
Dan akhirnya liga ini bisa saya buat juga.... kebetulan setelah kopdar singkat dengan bro steven (nyotnyet) dan bro aris (sandal) di hari sabtu kemarin... thanks for you two. Especially bro steven karena yang punya ide untuk culik T32 setelah kami kopdar singkat di A2k Jemursari.
Dan kebetulan keluarga saya adalah pengguna setia mobil jenis medium crossover. Berikut beberapa medium crossover SUV yang pernah bertengger di garasi :
-Honda CR-V (2007 2.0 AT, 2007 2.4 AT, 2011 2.4 AT)
-Nissan X-Trail (2006 2.5 St, 2009 2.5 St CVT)
-Suzuki Grand Vitara (2006 2.0 AT, 2009 2.4 AT)
-Chevrolet Captiva (2008 2.0 VCDi AT)
-Dan masih banyak lagi.... (RAV4 gen.2, CR-V RD1 dan RD4... dst)
Meskipun bukan varian terbaru semua, tapi setidaknya saya tau apa yang bakal jadi fokus penilaian saya.
=====================================
Medium Crossover? Not SUV?
Sebetulnya saya agak bingung mau pake istilah yang mana. Karena salah satu kontestan memiliki penggerak AWD dan kemampuannya melahap medan off-road cukup mumpuni (Subaru Forester).
Dan akhirnya saya pake istilah crossover, karena SUV merujuk pada mobil – mobil yang memang dipersiapkan untuk menjadi proper off-roader. Meskipun kemampuan Forester dengan Symmetrical AWD yang legendaris mampu menghadapi medan cukup berat bahkan memiliki kemampuan setara proper offroader, tetap saja mobil ini tujuan utamanya ya SUV keluarga. Makanya lebih cocok disebut crossover.
Sebetulnya penyebutan istilah crossover dan SUV ini sangat rancu karena definisinya mirip-mirip. Tapi menurut persepsi saya crossover adalah SUV yang “manusiawi”, masih bisa dipake di jalan raya, masih memberikan kenyamanan buat penumpangnya, bisa dipake ngebut di jalan tol bahkan ngedrift

Sementara SUV lebih identik dengan kendaraan off-road yang tidak nyaman di jalan raya, spartan, berisik karena peredamnya dikit, rugged interior, dan ban A/T (All-Terrain) or M/T (Mud-Terrain) yang sangat berisik dan grip di aspalnya buruk, plus limbung ketika diajak manuver kecepatan tinggi karena ground clearance yang sangat tinggi.
SUV sendiri identik dengan sasis tangga (ladder frame), bukan monokok. Sementara medium crossover kebanyakan berbagi basis dengan sedan. Sebut saja Honda CR-V dengan Honda Civic, CX-5 dengan Mazda6, Nissan X-Trail dengan Altima, dan Tiguan dengan Golf.
Dan beberapa hal yang akan saya highlight dalam pengujian kali ini :
Styling : sebagai SUV perkotaan tentu saja styling menjadi salah satu faktor utama yang menarik pembelian mobil. Styling dari medium crossover seperti ini sangat mempengaruhi image dari orang yang turun dari dalamnya, apakah terlihat sangar, maskulin, feminim, atau malah bikin yang naik keliatan cupu.
Powerhouse : sebagai SUV perkotaan yang sehari – hari dipakai faktor powerhouse sangat berpengaruh. Sangat jarang pengguna mobil kelas ini yang menggunakan jasa supir. Tentu saja kalo mobilnya lemot atau transmisinya idiot akan bikin emosi ketika kita perlu tenaga buat nyalip.
Ground clearance : medium crossover adalah kompromi dari sedan. Orang yang ingin kenyamanan dan pengendalian setara sedan tapi memiliki kemampuan untuk nerjang banjir dan jalan jelek tanpa takut mentok pasti larinya ke medium crossover.
Chassis and Suspension : kelebihan medium crossover adalah ukurannya yang tidak terlalu besar. Dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan masih mumpuni disetir sendiri di dalam kota, kelincahan menjadi poin yang cukup penting, dan semua itu tergantung pada rancang bangun mobil. Kadang kita butuh manuver kejam karena terburu-buru, dan akan sangat menyebalkan nyetir mobil yang dibawa manuver kejam limbungnya gak karuan. Plus hal ini menyangkut safety. Ya, bagi saya safety paling utama dimulai dari sisi engineering (chassis dan suspensi) , baru kemudian equipments semacam ABS dan airbags. Kalo dari sisi engineering aja kacrut, gimana mau ngerasa safe nyetir mobil itu?
Safety equipment : sebagai kendaraan keluarga medium crossover juga membutuhkan safety equipment memadai.
Practicality : orang beli medium crossover selain karena ukurannya yang reasonable, juga karena kemampuan angkutnya yang tidak seburuk compact crossover. Kemampuan angkut manusia + barang, kemudahan akses, dan kemudahan manajemen tempat duduk menjadi point yang cukup penting, mengingat orang – orang akan banyak memakainya untuk berlibur.
Comfort : kenyamanan jok, posisi duduk, kualitas damping suspensi juga biasanya yang dicari oleh para konsumen karena mereka membawa keluarga.
So, here we go. Berikut kandidat yang akan bersaing :
1. Honda CR-V 2.4 Prestige AT (RM3) : sebagai benchmark dari para pesaingnya secara kualitas, fitur, dan teknologi. Karena mobil ini market leader jadi tentu saja mobil ini bakal jadi “juru kunci” dan patokan paling standar pabrikan lain buat bersaing. Unit adalah tipe tertinggi (Prestige), unit test dealer Istana Cendrawasih Semarang. Waktu pengetesan bulan November 2012.

2. Mazda CX-5 2.5 Grand Touring AT : sebagai kuda hitam yang menjadi lawan sengit CR-V 2 tahun belakangan. Semakin sengit berkat bertambahnya varian 2.5Liter yang harganya head-on langsung dengan CR-V Prestige. Mobil Mazda pertama yang menjadi awal penerapan SKYACTIV technology, sebagai pure breed SKYACTIV. Chassis, suspensi, dan mesin yang paling advanced. Unit adalah milik dealer Mazda Semarang. Waktu pengetesan bulan Januari 2014.

3. Nissan X-Trail 2.5 CVT (T32) : the rising star, mobil yang belakangan menyedot perhatian berkat perubahan drastis dari pendahulunya (T30 dan T31). Mobil yang digadang – gadang akan merebut kue CR-V sebagai market leader. Tapi tunggu dulu, this ain’t 2003. The glory days are over. Penjualan X-Trail T32 sendiri faktanya tidak begitu memuaskan dibanding CX-5. Mengusung fitur-fitur paling lengkap dengan mekanikal jaman jebot. Mesin dan transmisi yang sudah digunakan sejak X-Trail T31. Unit adalah milik Nissan Jemursari Surabaya. Waktu pengetesan bulan November 2014.

