THE DEALER VISIT
Memasuki Dealer Proton saya disambut sales yang anehnya sedang sapu-sapu. Segera saya tanyakan maksud saya datang ke dealer itu yaitu untuk mencoba Suprima S. Instead, saya menemukan Exora Bold, Neo R3, dan Exora tipe bawah. Sales yang nampaknya cukup jarang menerima tamu ini pun membukakan kunci 2 mobil yaitu Exora Bold dan Neo R3 untuk saya lihat-lihat isinya.
EXORA BOLD

It’s a 7-seater MPV dan yang anda lihat di bawah ini adalah mesin CFE 1.6 litre turbo yang menghasilkan 138 hp. Hmm, sesuatu yang sangat menarik tentunya untuk sebuah MPV berharga hanya 236 juta ini sebelum diskon yang bisa saya pastikan akan cukup besar. Mesin ini serupa dengan yang digunakan pada Proton Suprima dan Preve

Bentuk mobil ini proporsional. Tidak tampan, namun proporsional. Dibandingkan merek “aneh” lain seperti TATA atau geely, desainer Proton masih memiliki taste yang lebih baik. Desain belakangnya pun bisa saya bilang menarik.

Interior pun bisa saya bilang cukup sederhana namun tidak ada elemen yang mengganggu. Segalanya tampak normal dan saya suka bahan joknya. Jahitan rapi dan empuk. Steering wheel dibungkus kulit yang cukup oke untuk kelasnya. Beberapa bagian memang terasa cheap, namun saya rasa MPV yang seharga Exora juga memang tidak ada yang betul-betul oke materialnya (kecuali Spin dan Ertiga). Oiya, penempatan AC untuk baris kedua dan ketiga dari mobil ini rapi seperti pada Chevy Spin.

Instrument cluster mudah dibaca dan enak dilihat, peringatan apakah door, engine bay, dan bagasi pun bisa dilihat di layar tengah itu. HU memakai merek Clarion dan kalau saya lihat ia sudah dilengkapi bluetooth. Tidak lupa juga terdapat tuas cruise control yang tersembunyi di balik kemudi.

Satu hal yang membuat mobil ini memiliki nilai lebih sebagai MPV adalah kabin yang lega dan nyaman bahkan sampai baris ketiga. Andai saja Proton lebih semangat dan serius memasarkan mobil ini dan membuat Line-Up nya lebih menarik, mobil ini harusnya bisa mencuri at least sedikit saja kue pasar MPV. Untuk ukuran sebuah brand yang “aneh”, build qualitynya terasa masih oke dan tidak ada elemen desain yang mengganggu. Mesinnya pun lumayan “berani” dengan power yang bisa dibilang besar.

Ketika saya masih sibuk melihat-lihat Exora, tiba-tiba saja sales menyodorkan surat Test Drive dan kunci dari Proton Neo R3. Alasannya, karena saya mencari Suprima maka Test Drive Neo R3 akan bisa memberikan teaser karena posisi duduknya mirip. Hmm, let’s see.
NEO R3

So it’s a hot hatch. Equipped with 1.6 litre CamPro NA engine menghasilkan 125 hp. Ia adalah mobil yang digunakan basis untuk mobil balap Rally Proton. Ekspektasi saya terhadap mobil ini cukup tinggi, melihat spec sheetnya tentunya tidak salah untuk menganggapnya sebagai rival Swift Sport. Mobil ini dijual dengan 235 juta untuk versi AT sebelum massive discount.
EXTERIOR

Mobil ini terlihat cukup menarik namun terasa outdated. Wheel arches gemuk dan segala bells and whistles nya mungkin akan menarik perhatian jika anda adalah anak ABG 18 tahun yang hidup di tahun 2004. Untungnya ia tidak terlihat kampungan atau ricer, hanya agak outdated, that’s it. I quite like the wheels though, dibungkus dengan ban Continental MC5 dengan disc brake yang cukup besar di baliknya. Exhaust pipe yang ditaruh di tengah bumper jg cukup meningkatkan visual appealnya bersama dengan diffuser di sampingnya. So it’s not pretty but at least proporsinya tidak aneh.


