidup anda.
Ngak percaya? Dulu waktu 1 USD<2000 dan bensin ngak tahu berapa murahnya, anda mungkin sudah jalan2 keluar negeri, sekarang 1 USD=9000 dan pertamax=4000, anda bisa jalan2 keluar negeri. :)
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Btw bung Szli, aku sangat setuju dengan Anda, dan aku yakin Bung Yongis CD juga sudah berpikiran sama seperti Anda, bukankah begitu bung Yongis CD?
Tapi aku tidak setuju alasan Anda yang satu ini, I think this is a wrong reason :
Szli wrote:Apalagi jika anda sehat. Ada orang naik Alphard yang mungkin lagi terserang sakit jantung / diabetes lu ! Bisa saja keluarga anda sehat, akur. Mungkin keluarga Alphard itu lagi berantem soal harta terus, dan pasangannya lagi selingkuh ! Mau jadi yang mana ?
Maaf, bung Szli, tapi ini pikiran yang narrow, sempit. Marilah kita tidak usah melihatnya dengan cara begitu, tapi jadikanlah prestasi orang lain sebagai 'cambuk' dan motivasi supaya kita berusaha lebih rajin lagi. Tidak perlu berprasangka begitu hanya untuk 'melegakan' diri kita sendiri. Bisa saja keluarga Alphard itu keluarga yang sehat, harmonis dan bahkan dermawan, bukan? Kita patut bersyukur akan apa yang kita miliki, dan juga apa yang orang lain miliki. :)
User avatar
Yongis_CD
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 746
Joined: Thu Aug 22, 2002 5:58
Location: Jakarta Indonesia

Post by Yongis_CD »

hmm thx buat tanggapan dan advice temen2 sekalian........
hdrw
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 433
Joined: Sat Aug 21, 2004 19:46

Post by hdrw »

szli wrote:Jangan banding terus. Dulu saya gitu. Capek percuma. Asal anda sudah usaha keras, be happy with what U have. Apalagi jika anda sehat.
Yup, betul tuh.
Kalau nguber yang diatas terus ngak ada habisnya, bersyukur saja apapun yang dititipin dari Tuhan.
szli wrote:Ngak mungkin setiap orang bisa jadi big boss, naik mobil bagus. Setiap orang ada nasip sendiri. Asal kita berusaha, sukur yang di atas bantu kita. Jika tidak, atau waktunya belum tiba, ya gimana ? Just try to be Happy everyday. Betulkan ?
Ha ha ha, bung szli bener juga yah, kalau semua jadi boss, karyawannya siapa?
Bung Yongis, roda nasib kan berputar.
Kalau Tuhan mau rubah detik ini juga, kita bisa apa?
Jangankan punya mobil/motor, makan aja susah.