4. Subaru Forester 2.0 XT CVT (SJ) : posisi mobil ini paling ga jelas. Sebetulnya mobil ini lawan seimbang waktu Mazda masih jual CX-7. Sekarang CX-7 sudah discontinue. Satu satunya kontestan dengan mesin bensin turbocharged dan AWD Drivetrain khas Subaru, sekaligus jadi kelemahannya karena AWD jadi pajaknya cukup tinggi, harganya melejit di atas para kompetitor lain (568juta), sementara kompetitor lain di range 350 – 450jutaan. Bagaimanapun Forester adalah satu – satunya kontestan dengan penggerak AWD. Unit adalah milik Subaru HR Muhammad Surabaya. Waktu pengetesan bulan April 2014.

5. Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG : medium crossover dengan dimensi paling ringkas dan teknologi paling mutakhir. Twincharger dengan transmisi DSG. Satu – satunya kontender dari benua Eropa. Sayangnya mobil ini hanya memiliki satu tipe (1.4 TSI) padahal di luaran ada 2.0 TSI dan 2.0 TDI. Plus harganya yang sangat mahal. Unit adalah milik VW Surabaya. Waktu pengetesan bulan September 2014.

Sebetulnya sebelum mengelompokkan para kandidat saya sempat bingung klasifikasinya seperti.... ya yang kita tau lah, size SUV makin kesini makin mepet-mepet. Compact ama medium dimensinya beda hampir sama. Hampir aja X3 dan Evoque saya masukin. Tapi begitu liat spek wheelbase lebih panjang 20cm-an dari semua kontestan, rasanya udah beda kelas. Jadi cara paling gampang yang saya lakukan ya bandingin wheelbase, karena panjangnya hampir mirip-mirip.
Captiva tidak saya masukkan karena selain nggak sempet TD juga semua kontestan ini menggunakan mesin bensin. Sementara mendapatkan unit test drive Captiva petrol lumayan susah.
Suzuki Grand Vitara juga nggak jadi saya masukkan karena, well, ATPMnya sendiri nggak niat jual mobilnya. Bahkan sekarang masih adakah yang mengetahui keberadaan mobil ini di Indonesia? I doubt it, kecuali anda pengguna Suzuki yang sering main ke dealer dan liat-liat showroom waktu nunggu servisan. Saya sebagai ex-user GV 2.4 AT cukup puas dengan produknya, tapi ngeliat Suzuki nggak niat jualan rasanya mending nggak usah saya masukin.

Hyundai Tucson/KIA Sportage.... errr.... ngga saya masukkan karena secara fitur dan spek teknis menurut saya kurang memadai untuk diadu dengan para kontender dari Jepang dan Jerman.

And here we go. Let the battle begin.
==============================
1. Exterior : How Beautiful? How Attractive?
Honda CR-V 2.4 Prestige AT
Sebagai kontestan yang paling pasaran, untungnya CR-V membekali diri dengan desain cantik. Headlamp dan grill yang menyatu serasi sesuai bahasa desain Honda masa kini memberikan kesan lebih agresif dibanding generasi sebelumnya. Sayangnya karena ini varian Prestige, seperti kebiasaan Jonfis, mobil udah bagus – bagus tanpa chrome malah dikasih chrome segebok di bagian depan. Terutama di bagian rumah foglamp nya yang bagus nggak pake ring chrome malah dikasih chrome. What a shame.
Bagian samping mobil ini juga cukup cantik dengan proporsi yang pas walaupun bagian belakangnya agak mengotak. Rasanya desainer Honda mabuk sake waktu gambar bagian belakang. Dipadu dengan velg 18inch yang stance nya pas dengan ban 225/60/18 Dunlop SP Sport Maxx. Meskipun desain velgnya terlalu norak, malah kayak kembang-kembang....

Nah beralih ke bagian belakang, andaikan ini bukan tipe Prestige yang tanpa spoiler, pantatnya akan jelek sejelek – jeleknya. Stoplamp kekecilan untuk proporsi badannya dan bemper belakang yang terkesan terlalu nungging. Intinya saya nggak suka bagian belakangnya, terlalu aneh. Plus tailpipe model remus yang ketinggalan 10 abad dan super norak. Solusi : beli tipe 2.4 standar dan pasang spoiler.
Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT

Ketika Honda memilih tampil bling-bling, Mazda justru memilih tampil simpel apa adanya dan low profile. Dari depan CX-5 sama sekali nggak keliatan agresif atau bling – bling. Terlalu sederhana dengan moncong seperti mulut ikan koi yang bertugas mensuplai udara jumlah besar untuk pendinginan di motor dengan rasio kompresi 13 : 1. Buat sebagian orang juga agak nggak masuk selera. Tapi tenang saja karena tahun depan CX-5 sudah facelift, dan bagian depan termasuk yang kena revisi paling banyak.

Dari samping berdasarkan filosofi KODO : Soul of Motion, Mazda memberikan tarikan garis agresif yang memberikan kesan berotot. Mobil ini sangat well-suited dengan warna Soul Red signature Mazda. Mobil seakan berlari padahal sedang diam. Dan profil mobil ini baru terlihat besar dari samping. Velg 19inch dengan ban 225/55/19 Toyo Proxes4 stance nya gagah dan pas di mata.

Bagian belakangnya terasa agak aneh dengan stoplamp sekecil itu, tapi masih lebih enak dipandang dibanding T32 X-Trail. Sekilas mirip dengan New Tucson. Dual tailpipes memberikan kesan agresif dan menjadi daya tarik utama mobil ini ketika melintas.

Nissan X-Trail 2.5 CVT (T32)

Nissan memilih langkah radikal dengan mengubah drastis tampilan X-Trail yang biasanya mengotak menjadi streamlined seperti saingan – saingannya. Sayangnya buat sebagian orang, hal ini justru membuat ciri khas X-Trail yang identik dengan desain boxy biasanya hilang. Bagian depan sangat identik dengan saudaranya, Murano dengan headlamp menyipit dan V-Grille raksasa. Yang jelas, dari jarak 100 meter kita akan sulit membedakan X-Trail atau Murano.

Dari samping X-Trail terlihat begitu besar, bagian bonnetnya landai tidak mengotak lagi seperti dulu, begitu pula bagian kabin. Meskipun jujur saja saya agak aneh ngeliat proporsinya dari samping, bonnetnya kayak kepanjangan, atau ekornya yang kependekan? Entahlah. Velgnya pun walaupun menggunakan 18inch stance nya tetap kurang pas, velgnya kerasa kecil....

Dari belakang.... disini saya mulai susah mencerna desainnya. Bokong RM lebih bagus diliat rasanya. Bokong T32 ini gado-gado antara Pajero Sport, Harrier, dan Ertiga (heran, Ertiga banyak banget yang niru). Mobilnya kerasa nungging, makanya keliatan mirip Pajero Sport. Bentuk stoplampnya seperti gado-gado Ertiga dan Harrier.... mobil ini sama sekali tidak menarik diliat dari belakang.

