Ad blocker detected: Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker on our website.
saya pernah dengar cerita ngak tau bener apa ngak jadi di daerah apa gitu petronas garap lahan nya punya pertamina di indonesia dengan pembagian 50%-50%
udah garap si petronas dengan hasil garap lahan pertamina bisa dapat twin tower,sedangkan pertamina sendiri di daerah itu,di kantornya ac nya aja rusak,mungkin bisa di simpulkan sendiri
Bukannya Petronas Tower dibangun dengan bantuan dana asing dari berbagai macam negara ? Denger-denger Pertamina juga ada sangkut pautnya dengan Petronas Tower, entah yang ikut mendanai atau apa.... CMIIW
WaKaKaKaKaKaK... betul betul betul... mungkin pertamina yang nyumbang ujung towernya... ups, bukan bermaksud menjelekkan produk bangsa sendiri... tapi yang penting nyumbang kan? wehehehe...
Itukan bukan angka rahasia, di berita2 ekonomi / bincang2 ekonomi selalu muncul.
Angka yg saya tulis memang angka ancar2 aja, utk menggambarkan bahwa Malaysia itu lebih kaya daripada Indonesia.
Cara mengkalkulasi antar lembaga mungkin bisa berbeda, angka bisa muncul Indonesia US$ 1000, Malaysia US$ 4000,
atau Indonesia US$ 600, Malaysia US$ 3600 dst...
tapi yg pasti malaysia lebih kaya.
Laporan dari Malaysia
Pembayaran Tol di KL Lebih Maju
Arifin Asydhad - detikcom
Kuala Lumpur - Jalan-jalan tol di Indonesia terus dibangun. Namun, sistem pembayaran jalan bebas hambatan di Indonesia masih jauh lebih tradisional dibanding di Kuala Lumpur (KL), Malaysia. Di Kuala Lumpur, pembayaran tol sudah lama menggunakan sistem elektrik.
Bukan Jakarta, tidak pula kota-kota lain di Indonesia. Sistem pembayaran tol di semua kota masih sama: bayar cash! Faktor pembayaran cash inilah sebagai salah satu penyebab kemacetan di pintu-pintu tol. Di Indonesia, pembayaran hanya dibedakan dengan langganan, bayar dengan uang pas, dan bayar tanpa uang pas.
Opsi 'langganan' tidak begitu menarik bagi pengguna kendaraan. Selama ini pembayaran tanpa uang pas yang sangat sering terjadi. Pengembalian uang dari petugas pintu tol kepada pengguna jalan inilah yang membuat jeda waktu beberapa puluh detik, sehingga saat-saat ramai, kendaraan menumpuk di pintu tol dan lalu lintas menjadi macet.
Tengok saja di Pintu Tol Pondok Gede Timur dari arah Cikampek. Setiap hari di pagi hari, terutama hari Senin, kemacetan luar biasa selalu terjadi. Begitu pula dengan Tol TMII dari arah Jagorawi.
Entah mengapa PT Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol di Indonesia tidak menerapkan sistem pembayaran yang lebih canggih, sehingga antrean kendaraan-kendaraan di pintu tol bisa dikurangi. Jasa Marga barangkali perlu belajar dari pengelolaan tol di Malaysia.
Di Kuala Lumpur, ada tiga sistem pembayaran yang bisa dipilih oleh pengguna tol. Pertama, pembayaran sistem elektrik prepaid bersensor. Sistem ini seperti pengguna telepon seluler prabayar. Jadi, pengguna tol harus membeli kartu tol terlebih dahulu dengan nilai nominal tertentu. Kartu ini dipasang dalam suatu alat khusus yang dilengkapi sensor. Alat ini selalu dipasang di dalam mobil. Saat mobil mendekati pintu tol, alat sensor ini dipasang di dekat kaca mobil dan langsung terbaca oleh peralatan di pintu tol. Kartu tol itu akan berkurang secara otomatis sesuai tarif tol. Dengan sistem ini, mobil tidak perlu berhenti di pintu tol.
Kedua, pembayaran sistem 'touch and go.' Sistem ini juga menggunakan kartu prepaid dalam nominal tertentu. Namun, bedanya, pengendara harus menempelkan kartunya di tempat khusus di pintu tol. Begitu kartu itu disentuhkan ke alat itu, palang pintu tol langsung membuka sendiri. Dengan cara ini, mobil hanya perlu waktu beberapa detik saja untuk berhenti di pintu tol.
Ketiga, pembayaran sistem cash. "Tapi, cara terakhir ini tidak diimbau digunakan di Kuala Lumpur, karena akan bisa membuat kemacetan panjang," kata Ruslin, warga Kuala Lumpur yang sehari-hari bekerja di Centre for International Dialogue Institute of Strategic and International Studies Malaysia, saat berbincang-bincang dengan detikcom, Senin (12/2/2007) di Hotel Nikko, Jl. Ampang, Kuala Lumpur.
Dengan sistem pembayaran elektrik ini saja, kemacetan lalu lintas di tol Kuala Lumpur masih sering terjadi. Kemacetan biasanya terjadi pada pagi hari saat warga Kuala Lumpur berangkat kerja dan saat pulang kerja pada sore hari.
Dalam penelusuran detikcom, Indonesia sebenarnya lebih dulu membangun jalan tol dibanding Malaysia. Indonesia membangun tol Jakarta-Bogor (lebih dikenal Jagorawi) pada tahun 1975 dan baru dioperasikan pada tahun 1978. Dan saat ini, jalan tol di Indonesia semakin panjang saja.
Sementara Malaysia baru membangun jalan tol pada tahun 1996. Di Malaysia, perusahaan yang mengelola jalan tol dipercayakan kepada United Engineers Malaysia (UEM). Saat ini, panjang tol di Malaysia sudah mencapai ribuan kilometer. (asy/asy)
DriFtHiNkiNg wrote:WaKaKaKaKaKaK... betul betul betul... mungkin pertamina yang nyumbang ujung towernya... ups, bukan bermaksud menjelekkan produk bangsa sendiri... tapi yang penting nyumbang kan? wehehehe...
Mending kalo ujung ujung towernya. Gw denger2 sih Pertamina kerjasama dng Sunlight dan Surf buat menjaga kebersihannya ..........................