Mobil ini hinggap ke pelukan saya tanggal 21 November 2014, setelah sudah lama mengidam-idamkan sebuah Mk.7 (korban baca review), dan insentif memboyong si sabine (nama golep saya) muncul ketika lagi jalan-jalan ke PIM di tengah galau diputusin ketemu pameran VW yang kebetulan salesnya saya dapatkan nomernya sehari sebelumnya dari seorang teman (berasa jodoh, baru sehari dikasih nomer sales VW eh besokannya ga pake janjian malah ketemu orang dimaksud).
Singkat cerita, di tanggal tersebut sabine datang digendong tow truck dan keesokan harinya sudah saya bawa ke kantor saya di bilangan sudirman (pengurusan STNK cepat sekali sehingga ketika mobil saya terima sudah dengan nopol resmi) dan menjadi pengantar setia weekdays dan weekend saya. Kesan saya, mobilnya menyenangkan sekali, lincah kencang dan irit banget (pada masa saya masih jomblo dan pekerjaan di kantor membuat saya berangkat dari rumah jam 05.00 dan pulang jam 23.00 tiap hari selama beberapa bulan, saya bisa isi bensin v power tiap dua minggu sekali).
Cobaan Pertama
Tak ada gading yang tak retak, H+7 sejak saya menerima sabine masalah pertama muncul. Memang sehari sebelumnya saya terjebak macet 2 jam di laying antasari, dimana dalam kondisi stop n go saya either pindah transmisi ke D ketika merayap atau N ketika diam dalam waktu cukup lama, tapi yang terjadi keesokan harinya sungguh tidak terduga, indicator gigi seperti bingung ketika hendak berpindah dari gigi 3 ke 4 dengan angka di indicator berganti ganti 3-4, 4-3 dan begitu seterusnya. Hal tersebut ditambah ada sentakan ketika pindah gigi membuat saya menelfon sales saya dan akhirnya mobilpun dijemput tow truck dan dibawa ke VW Kemayoran.
Kurang lebih seminggu mobil saya menginap (untungnya saya dapat replacement car sebuah Tiguan Highline selama itu), dan diagnosanya adalah diperlukan upgrade software DSG saya, yang kemudian dilakukan tanpa dikenakan biaya.
Berbekal baca-baca dan tanya-tanya, disarankan supaya saya lebih sering menggunakan manual mode dari DSGnya sabine supaya mencegah hal serupa terjadi lagi, yang Alhamdulillah sampai terjadinya Cobaan Kedua (yang akan saya bahas di bawah) memang cukup mujarab mencegah DSG mobil saya angot.
Cobaan Kedua
Awal Januari 2017, kembali sabine mengalami masalah dimana sabine akhirnya harus nginep hampir 2 minggu di VW PIK untuk diganti mechatronic karena sehari sebelumnya di suatu hari minggu ujug2 ga bisa distater di percobaan pertama (hal ini terjadi setiap mobil dimatikan, ketika mau dinyalakan lagi tidak akan mau menyala ketika tombol engine start ditekan untuk pertama kali dan hanya bisa menyala setelah tuas transmisi saya pindahkan ke posisi N dan D dan kembali ke P untuk kemudian dimatikan dan dinyalakan kembali). Di malam harinya VW ERA akhirnya datang ke rumah saya untuk memeriksa dan dari diagnosa mereka hal ini terjadi karena sinyal dari mechatronic ke mesin putus2 dan akhirnya diputuskan keesokan harinya dibawa ke VW PIK.
Di VW PIK assessment awal dinyatakan bahwa kemungkinan perlu ganti mechatronic dan karena parts belum datang maka sabine diminta menginap dulu. Kesempatan ini sekalian digunakan untuk mengganti shock breaker yang barangnya kebetulan sudah datang karena sebelumya sempat complaint suka ada bunyi ‘duk2” dari area ban depan bawah yang diduga diakibatkan ada issue di shockbreaker (dan kemudian wheel bearing yang katanya harus ganti juga tapi barangnya belum datang dan masih menunggu parts tiba).
Setelah hamper 2 minggu menginap sekarang mobil sudah bisa saya gunakan normal seperti sediakala walau entah kenapa masih suka terdengar bunyi “duk2” yang saya kemukakan di atas (mungkin karena wheel bearing belum diganti) dan juga keluhan rem bunyi “ngik” tiap ngerem masih tetap ada.
Seperti kasus Cobaan Pertama, penggantian mechatronic tidak dikenakan biaya karena masuk goodwill guarantee untuk transmisi yang berdurasi 5 tahun.
Cobaan Minor
lainnya cobaan yang dialami Sabine adalah perlunya body repair karena diserempet pajero sport ketika lagi stop n go di sudirman (wheel arch kiri depan penyok sikit), bagasi dibaret orang pas lagi ke sency, dan bemper belakang pojok kiri dan kanan masing2 pernah disundul motor pas lagi berenti wkwkwkwk.
Do I Love Sabine?
What can I say, saya cinta sama sabine karena seperti yang saya sudah sebutkan di atas mobil ini lincah, kencang dan irit. Selain DSG nya yang harus mengaku kalah canggih sama lalu lintas Jakarta susah buat saya untuk bilang benci sama sabine.
Ketika Sabine berlaku normal, harus dibilang sangat menyenangkan mengemudikan Sabine, I don’t care bahwa joknya belum elektrik, bahwa jok nya belum kulit, bahwa layar audio nya mungkin lebih kecil jauh dibanding Mk.7 di luar, sebab mengemudikan Sabine is a fun experience dan bahwa maksimum saya hanya perlu mengeluarkan 400 ribuan untuk isi bensin sampai full (kalau sudah tinggal seperempat) juga menjadi factor why I love Sabine.
What About the Look?
Well, beauty is in the eye of the beholder. Yes Sabine mungkin ga neko-neko design nya tapi menurut saya kesederhanaan ini membuat Sabine terlihat ganteng (nama boleh Sabine tapi dia ganteng wkwkwkwk) ketika dibandingkan euro hatch di pasar Indonesia yang jadi kompetitornya.
Will I Replace Sabine with Another Sabine?
This one is quite difficult to answer. Yes I love Sabine, tapi saya masih harus liat kembali ke depan apakah masih akan ada cobaan yang diberikan DSG ke hubungan saya dan Sabine. Terlepas dari fun factor yang saya sebutkan di atas, saya sungguh berharap tidak akan ada masalah DSG lagi ke depannya, karena cukup repot untuk bolak balik dari Cinere ke PIK untuk nginepin mobil especially kalau masalahnya terjadi di weekdays, cost me my time.
Apabila tidak ada masalah DSG lagi, yes I may choose another Sabine to replace my Sabine. Tapi kalau ternyata masih timbul masalah serupa, kayaknya cerita kita cukup sampai disini.
Sekian dari nubie, semoga kawan-kawan sekalian berkenan dengan long term user review ini
![Big Smile :big_smile]](./images/smilies/big_smile.gif)
note: pic sabine bisa dilihat di link ini ya viewtopic.php?p=775579#p775579