Subaru Forester 2.0 XT CVT (SJ)

Sebagai satu – satunya kontender berpenggerak AWD dan memiliki kemampuan menerobos medan berat hampir setara dengan proper offroader, tampilan Forester terlihat cukup ganteng di sini. Bagian depannya seperti tampang bulldog (sudah saya singgung di review Forester saya), memberikan kesan bold dan tough walaupun jujur saja agak terlalu keramean. Saya lebih suka tampangnya Forester sebelum ini.

Begitu melihat bagian sampingnya sangat bertolak belakang dengan depannya yang terkesan ramai. Mobil ini dari samping terlihat clean tanpa garis bodi aneh – aneh. Bentuk mengotak menegaskan statusnya sebagai sebuah mobil tangguh. Ukuran roda 18inch terlihat pas menghuni ruang roda. Yang jelas turun dari mobil ini akan terlihat berbeda ketika kita turun dari CR-V atau X-Trail. Kejantanan kita akan meningkat 200%.


Bagian belakangnya juga memberikan kesan yang sama dengan bagian samping. Clean. Dengan garis bodi lebih dinamis dibanding Forester gen.3. Ditambah dual tailpipes (i really love dual tailpipes!

Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG

Tiguan sebagai satu – satunya kontender dari benua eropa memiliki nuansa exterior berbeda dari semua kontender. Tampilan keseluruhan Tiguan ini clean dan terkesan tidak banyak tarikan garis agresif seperti kontendernya dari Jepang. Tampak depan Tiguan pun sangat atraktif dengan desain DRL LED yang cantik melingkari bola lampu utama. Well, bagian depannya termasuk yang menarik buat saya, at least.

Beralih ke bagian samping.... terlihat clean.... saking cleannya sampe saya udah bosen duluan waktu mau bahas. Sangat hambar.... sangat membosankan....


Bagian belakang mobil ini, 80% mirip dengan Golf MK6. Bentuk stoplampnya, proporsi badannya, semua kayak Golf yang di stretch-up dan ditinggikan. Intinya kalo ngeliat exterior Tiguan dari samping dan belakangnya dalam waktu lama, dalam waktu 5 menit aja kita akan ngerasa bosan. Sama membosankannya dengan ngitungin Avanza dan Innova yang seliweran di lampu merah.

Ranking
Karena styling erat kaitannya dengan presence di jalan dan image si pengemudi itu sendiri, maka urutannya adalah :
1. Honda CR-V 2.4 Prestige AT – tidak diragukan lagi, secara sepintas CR-V memang terlihat lebih “mahal” dibanding kontestan lain.
2. Mazda CX-5 2.5L AT Grand Touring – secara keseluruhan tampilan memang image CX-5 tidak se”wah” CR-V, tapi soal styling dan penggunaan 19inch wheels benar – benar membuat CX-5 masih terlihat cukup “wah”.
3. Subaru Forester 2.0 XT CVT – meskipun bukan yang tercantik, tapi Forester SJ memang terlihat atraktif di jalan ketimbang Forester sebelumnya.
4. Nissan X-Trail 2.5 CVT – meskipun berubah cukup drastis, T32 X-Trail tetep nggak keliatan menarik di jalan. Bahkan velg 18inch nya keliatan kecil.
5. Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG – nuff said. Seperti yang saya katakan, ngeliat Tiguan 5 menit aja udah bosen kayak ngitungin jumlah avanza dan innova di lampu merah.

==============================
2. Interior & Accomodation : Luxurious or Rugged? How Spacious?
Honda CR-V 2.4 Prestige A/T
Sebagai pemenang di kategori exterior, sayangnya CR-V justru memiliki interior terburuk. Saya tidak mempermasalahkan layout interior dan tata letak tombol-tombolnya. Semua tetep fungsional, tombol – tombol mudah dioperasikan dengan jangkauan tangan normal.
Sayangnya yang membuat interior CR-V menjadi kacau adalah tidak adanya sense of uniqueness seperti di previous generation. Saya setuju dengan review om helm bahwa interior CR-V RM terasa bland, terasa seperti mobil – mobil mainstream lainnya. Kehilangan esensi dari namanya yaitu “Compact Recreational Vehicle”. Tidak ada hal yang terasa “recreational” dan unik di RM ini. i-MID, semua mobil udah punya juga sekarang. Nggak unik blas. Apalagi desain dan layout interiornya yang di copy-paste sama lineup Honda yang lain seperti Accord dan Odyssey


Belum lagi penurunan kualitas yang sangat terasa di mobil ini. Hard plastic di RM ini benar – benar keliatan seperti mobil 200juta, nggak seperti mobil 450juta. Tidak terasa solid seperti RE. Saya sebagai user RE cukup miris ngeliatnya...
Urusan akomodasi, seperti biasa, Honda jagonya tata ruang kabin. Legroom yang cukup luas dan di kompetisi ini hanya bisa ditandingi oleh X-Trail. Bagasi memang nggak terlalu luas dibanding CX-5 atau Forester, tapi masih lebih baik dibanding Tiguan atau X-Trail dalam kondisi jok baris ketiga dilipat sekalipun.
Mazda CX-5 2.5L Grand Touring A/T

Interior CX-5 secara sepintas juga terasa biasa saja dan kurang inviting. Tapi beberapa detailnya mengingatkan kita pada BMW. Sebut saja salah satunya instrumen digital AC berwarna orange, konfigurasi tombol, dan panel hitamnya.

Sepintas interiornya terasa murah, tidak ada permainan warna dan desain yang dramatis. Tapi fit and finishnya jauh di atas CR-V atau X-Trail, mendekati VW Tiguan sebagai produk Jerman yang fit and finishnya terbaik disini. Sayangnya sekali lagi Mazda nggak pinter dalam pemilihan warna, untuk tipe GT mendapatkan jok warna beige yang sama sekali nggak nyambung dengan tema interior keseluruhan. Black interior dengan beige seats itu saya nggak ngerti nyambungnya kemana. Intinya, untuk permainan warna Mazda tetep kurang pinter....

Akomodasi... hmmm.... kebiasaan Mazda itu selalu ngasih jok baris kedua seadanya. Biarpun saya nggak ada masalah dengan baris kedua, legroomnya buat saya fine-fine saja. Tapi buat beberapa orang yang posturnya gambot seperti bro sandal, legroom dan headroomnya jadi masalah. Tetep masalah tata ruang Mazda nggak sejago Honda.

Bagasinya sendiri cukup besar, lebih besar dari CR-V RM. Mungkin ya setara Forester lah. Bedanya karena pintu bagasi CX-5 lebih landai dan lantai dek lebih tinggi jadi aksesibilitasnya kalah dibanding Forester atau CR-V.
Nissan X-Trail 2.5L CVT

Kesan pertama waktu saya masuk ke interior X-Trail T32 adalah : bland dan gloomy. Terkesan suram interiornya. Nggak ada hal unik yang bikin saya penasaran. Interior full black dengan beberapa sentuhan fake carbon trimming yang malah menjijikkan dan nggak sesuai tema interior keseluruhan, karena desain setirnya sama sekali nggak sporty, malah cenderung elegant dan nggak ada aksen sporty seperti red stitching di dashboard atau joknya. Ini maksudnya apaaaa? Saya memang penggemar carbon trimming, tapi nggak di mobil kayak gini juga....


