Setelah lama sekali enggak menulis Review disini, ijinkan nubie menulis kembali sebuah review ecek-ecek.
Prologue
Setelah janjian dengan beberapa oknum KuSeM, diputuskan pada hari Sabtu tanggal 7 Maret kami akan melakukan dealer raid untuk TD sebuah roti tawar.... i mean sebuah MPV berlogo tiga berlian : Delica D:5.
Oknum yang menyatakan diri hadir adalah ane, medket, bro Steven a.k.a Lao Ban a.k.a Juragan Henpon a.k.a nyotnyet,bro Aris a.k.a sandal, dan last but not least, bro Ronald a.k.a KodokPushUp.
Sayangnya di Sabtu pagi hari saat ane sedang adem ayem dengerin dosen, ada kucing yang lagi digondol sama induknya, jadi akhirnya seekor kucing gagal mengikuti sesi TD kita. Tersisa ane, bro Steven, bro Aris, dan bro Ronald. Rencana membandingkan KW8 dengan Delica pun gagal. Akhirnya Mazda8 kami bully secara digital (baca : WA)

Ane meluncur menjemput bro Ronald yang kebetulan tempat tinggalnya hanya berjarak 2 KM dari kost-an ane, berkumpul di rumah Steven Lao Ban dengan bro Aris sudah menunggu, dan kemudi diambil alih oleh bro Aris yang penasaran dengan mobil hina ane. Lalu kami meluncur ke TKP, bro Steven sambil ubek-ubek unit tanpa babibu langsung tanya : "ada TD nggak?" - sambil berlagak bego, kalaupun dijawab enggak ada kita tau mereka lagi bohong karena unitnya udah siap di depan dealer.
And next... let the review speaks for itself.
Overview & History
Ketika kita mendengar nama Delica, mungkin nama tersebut masih asing dan nggak familier di telinga kita.
Delica? Itu benda atau makhluk halus apaan tokh?

Tapi bagaimana dengan Mitsubishi L300? Terlalu kalau sampai ada seseorang tinggal di Indonesia gak pernah dengar nama el-sapek. Sebuah pickup dan minibus yang sangat andal dan terkenal di seluruh penjuru Indonesia.
----- Nggak perlu lah ya fotonya ane tampilin, kalau nggak tau mobilnya googling ae.
Dan tentu ada sebagian dari kita bertanya-tanya, kenapa sih el-sapek dari dulu bentuknya kotak gituuuuuu ae, sampe bosen liatnya, udah dari taun '80an. Ever wondered selama 30 tahun terakhir bagaimana nasib L300?
And this is the shocking fact. KTB nggak pernah reveal nama asli Colt L300, dari awal sampe sekarang dipasarkan dengan nameplate "Mitsubishi Colt L300". Banyak orang clueless dan mungkin don't give a sh*t about this car, taunya ya mobil fleet ngapain ganti-ganti model.
Ever wondered what the original name of L300 was?
Delica. Shocking, isn't it?
Delica stands for DELIvery CAr. Sebuah mobil komersial buatan Mitsubishi dari tahun 1968 yang mempunyai wujud minibus dan pickup. Jadi keberadaan nama Delica itu sendiri sebenernya sudah lebih tua daripada L300. L300 adalah generasi kedua dari Delica.
Sebentar..... L300 ini generasi kedua Delica, lalu "Delica" yang dipasarkan di Indonesia ini generasi ke berapa?

5. Funny, isn't it? Di Indonesia generasi kedua dan kelimat dijual bersamaan di dealership Mitsubishi, dan generasi kelimanya diklaim punya kasta lebih tinggi dari generasi keduanya

Hanya saja sejak 1999 penggunaan nama Delica sudah lebih umum untuk memberi nama pada van - van komersial Mitsubishi. Delica Cargo (1999-2010) untuk rebadge Mazda Bongo. Delica D:2 (2011) untuk rebadge Suzuki Solio. Varian terakhir Delica adalah D:3 yang merupakan rebadge dari Nissan NV200 / Evalia.

Dan the original "Delica" sekarang memiliki nameplate : Delica D:5, based on D-5 Concept di Tokyo Motor Show 2005.