INTERIOR

Respon kebanyakan orang saya yakin adalah “Oh, dear”. Interiornya jadul, polos dan materialnya jelek. Everything, I mean, EVERYTHING feels cheap. Bahkan lighting instrument clusternya tampak seperti pinjam dari angkot. Tapi untungnya di dalam interior suram tersebut, Proton memasangkan sepasang jok yang sangat baik kualitasnya. Joknya terasa suportif dan nyaman. Kulitnya juga lumayan oke. Satu hal yang lumayan membuat saya kaget adalah adanya automatic climate control di interior sesuram itu. Head unit nya juga sudah dilengkapi bluetooth.
But still, bad mark for the interior.



DRIVING

Badge “handling by LOTUS” tentu saja merupakan kebanggaan Proton yang menjamin handling mobil ini istimewa. Hmm okay, let’s see what it got then.

Di depan kita akan mendapati suspensi McPherson yang sudah familiar dan sangat simple. Berita bagus ada di belakang karena R3 sudah menggunakan full independent suspension yang tentu saja lebih advanced dibanding torsion beam yang umum digunakan di mobil hatchback kecil sekelas.

Test drive pun dimulai, saya hidupkan mesin 1.6 litre nya dan suara yang keluar dari exhaust cukup keras. Lumayan sporty lah. Tapi mesin 1.6 litre ini terasa kasar saat idle, getarannya sangat terasa ke kabin. Unit yang saya coba ini dipasangkan dengan unit transmisi 4AT ( LAME! ). Saya mencoba berakselerasi keluar dealer dengan agak agresif dan terasa sedikit hentakan di awal akselerasi tapi diikuti oleh absolutely NOTHING. The transmission is just garbage, it’s killing the engine. Sangat mengecewakan untuk sebuah hot hatch. Slip transmisi terasa di hampir semua RPM, terasa sedikit tendangan di atas 4000 tapi not much. The engine feels very rough, it’s not refined and not that happy to be revved. Rasanya seperti mesin jadul yang hanya bagus untuk “sruntulan” di lalu lintas. Pada akhirnya, anda hanya mengendarai mobil yang lambat, berknalpot berisik, dan bermesin kasar. Saya bahkan sempat mencoba menaruh shifter di posisi “1” lalu flat out, but still, nothing. Just noise and vibration, no go. Mungkin versi MT nya akan lebih baik, tapi versi AT ini benar-benar mengecewakan. Kalau saya rangkum, mengendarai mobil ini mirip mengendarai avanza AT jadul. Kuat di rpm awal tapi hopeless di rpm lainnya.
Untungnya kegagalan di sektor powertrain diobati oleh chassisnya yang menurut saya bagus. Dampingnya baik meskipun spring rate sangat kaku. Melewati lubang dan jalan kasar tidak menghasilkan bunyi yang mengganggu dan benturan yang tidak diinginkan. Namun tetap saja jalan yang tidak rata akan sangat terasa. Overall pergerakan mobil bisa terkontrol dengan baik. Bahkan saya bisa bilang saya sedikit teringat dengan setting suspensi MINI Cooper 1.5 yang pernah saya coba, hanya saja steering Proton bukanlah lawan dari MINI. Steeringnya terasa kurang cepat dan feedbacknya biasa saja, ditambah lagi stirnya terasa sangat berat untuk parkir. Rem kurang menggigit di awal meski injakan pedal terhadap braking power lumayan linear, sayangnya ternodai oleh feeling spongy yang sangat terasa di pedal. Overall the ride and handling is quite nice
Oiya, satu hal yang mengganggu di mobil ini saat berkendara adalah spionnya yang terlalu kecil.
CONCLUSION
Untuk sebuah brand yang berasal dari negara yang tidak umum, Proton masih memiliki desain mobil yang bisa saya terima dan beberapa kelebihan. Saya bisa melihat potensi dari Exora Bold, bentuknya proporsional dan interiornya meski sangat konservatif masih cocok dengan harganya. Mesinnya juga bertenaga besar, semoga ada kesempatan lain dimana saya bisa mencoba mobil itu.
Sedangkan untuk Neo R3, i cant see how they can possibly sell that car here. Sebaiknya mobil ini dihilangkan dari line up proton di indonesia karena sudah outdated. Proton sebaiknya lebih berfokus kepada produk yang benar-benar memiliki potensi seperti exora.
Saya bisa bilang dibandingkan Geely atau Chery sih, saya saat ini masih lebih pegang Proton.