Fit and finishnya nggak bisa dibilang bagus banget, bahkan fit and finish antar unit bisa berbeda-beda. Ada yang sangat rapi, ada yang berantakan.


Saya waktu nyetir mobil ini pun bersikeras untuk nggak memandang interiornya dan fokus ke jalanan, karena saya liat interiornya 5 detik aja udah bosen. Suram banget.


Baris kedua, surprisingly sangat luas. Dibanding T31 yang dimana saya waktu SMP saja ngerasa kesempitan. Legroomnya hanya bisa ditandingi sama CR-V.
Dan mobil ini satu-satunya yang punya konfigurasi jok baris ketiga................ yang sayangnya, well, sangat useless. Saya rasa jok baris ketiganya Cuma hiasan. Karena bener-bener nggak ada legroom tersisa untuk penumpang. Kecuali yang duduk di baris ketiga kakinya diamputasi.... di T31 yang bagasinya super-luas itu justru nggak dikasih baris ketiga, ini gimana sih?


Saya waktu di POS 2014 bersama modcing dan bro nyoman sudah berusaha mengatur berbagai jenis konfigurasi, hasilnya sama sekali nggak ada yang memuaskan. Ketika jok baris kedua dimajukan pol, penumpang baris kedua kakinya nggak bisa digerakkan, sementara baris ketiga tetep dapet legroom pas-pasan.


Bagasinya ungg.... tergantung persepsi kita mau bilang ini 7-seater apa 5-seater

Subaru Forester 2.0 XT CVT

Subaru melakukan ubahan yang cukup signifikan di New Forester. Interiornya khas Subaru masa kini, layoutnya pun sama persis dengan Impreza dan XV. Dan seperti khas Subaru, interior yang terkesan rugged dan spartan, yang mengutamakan fungsionalitas. Secara estetika memang nggak bisa dibilang cantik, tapi tetep nggak se-suram interior X-Trail kesannya. Mirip CX-5, no drama at all. Terlihat biasa saja. Malah di beberapa bagian CX-5 terasa lebih bagus karena feel mirip BMW nya.




Interior Forester tetap terasa Japanese, terasa sangat Subaru. Dashboard menggunakan bahan soft touch yang fit and finishnya cukup baik, setingkat di atas CR-V, tapi masih dibawah CX-5 dan Tiguan. Di tengah terdapat MID yang menunjukkan berbagai macam informasi seperti average fuel cons, turbo boost, AWD, tracklist, oil temp, jam, dll. Ya setidaknya lebih informatif dibanding i-MID di CR-V. Tapi ya itu, tetap terasa cheap mengingat harganya paling mahal, 568juta.

Urusan akomodasi, sebagai mobil yang memang diciptakan sebagai mobil petualang sesuai namanya (Forest-er), akomodasi Forester tidak main – main. Legroom dan headroom berlimpah di baris kedua. Begitu pula bagasi yang sangat luas berkat bentuk boxynya dan fleksibel dengan baris kedua yang bisa rata lantai.
Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG

Volkswagen sebagai produk german menunjukkan kelasnya disini. Interiornya at first glance akan terasa sangat familier dengan Golf MK6 dan Scirocco. Ya wajar, ketiga mobil ini share platform yang sama dari PQ35 chassisnya, dan seperti kebiasaan VW, males banget bikin interior baru. Common parts tinggal main comot aja. Ya kagak heran, dari dulu VW memang bukan fashion icon seperti MINI atau Fiat. Kalo ada yang bilang interiornya boring, sama kok, saya sebagai fanboynya pun bilang boring. Nggak ada hal unik yang bisa kita temukan di interiornya, baik Golf, Scirocco, Polo, Touran, Tiguan.


Tapi note it, kualitas fit and finishnya tetep terbaik disini compared to CX-5 sekalipun. Forester, CR-V, X-trail semua kelibas. Pemilihan bahannya top notch, kerapihan pemasangannya sangat baik. Walaupun sekali lagi tetep kerasa boring.


Kabar bagusnya tinggal nunggu next generation Tiguan (berikut Scirocco, Touran, dan Polo) yang based on Golf MK7, karena dibandingin sama interior Golf MK7, interior Tiguan generasi sekarang kerasa cheap dan bland, gimana dengan next gen Tiguan? Pasti makin meninggalkan rival – rival jepangnya secara kualitas fit and finish.............. dan harga. Sangat possible next gen Tiguan harganya akan mendekati Forester XT.



Baris kedua mobil ini legroomnya cukup memadai, sayangnya posisi duduknya tinggi dan kerasa tegak. Di baris kedua terdapat meja yang cukup berguna buat para babysitter. Yang mengejutkan adalah bagasinya, berkat para crew VW Surabaya yang lupa beresin atribut pameran yang disimpen di bagasi Tiguan, saya cukup takjub liat kapasitas bagasinya. Dari luar mobil ini keliatan kecil, tapi bagasinya bisa dibilang luas, dipake ngangkut palang “Volkswagen Parking Only” dan atribut – atribut pameran lain masih muat.

Ranking
Sebetulnya saya cukup bingung mau menilainya karena setiap kandidat punya skor mirip – mirip, tapi ya berikut yang bisa saya simpulkan, karena saya menilai langsung akomodasi dan interiornya :
1. Subaru Forester 2.0 XT CVT – biarpun interiornya terkesan sederhana tapi semua terasa sangat fungsional. Headroom dan legroom berlimpah, bagasi juga sangat luas untuk perlengkapan berburu atau buat ngangkut mountain bike juga masih muat.
2. VW Tiguan 1.4 TSI DSG – kenapa mobil ini berada di posisi 2? Simply karena kualitas interior top notch dan akomodasinya yang mengejutkan karena dari luar terlihat kecil.
3. Honda CR-V 2.4 Prestige AT – CR-V disini kalah karena kualitas interior yang memprihatinkan. Tapi menang soal akomodasi.
4. Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT – CX-5 terkendala di akomodasi baris kedua dan aksesibilitas bagasi yang agak sulit karena lantai dek tinggi, karena itu skornya kurang memuaskan, meskipun fit and finish interiornya cukup baik dan terkesan european.
5. Nissan X-Trail 2.5L CVT – sayangnya X-Trail kalah disini karena klaimnya sebagai SUV seven-seaters. Jok baris ketiga sama sekali tidak bisa digunakan, interior terkesan suram, bagasi juga nggak terlalu besar.
============================================
3. Safety
Sebagai informasi semua kontestan udah dilengkapi 3-point seatbelts sebagai standar... ini perlu saya sebutin gak ya?
Honda CR-V 2.4 Prestige AT
Untuk perlengkapan keselamatan Honda CR-V sudah dilengkapi peranti keselamatan standar seperti 2-airbags, VSA, HSA, ABS, EBD, BA.

Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT
Mazda sebagai produk CBU Japan menawarkan safety features yang lebih lengkap seperti airbags 6 buah, lalu peranti standar seperti VSC, HSC, ABS, EBD, BA, dan Lane-Departure Warning System (LDWS). Sayangnya CX-5 tidak dilengkapi dengan i-ACTIVSENSE seperti di Mazda6 dan CX-9. Chassis Mazda CX-5 pun merupakan salah satu yang paling aman dibanding lawannya, safety ratingnya cukup tinggi.
Nissan X-Trail 2.5L CVT
X-Trail, sama seperti CR-V, peranti keselamatannya cukup standar dengan 2 airbags dan.... ya tetek bengek lainnya yang nggak perlu saya sebutin lagi kan? Ketambahan Active Trace Control (yang kata orang – orang Active Understeer Control. Basically sama lah kayak traction control, mencegah understeer, sama-sama brake based. apa bedanya sih?)
Subaru Forester 2.0 XT CVT
Forester sebagai satu – satunya kontestan dengan AWD tentu saja tingkat safetynya berbeda dengan kontestan lain. Sisanya ya sami mawon.... 7-airbag... dst dst dst.
Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG
Tiguan sebagai satu – satunya produk german memiliki jumlah airbag terbanyak (7 buah) dan yaaa safety features lain yang sama seperti yang lain.
Ranking :
1. Subaru Forester 2.0 XT CVT – simply because the only AWD here.
2. Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG – most airbags and european standard safety.
3. Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT – probably the safest chassis here.
4. Nissan X-Trail 2.5L CVT & Honda CR-V 2.4 Prestige AT – sami mawon.
==============================
4. Powerhouse and Driving Impression : How it behaves on the road?
Honda CR-V 2.4 Prestige AT

Di sisi mekanikal CR-V membekali diri dengan mesin K24Z8 dengan 190PS @7000RPM dan 225Nm @4400RPM dengan transmisi 5-speed Auto w/ grade logic control yang udah......... basi.
Masuk ke dalam kabin dan adjust posisi duduk. Jok cukup nyaman dan supportif. More or less mirip dengan RE, malah terasa lebih rileks di RM. Start engine dengan tombol dan belokkan setir keluar dealer, yang saya notice pertama kali adalah setirnya yang ringan karena menggunakan EPS.
Karena saya ke dealer pake RE jadi kerasa banget gerakin setir RM cukup pake jari kelingking aja bisa. Sementara setir RE yang masih HPS perlu effort karena cukup berat. Hal bagus buat para nyonya dan nonik, hal buruk buat para petrolhead dan honda freakz karena nyetir RM sama sekali nggak ada feelnya. Ya ok lah untuk sementara hal ini saya kesampingkan.
Impresi berikutnya saya coba injak gas agak dalam. Honestly, tambahan power 20Psnya hampir nggak kerasa karena dicapai di rev yang sangat tinggi yaitu 7000RPM. Hampir useless kalo di dalem kota. Untuk di perkotaan yang saya rasakan nggak jauh beda dari CR-V RE saya.
Berikutnya saya arahkan ke jalan Arteri yang cukup sepi untuk mengetes performance, menggunakan fitur favorit saya yang saya sangat menyayangkan nggak ada di RE tapi malah ada di RM : paddle shift, dan full throttle langsung. Dan yang paling mengejutkan, nafas RM benar-benar nggak habis-habis sampe revline mencapai 7000. Khas karakter mesin K24 Honda yang peaky. Disini baru kerasa beda 20Psnya. Gear 1 clocked @80kph. Sangat panjang, apalagi ini bukan sedan atau sportscar. RE saja gear 1 nya Cuma clocked 60 kph. Intinya urusan powerhouse, saya cukup terkagum – kagum dengan RM walaupun dengan engine dan gearbox purbakalanya yang punya TC slip cukup besar.
Waktu dicoba bermanuver pun RM terasa cukup lincah dan bodyrollnya cukup berkurang berkat chassis yang stiffened up to 60% dari RE. Improvement disini betul-betul terasa, plus penggunaan ban Dunlop SPSport Maxx yang merupakan kelas ban performance (CMIIW) cukup mendukung.
Damping suspensi di RM terasa lebih forgiving dan lebih nyaman dibanding RE. Suspensi belakang juga terasa ayunannya lebih minim dibanding RE. Di RM guncangan diredam dengan baik, walaupun masih belum sampai level sebaik X-Trail.
Dengan kualitas ride seperti ini, RM memang setingkat lebih baik dari RE di sisi engineeringnya. RM juga akan lebih disukai oleh konsumen mainstream dibanding RE. Sayangnya, saya tidak merasakan mengemudikan RM seperti mengemudikan sebuah Honda. Lebih seperti mengemudikan Toyota, terasa bland, nothing feels so exciting like driving any Honda. Meskipun RE inferior di beberapa hal, tetap saja mengemudikan RE masih terasa exciting dibanding RM, terutama.... steeringnya. EPS di RM terasa lifeless.
Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT

Mazda menantang Honda dengan teknologi serba baru, sebagai pure breed of SKYACTIV. Motor yang digunakan adalah SKYACTIV-G 2.5L dengan power 187PS @6000RPM dan torque 250Nm @3250RPM. Torsi sebesar ini diraih di rev cukup rendah, dipadu dengan transmisi 6-speed AT SKYACTIV-DRIVE. Spek ini tentunya sangat menjanjikan. Motor serupa yang digunakan di Mazda6 dan Mazda3 2.5L di luaran.
Masuk ke dalam kursi driver, posisi duduknya cukup rendah seperti sedan, jok supportif. Lalu start engine dan belokkan mobil keluar dealer. Steering dengan EPAS nya memberikan bobot dan feedback yang cukup. Memang tidak bisa dibilang terlalu wah, tapi setidaknya mungkin steeringnya salah satu yang terbaik dari semua kontestan disini selain Tiguan dan Forester. Bahkan dibandingkan Forester, steering rack CX-5 terasa lebih quick. Dengan Tiguan, on-par.
Engine nya punchy, Torsi 250Nm yang diraih pada 3250RPM memberikan kesan berbeda ketimbang CR-V yang cenderung peaky. Gearboxnya juga merupakan yang terbaik disini. 6-speed SKYACTIV-Drive yang sangat seamless dan memiliki kehalusan ala CVT pada saat start dengan kemampuan shifting layaknya DCT waktu berakselerasi.
Tidak heran 0-100 di CX-5 tuntas dalam..... 8,5secs! Figur akselerasi ini menyamai Subaru Forester yang on-paper mencatat 240PS/350Nm, dengan kata lain CX-5 nggak bisa dibilang pelan, karena VW Golf TSI MK7 yang lebih ringan sekitar 300kg dan memiliki torsi sama dengan transmisi DSG juga mencatat 0-100 dalam 8,4secs.
Memang di CX-5, 187PS nya kepake semua, nggak seperti CR-V yang 190Psnya kayak kebuang percuma karena transmisinya yang o’on dan peak power di redline.
Chassis dan suspensi juga bisa dibilang yang terbaik disini. Kombinasi steering yang quick, SKYACTIV-chassis dan suspensinya membuat CX-5 terasa seperti mengendalikan sebuah hatchback. Lincah, cepat, dan tidak terasa besar sama sekali. Meliuk – liuk di lalu lintas dengan CX-5 terasa sangat fun dengan bodyroll minim dan grip berlimpah dari ban Toyo Proxes4 nya.
Drawbacknya? Bantingannya tergolong agak firm walaupun masih dalam batas toleransi. Buat sebagian orang akan bilang bantingan CX-5 keras, tapi buat saya masih tergolong cukup baik dampingnya. Dibanding CR-V RE, CX-5 dampingnya masih lebih baik dan lebih nyaman padahal menggunakan 19inch wheels.
Clearly, CX-5 memang bukan buat semua orang. Orang tua akan lebih memilih CR-V atau X-Trail yang lebih mainstream, lebih nyaman, dan lebih konservatif. Tapi Mazda seakan ingin menciptakan paradigma baru dengan SKYACTIV-technology nya. Menunjukkan bahwa sebuah medium crossover bisa juga terasa fun dan memiliki pengendalian setara sedan/hatchback, plus dengan bonus performa buas dan efisiensi bahan bakar luar biasa. Saya jadi teringat dengan jargon awal Mazda CX-5 waktu pertama kali keluar, “Rethink Possibilities”.
Sebelum ini Mazda telah membuktikan keperkasaan engineering mereka dengan CX-7 yang bisa mengimbangi Porsche Cayenne di track di tangan “dorikin” Keiichi Tsuchiya. Ya saya tau, kehebatan CX-7 ini sering sekali kami highlight dan kami terkesan seperti fanboy Mazda itu sendiri.
Tapi bukankah ini sesuatu yang sangat head-turning? Sebuah crossover dengan nafas sebuah sportscar? Sekarang Mazda kembali membuktikan dengan produk generasi baru mereka. Clearly, buat anak muda atau orang – orang yang masih doyan nyetir, CX-5 adalah pilihan terbaik. Penggemar BMW dan VW modern pun akan menyukainya. Not to mention Mazda6 yang juga ride nya hampir mirip BMW 3-series F30 walaupun beda karakter antara FWD vs RWD.
Nissan X-Trail 2.5L CVT

Sama dengan Honda, Nissan memilih mempertahankan spek lawasnya. Mesin 2.5Liter QR25DE dengan output 170PS @6000RPM dan 233Nm @4000RPM dan transmisi Xtronic CVT kebanggaan mereka. Sounds boring. Nggak ada ubahan berarti di mekanikal.
Duduk di jok driver dan adjust posisi duduk, agak tinggi tapi tidak terhalang bonnet seperti T31 atau Juke. Sayangnya pilar A nya menyebabkan blindspot parah. Saya pertama keluar dealer langsung notice pilar A nya sangat mengganggu.
Flick setir dan terasa setirnya ringan seperti kapas..... old story. Seperti T31. Lifeless. Lebih lifeless dari setir Honda CR-V. Respon setirnya pun terlalu lamban. Oh, full EPS. Hoahm. Saya kira HPAS seperti di L33 Teana. Boring.
Injak pedal gas.... ahhh delay sedikit ala CVT seperti model lamanya, old story again. Sepertinya lebih refined karena klaim diluaran konsumsi BBMnya paling baik, tapi saya nggak ngerti bagian mana yang di-refine. Simply the same old story. Begitu dibejek baru terasa mobil ini engine nya sangat punchy dan engine note nya serak-serak basah seperti di T31 dan L33 Teana minus exhaustnya, sayangnya karena dipadu dengan transmisi CVT, it ruins all the fun. Sensasi ngeliatin RPM manteng terus di atas tanpa perubahan bener – bener nggak menyenangkan. Pake manual-mode pun tetap nggak membantu. 10 menit pertama saya nyetir mobil ini saya udah kerasa bosen.
Bro nyotnyet pun sempet nyeletuk “kok diliatin lama lama bosen ya?” saya jawab “ho oh nyetirnya aja bosen apalagi Cuma liatin dashboardnya”.
Lalu saya coba putarbalik dan manuver agak kejam, heck! Bener bener same old story (again!?). Limbung parah. Bodyroll. Berusaha ngontrol mobilnya pun Cuma bisa mengandalkan rem yang juga not-so-good seperti T31, sama-sama dalem injakan remnya, karena setirnya hopeless buat ngontrol bodynya.
Fix, saya nggak ngerti bedanya mobil ini dengan T31 dari sisi engineering. Engine transmission sama aja, chassis suspensi sama payahnya, setir sama lifelessnya. What’s exactly new? New body?
Kabar baiknya karena semua masih sama dengan T31, T32 tetap nyaman waktu disiksa di jl. Jemursari yang penuh gronjalan dan lobang. Dampingnya terasa soft, travel suspensinya panjang walaupun yang saya rasakan agak sedikit dibuat firm oleh Nissan (buat improve handling? Nggak kerasa improvement di handling sama sekali.).
Seriously, setelah sesi TD New X-Trail, saya nggak ngerti apa yang baru dari mobil ini. Apa yang bikin mobil ini layak dikasih pricetag lebih mahal dari T31?
Your glory days are over, Nissan. You have to try more than that. Bagaimanapun, T32 akan tetap menjadi pilihan para konsumen konservatif dan mungkin sekarang ketambahan disukai oleh golongan mahmud dan nonik....
Subaru Forester 2.0 XT CVT