Dan shocking truth berikutnya, D:5 Delica yang dipasarkan di Indonesia tahun 2014 ini ternyata sudah mengaspal di Jepang sejak 2007. Seperti Mazda Biante yang sudah keluar di Jepang dari tahun 2008 dan baru dipasarkan tahun 2012.
D:5 Delica ini menggunakan platform dari Mitsubishi GS Platform, yang sama dengan Lancer dan Outlander Sport.
Sebetulnya dari awal bikin review ane nggak ada rencana mau cerita sepanjang ini soal Delica, tapi ane merasa berdosa kalau enggak cerita terlebih dahulu asal usulnya roti tawar yang nggak terlalu tawar ini, karena semua cerita ini berhubungan sekali dengan beberapa kekurangan dari D:5 Delica. Jadi mungkin pembaca bisa sedikit "memaklumi"....
.... atau malah tidak bisa dimaklumi sama sekali?
Review
1. Exterior
Mari kita mulai caci maki errr review dari exteriornya saja...
Delica D:5 mungkin secara tampilan adalah yang paling tidak menarik dan paling membosankan dari MPV Roti Tawar lain seperti NAV-1 atau Serena. Apalagi dengan Biante, jelas kalah cantik, jauh.

Tarikan garis di body Delica ini sangat simpel, nggak jauh dari genesisnya, L300 minibus. Tampilannya nyaris seperti minibus tanpa hidung walaupun mesinnya nggak di bawah jok kayak L300.

However, secara subjektif tampilan depannya dengan grill berbilah chrome dan lubang-lubang banyak ini sedikit mengingatkan pada Hummer, ya nggak sih?

Mungkin yang nyetir mobil ini enggak akan keliatan your so typical family man seperti Serena atau NAV-1, atau tidak akan terlihat nyentrik seperti nyetir Biante, otherwise malah auranya macho dan adventurous.



Di sisi lain untuk para penggemar tampilan mewah berhamburan krum, tentu saja Delica tidak akan cocok karena sangat understated dan sama sekali tidak terlihat mewah. Image mobil ini lebih ke arah maskulin ketimbang metroseks. Untuk membuat Delica D:5 lebih eye catching, bisa coba aplikasikan sticker alay di atas yang tentu saja bisa nambah +500cp (cat power) dan sukses membuat kami diliatin banyak orang di jalan.

Ban menggunakan Yokohama Geolandar. Saya begitu ngeliat kembangan bannya yang kasar gini udah punya feeling gak enak. Yokohama Geolandar, FYI, adalah seri ban offroad dari Yokohama, dan kita semua tau implikasi penggunaan ban semi-offroad dengan kembangan kasar adalah noise besar dan bantingan yang harsh....

Bro Ronald yang sehari - hari menggunakan CX-5 Sport dengan 17inch wheels dan menggunakan ban serupa saja sempat bilang waktu berangkat, Geolandar ini bikin kenyamanan CX-5 sedikit terganggu.... Hmmm

Tampilannya buruk? Tentu saja tidak. Mitsubishi melakukan langkah berani dengan tampil beda dari roti tawar merek lain, dan merupakan hal yang patut diapresiasi

2. Interior
Yah, seperti yang sudah saya jelaskan diatas.
Karena merupakan genesisnya Mitsubishi L300 yang merupakan mobil angkutan, tentu saja kualitas interior adalah nomor ke sekian sekian. Bisa dibilang kualitas interiornya adalah yang paling sederhana dan paling tawar dibanding roti tawar lain.
...... Yang tentu saja, mengusung tema yang sama dengan exteriornya : robust. Kalau nggak mau dibilang jelek.
Layak dimaklumi?
Kita mulai dari hal - hal bagus di interiornya dulu saja....


Cluster yang sama persis dengan Outlander Sport di rumah saya... Bedanya karena Delica D:5 ini import utuh dari Jepang, speedometernya hanya sampai 180.... Outlander Sport 240.




Setir yang cukup besar dan nyaman digenggam, dan surprising, mobil ini dilengkapi cruise control


Console tengahnya saja punya 4 cup holder, useful





Kompartemen penyimpanan sangat banyak disini.

Another cup holder and storage....

Lampu kecil untuk membantu penerangan, untungnya Mitsubishi menyadari kalau desain lantai mereka terlalu tinggi. Sebagai contoh....

Kaki saya mau turun dari Delica saja susah.

..... handle bantuan untuk pengemudi dan penumpang depan, seperti di Alphard.

Knee airbag.

1 hal yang membuat Mazda8 berasa overprice : TWEETER


Head unit yang tampilannya cukup bagus. Interface nya sangat user friendly, dan touch screen nya lumayan responsive. Navigasi sudah built-in, enggak kayak Outlander Sport harus install module nya dulu dan merupakan opsi tambahan. Resolusi Navigasinya pun cukup bagus dan nggak bikin bingung kayak GPS di Outlander Sport yang udah resolusinya payah.
.... konektivitas bluetooth cukup bagus, nanti direview oleh bro Aris.
Lalu ke bagian buruknya.....
Sebetulnya banyak sekali hal - hal positif dari interior Delica seperti kompartemen yang sangat banyak, tapi ada beberapa hal yang sangat fatal dan sangat mungkin menjadi deal breaker :
- Karena sebenernya diperuntukkan untuk mobil "kerja", plastik di interior Delica D:5 terasa sangat murah untuk harganya. Mungkin kalau harganya 300juta masih bisa dimaklumi, karena Innova saja sekarang di level 300juta. Dan mungkin plastiknya boleh disetarakan dengan Innova lah. Fit and finish, masih lebih baik dari C26 Serena yang masang rel aja gak bener. Tapi masih kalah dibanding NAV-1 apalagi Biante.
- Jok fabrik warna beige yang mudah kotor dan ukurannya kecil, plus diperparah dengan joknya yang keras seperti di Outlander Sport dan Pajero Sport. Jok drivernya pun tidak supportive terutama di bagian bawah paha tidak ditopang dengan baik.
- Akses masuk dan lantai yang cukup tinggi membuat mobil ini sangat tidak bersahabat untuk lansia.
- Mekanisme pelipatan jok belakangnya menyamping seperti Innova dan Freed dan mekanismenya cukup ribet plus kekurangan lainnya : makan space untuk barang.

- Pintu bagasinya sangat besar dan berat, nonik sales yang menemani kami sempat kerepotan menutup bagasinya. Butuh orang dengan profil tinggi diatas 180cm dan punya otot cukup besar untuk bisa menutup bagasi Delica dengan mulus. Memang mobil yang cocok buat pria yang hobi fitness...

Akomodasinya.... Nanti di review oleh bro Steven dan bro Ronald yang merasakan duduk jadi penumpang.
3. Features
Fitur - fitur yang ada di Delica :
- Keyless Smart Entry

- Active Stability Control
- Auto Stop & Go (AS&G they said.... disingkat doang, kagak kreatif.)

- Hill Start Assist
- Cruise Control
- Paddle Shifters
- Built-in Navigation
- Dual SRS Airbags & Knee Airbag
- Electric Retract Mirror
- Parking Camera
- HID with Auto-Levelling
- Electric Sliding Doors
Fitur yang lumayan "biasa" untuk MPV kotak CBU Japan.
4. Driving Impression

Engine bay yang menyusahkan mekanik untuk bongkar-bongkar...
Unit penghuni ruang mesin Delica D:5 yang dipasarkan di Indonesia adalah 4J11 SOHC berkapasitas 2.0L dengan output 150ps dan 191Nm. Sedikit lebih kecil dari Outlander Sport yang menggunakan 4B11 DOHC.
Transmisi adalah CVT INVECS-III, sama seperti Outlander Sport. Dengan bobot............... eng ing eng............ 1685kg !

Bobot yang sangat berat, nyaris 1.7Ton atau setara dengan Harrier yang sudah terasa sangat lemot dengan mesin 2400cc.
Duduk di jok driver yang posisinya sangat commanding dan tinggi, dengan pemandangan dashboard yang sangat luas.