Forester memiliki powerhouse paling kuat disini. Bersenjata mesin FA20DIT generasi terbaru dengan direct injection turbocharged, menelurkan 240PS @5800RPM dan 350Nm @ 2400 - 3600 RPM dan transmisi Lineartronic CVT, dan satu – satunya yang berpenggerak AWD.
Masuk dan duduk di posisi driver, cukup tinggi tapi tidak awkward, malah terasa lebih PeDe. Jok cukup enak dan supportif. Start engine dan boxer rumbling yang kharismatik khas Subaru terdengar. Love it!
Setirnya cukup berat dan memberikan feedback yang berlimpah. Memang nggak terasa quick seperti CX-5, tapi cukup komunikatif dan mobil tidak terasa lamban. Plus, feeling mantap dan keempat ban menjejak tanah dengan grip berlimpah, as expected from Subaru.
Mesinnya terasa agak menyebalkan di kemacetan. Turbo lag seabad membuat mobil ini seakan nggak ada tenaganya di putaran dibawah 2400 RPM. Tapi begitu sampai ke test track dan dihajar hard accel, all the fun goes out. Turbo spool up dengan cepat dan membuat mobil berlari hingga 120 km/h dengan effortless. Power berlimpah di putaran atas. Ibaratnya kayak kita mau BAB, ngedhennya lama, tapi begitu udah keluar rasanya lega dan puas. Ya, seperti itu sensasinya waktu turbo udah spool up di Forester. Sayang sekali Subaru inferior di transmisi CVTnya. Kurang responsif dan ada delay di awal, which is, salah satu penyumbang ketidaknyamanan waktu macet. Sekaligus penyebab kenapa 0-100 Forester tidak begitu memuaskan selain disebabkan oleh AWD yang berat.
Masuk ke apex dan berbelok, understeer tapi dapat dikoreksi dengan sedikit injakan pada pedal gas. Handle mobil Subaru di tikungan memang agak tricky karena understeer berlebih dari AWDnya. Sejauh saya coba XV, Forester, bahkan WRX STi pun di tikungan harus dihajar gas biar nggak understeer. Tetapi disitulah sensasinya. Mengemudikan Subaru di tikungan benar – benar pengalaman yang berbeda. Powernya malah membuat kita percaya diri menghajar tikungan dan bermanuver kejam. Grip berlimpah dari AWDnya yang legendaris, bodyroll minim berkat low center of gravity dari boxer engine nya menambah kepercayaan diri dan membuat saya lupa mobil ini punya ground clearance 220mm.
Sayangnya suspensi Forester memiliki travel yang cukup pendek. Terasa ketika melintasi gundukan di belakang sebuah sekolah di Surabaya Barat, suspensinya hampir tidak ada travel. Mungkin kalo melewati polisi tidur akan berasa empuk karena nggak banyak mantulnya, tapi kalo lewat gundukan, berguncang – guncang.
Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG

Tiguan TSI memiliki spek yang sama plek dengan Golf MK6 dan Scirocco TSI karena satu platform. Menggunakan mesin TSI TwinCharger EA111 yang akan menjadi salah satu mesin terpenting dalam sejarah karena VW sudah nyerah dan menggunakan turbo scroll induction. Kapasitasnya? Hanya 1.4Liter. Tapi doping Turbo + Supercharger membuat unit ini menelurkan 150PS @5800RPM dan 240Nm @1500-4500RPM dengan DSG 6-speed tipe wet-clutch seperti Golf GTI, berbeda dengan Golf MK6 TSI yang menggunakan 7-speed dry-clutch. Biar lebih durable? Mungkin.

Posisi mengemudi Tiguan cukup tinggi dan commanding, cukup rileks dan tidak awkward seperti di Merc GLA, juga lebih nyaman dari posisi duduk Forester. Setirnya agak tipis dan pas di genggaman. Intinya dari posisi nyetirnya saja cukup berkesan. Setirnya sendiri menggunakan electro-mechanical power assisted steering, memberikan feedback yang cukup dan juga quick. Dari seluruh laawan jepangannya, hanya CX-5 yang comes close soal steering feel.
Saya coba jalankan mobil ini.... woah! Sangat galak di putaran bawah. Seketika saya lepas pedal gas dan seperti di Golf MK6, jerky. Respon seperti ini didapatkan CUMA dari mesin yang nggak lebih besar dari Honda Jazz. Di perkotaan memang rasanya jerky dan menyebalkan, meminjam istilah om sukribo : “kayak dijambak-jambak”.
Tapi begitu pedal gas diinjak dalam, kombinasi mesin TSI dan DSG menunjukkan tajinya disini. Gearbox shifting dengan sangat cepat dipadu dengan “jambakan” kuat dari mesin TSInya, meskipun figur akselerasinya nggak terlalu memuaskan, 0-100 in 9,5secs. Tapi mengingat mesinnya hanya 1.4Liter, terdengar cukup luar biasa. Ditambah untuk meng-extract powernya ke minimal 200hp bukan perkara sulit, tinggal main software aja.
Bermanuver dengan Tiguan pun cukup menyenangkan, steeringnya feels quick, grip berlimpah dari ban Continental nya, body compact dan manuver mudah karena torsi didapat dengan cepat. Mesin dual charger dan steeringnya membuat aksi salip – salipan dengan mobil apapun jadi lebih mudah (dan menantang, of course).
Sayangnya minusnya Tiguan, karena mobil ini basically Golf yang ditinggikan, bodyrollnya terasa signifikan, mirip-mirip dengan CR-V RE yang juga basically Civic yang ditinggikan. Begitu pula bantingannya yang masuk level harsh. Guncangan kurang mampu diredam dengan baik di Tiguan.
Ranking :
1. Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT – probably the perfect driving machine. Engine yang punchy, chassis dan suspensi yang sportif dan transmisi yang seamless.
2. Subaru Forester 2.0 XT CVT – minus di transmisi CVT yang agak belet. Tapi AWD merupakan poin plus.
3. Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG – minus di bodyroll yang cukup mengerikan dan bantingan yang masuk ke level harsh, tapi steering, engine, transmission patut diacungi jempol.
4. Honda CR-V 2.4 Prestige AT – beberapa improvement cukup terasa, tapi steering yang dull membuat mobil ini kurang menarik sebagai driver’s car
5. Nissan X-Trail 2.5 CVT – same thing with T31. Nothing really changed.
====================================
Final Ranking
Sebelum masuk ke ranking, berikut sum-up dari seluruh kandidat :
Honda CR-V 2.4 Prestige AT (RM3) : Medium Crossover Honda yang well, bisa dibilang masih menjadi all-rounder terbaik. Harus diakui, secara teknikal CR-V RM merupakan peningkatan yang cukup baik dibanding generasi lamanya. Ride quality yang lebih baik, bodyroll berkurang, stiffened up chassis up to 60%. Kalau dalam skala mobil mainstream, CR-V boleh dibilang cukup baik. Dalam konteks konsumen awam, CR-V RM adalah mobil yang lebih baik dibanding RE. Tapi di mata penggemar Honda, CR-V sudah kehilangan daya tariknya. Mobil ini tidak memberikan rasa “fun” dan “recreational” seperti CR-V 3 generasi sebelumnya. Tidak ada yang unique. Dan EPSnya yang sangat lifeless benar-benar kekurangan terbesar bagi para driving enthusiast dan Honda freakz. Plus, isu penurunan kualitas yang menimpa CR-V, juga teknologi jaman purba dan transmisi 5-AT yang o’on membuat mobil ini semakin tidak layak dihargai 450juta dan tidak layak diberi nama CR-V.
Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT : “Rethink Possibilities”, sebuah jargon dari iklan Mazda CX-5 waktu awal kemunculannya, yang menyimpulkan segala hal dari CX-5 ini. Produk yang benar-benar baru, dari platform baru, dan ujicoba teknologi serba baru yang sukses dan mendapat banyak pujian. Medium crossover yang sangat sportif, kencang, kental dengan rasa fun, juga sekaligus efisien bahan bakar dan tingkat keamanannya sangat tinggi. CX-5 memang tidak bisa dibilang sebuah family crossover yang ideal karena lack of space di baris kedua dan mungkin buat yang bokongnya sensi juga akan bilang mobil ini nggak nyaman, walaupun kalo subjektif saya bilang sih nyaman – nyaman aja. Dan dengan kenaikan harga BBM Subsidi rasanya isu BBM bukan alesan untuk beralih ke CR-V atau X-Trail yang bisa premium, karena selisih Rp. 2000,- nya (atau Rp. 1400,- kalo di Jakarta) tertutup dengan efisiensi bahan bakar dari motor SKYACTIV-G nya, berikut dengan teknologi – teknologi canggihnya, salah satunya i-STOP.
Nissan X-Trail 2.5L CVT (T32) : honestly saya masih bertanya – tanya apa saja yang dilakukan Nissan dalam pengembangan T32 X-Trail selama 5 tahun ini. Styling berubah total, dan ini juga kontroversial, ada yang suka karena tambah cantik, ada yang nggak suka karena kesan iconic dari X-Trail hilang. Tapi ini berbeda dengan waktu pergantian model dari T30 ke T31. Di T31, casing nggak banyak berubah tapi dari platform dan teknikal semua diubah, dari mesin QR25DE 180PS diturunkan jadi 170PS untuk comply dengan kualitas BBM dan CVTnya. Berikut pengenalan teknologi transmisi Xtronic CVT. Tapi dari T31 ke T32, terkesan yang diubah hanya casingnya. Memang Nissan mengklaim T32 menggunakan Nissan-Renault CMF Platform (penjelasannya ya hampir sama dengan MQB di Volkswagen), tapi saya tidak merasakan ada improvement berarti. Malah lebih kerasa perubahan dari CR-V RE ke RM yang nggak jauh beda juga. Nggak salah sih memang, karena mobilnya tetep empuk dan sesuai dengan selera konsumen konservatif, plus harganya paling murah juga diantara semua kontender (415juta).
Subaru Forester 2.0 XT CVT (SJ) : kalo nggak ngomong harga, clearly Subaru keluar sebagai pemenang disini. Alasannya satu : AWD. Subaru satu-satunya yang menggunakan penggerak AWD disini, ground clearancenya juga paling tinggi di angka 220mm, dan bentuk kotak yang menegaskan kesan SUVnya. Plus ruang kabin yang juga luas. Sayangnya, AWD Subaru sekali lagi penyebab mahalnya harga Forester, dan selera konsumen Indonesia bukan mobil yang terkesan rugged dan spartan seperti ini, plus aftersales. Dengan segala drawbacknya, Forester hanya akan dibeli oleh orang – orang yang ngerti benefitnya penggerak AWD dan tentu saja Subaru enthusiast.
Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG: basically Golf yang ditinggikan, Tiguan membawa teknologi yang paling advanced disini. Mesin dual charger yang sangat powerful dan mudah di-tweak, DSG yang menyalurkan tenaga dengan sangat baik, interior yang well-built, interior yang cukup spacious. Sayangnya lagi – lagi ganjalan Tiguan adalah harganya yang mahal. Dengan harga 505juta, apa yang kita dapatkan rasanya kurang sebanding dengan yang kita keluarkan. Mobil ini juga bantingannya sudah masuk ke level harsh sehingga kurang nyaman. Plus isu lain yaitu reliabilitas nya yang masih diragukan. Oh ya, sayangnya lagi Tiguan hanya tersedia di 1 varian yaitu 1.4TSI High Line. Sayangnya VW tidak memasukkan Tiguan 2.0 TSI atau Tiguan 2.0 TDI.
And here goes the winner :
1. Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT
2. Subaru Forester 2.0 XT CVT (SJ)
3. Honda CR-V 2.4 Prestige AT (RM3)
4. Nissan X-Trail 2.5L CVT (T32)
5. Volkswagen Tiguan 1.4 TSI DSG
Most reasonable to pick : Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT
ChZ’s Pick : Mazda CX-5 2.5L Grand Touring AT
Hot Issue
Tahun depan, issue nya RAV4 akan masuk ke pasar Indonesia. Menarik untuk dilihat akan diset berapa harga RAV4, mesin apa yang digunakan apakah 2.0Liter atau 2.5Liter seperti di Camry. Dan apakah logo Toyota nya cukup menarik sehingga dapat mengganggu posisi CR-V dan CX-5.
Plus tahun depan ada revisi pada CR-V dan CX-5. Menurut issue yang beredar CR-V akan menggunakan K24W-Series seperti di Accord dan transmisi CVT. Lalu CX-5 facelift juga sudah dilengkapi MZD Connect dan teknologi Mazda yang lain. Seems interesting.
Data & Facts
19 Pages of MS Word
5 Days of typing. (approx. total of 12-15 hrs, 2-3hrs a day)
Participants :
CR-V Test Drive : Me and the salesperson.
CX-5 Test Drive : Me and the salesperson.
X-Trail Test Drive : Me, Mr. Steven (nyotnyet), Mr. Aris (sandal), salesperson.
Forester Test Drive : Me, Mr. Dharma (madcat015), salesperson.
Tiguan Test Drive : Me, Mr. Oliver (sukribo), Mr. Aris (sandal), salesperson.
Vehicles Used : 2011 Honda CR-V 2.4L AT, 2011 Toyota Kijang Innova D-4D AT, 2013 Suzuki Ertiga GX AT, 2013 Mazda8, 2005 Honda CR-V 2.4 AT, 2010 Suzuki SX4 AT.
Drift attempt : Subaru Forester
Angered Security : 2 people.
Farthest location : Subaru (approx. 20km from kost-an)
Nearest location : Honda (approx. 5km from home)
Amount of PHP-ed : 1x (Nissan)
Female Victims : 2 (Mazda Semarang's Sales Counter "A" & VW Surabaya's Salesperson "J")
Mafia involved : 0.
Cats involved : 1
Most common car : Honda CR-V
Rarest car : Subaru Forester XT
Most petrol spent : Subaru Forester XT
Credit and Copyright @ AD74YA for some pics of CR-V and Tiguan.

Cross-reference :
Review Honda CR-V 2.4 Prestige 2013 by AD74YA
viewtopic.php?f=19&t=17095&hilit=Review ... stige+2013
Review Mazda CX-5 2.0L Touring 2013 by AD74YA
viewtopic.php?f=19&t=16420
Review Mazda CX-5 2.5L Grand Touring 2013 by ChZ
viewtopic.php?f=19&t=20078
Review Subaru Forester XT 2014 by ChZ
viewtopic.php?f=19&t=20606
Review VW Tiguan TSI Highline 2014 by AD74YA
viewtopic.php?f=19&t=20514&hilit=Review+vw+tiguan