Kurang lebih seperti itu pemandangan dari posisi driving saya.
Start engine, deruman mesin yang sangat familier dengan Outlander Sport di rumah... Setelah memastikan seluruh penumpang gak ada yang ketinggalan, saya mulai jalankan mobil.
OK, mulai dengan hal-hal bagus nya dulu :
- Mesin terasa agak telat responnya, tapi untuk cruise di 40 km/h, mobil terasa sangat halus dan nyaman. CVTnya bahkan lebih halus dari Outlander Sport untuk cruise di normal speed 40 km/h.
- Paddle shift, same story with OS, cukup membantu untuk memilih rasio CVT yang tepat.
- Setir memiliki bobot yang pas dan feedback yang cukup sehingga tidak terasa melayang.
- Rem pun memiliki respon yang sangat halus dengan stopping power yang cukup memadai untuk mobil sebesar ini.
Berikutnya, hal - hal buruknya.... Ready?
- Mesinnya terlalu halus, kalau tidak mau dibilang lemot. Respon CVTnya tidak agresif seperti Outlander Sport. Hanya saja "saking halusnya" mobil digas mesin meraung tapi jalan di tempat. Tidak seperti Outlander Sport yang memberikan efek melejit bagaikan anak panah tak tahu arah kalo dibejek. Ketika dibejek, Mesin terasa sudah menguras seluruh potensinya tapi tidak dibarengi dengan laju kendaraan. Sehingga mobil ini terasa underpowered. Yes i know MPV bukan buat kebut-kebutan. Tapi ini satu hal yang cukup mengganggu kalo perjalanan luar kota. I wish there was the Diesel trimline.
- Setir berukuran besar yang walaupun punya bobot pas dan enak digenggam, lock to lock nya besar sekali.
- Mobilnya terasa berat, sangat berat! Bobotnya ini selain berpengaruh ke performa mesin juga membuat Delica sangat sulit diajak bermanuver.
- Dan kekurangan yang mungkin membuat Delica sangat inferior dibanding lawannya soal ride quality adalah dampingnya. Tidak ada masalah dengan dampernya, ayunannya pas, hanya saja yang fatal adalah efek dari ban Geolandar nya yang sudah saya sebutkan di awal. Kembangan yang kasar membuat damping Delica terasa cukup harsh di jalan tidak rata.
- Insulasi kabin juga kurang bagus. Saya kurang tau bagaimana dengan Serena, Biante, atau NAV-1, tapi menurut saya insulasi kabinnya kurang bagus untuk kelas MPV roti tawar 400juta.

I wish it was the proper Delica Diesel with 4N14 Engine and 4WD.
5. Conclusion
Setelah memikirkan inferiority Delica D:5 dibanding Serena, Biante, atau NAV-1, ada satu hal yang sangat mengganggu pikiran saya sebelum menyimpulkan.
Mungkin dari kwartet MPV roti tawar, Delica adalah yang paling tidak layak menyandang price tag 400juta. Tapi ada dua hal yang membuat Delica menarik untuk beberapa orang :
1. Kalangan orang yang tinggal di luar Jawa, yang masih jarang jalan ber-aspal. Ground Clearance Delica yang tinggi menjadi selling point tersendiri bagi mereka. Delica bisa jadi substitusi bagi orang yang bosan dengan Innova Diesel, walaupun positioningnya sekali lagi, nanggung.
2. Dengan segala kesederhanaan teknologinya, Delica bisa jadi yang paling robust dan paling badak. Ditambah jaminan nama besar Mitsubishi dan DNA mobil "angkutan" yang dimilikinya.
Sebetulnya Delica adalah resep yang bagus untuk konsumen Indonesia, hanya saja price tag 400juta yang disandangnya terasa sangat mahal, mengingat genesis mobil ini adalah mobil "angkutan", Colt L300.
Di luar negeri sendiri Delica dipasarkan dengan variant bermesin Diesel 4N14 2.2L 148hp dan 360Nm of torque, dan penggerak 4WD. Hopefully ke depannya Mitsubishi memikirkan untuk memasarkan Delica bermesin Diesel, karena Delica bermesin bensin tidak bisa dibilang proper untuk sebuah "sport utility MPV".
Dan apakah Delica D:5 worth it? Bisa jadi, kalau diskon 100juta dari price list.
Bonus

2 orang masochistic yang menyiksa diri di cabin PS Dakar


Penampakan Lao Ban... punggungnya aja, bahaya kalau nampak wajahnya. Bisa digoreng ane

Sekian, Enjoy the review guys.
