Ah oom kopat kalau mancing diskusi kok pinter banget.... jadi wajib di counter nih.....
maskopat wrote:
kalo hal baru emang mungkin susah. tapi setahu ane sekarang sudah banyak kendaraan yang menggunakan material yang kuat dan ringan dengan harga "terjangkau" umum.
Kalau material yang di maksud as in steel, maka saat ini New Mazda6 yang paling tinggi.
Kalau yang edar di Indonesia, peringkatnya AFAIK sebagai berikut:
1. Mazda CX-5 (1800 MPa - megapascal) ; UHTS (Ultra-High Tensile Steel grade)
2. Volvo XC60 (1500 MPa) ; UHTS
3. VW Golf (1200 MPa) ; High Tensile Steel grade
4. Ford Focus (1200 MPa)
Future reference ada sebagai berikut:
1. Honda Accord 2014 (1500 MPa)
2. VW Golf (1500 MPa)
Mazda jadi leading dalam grade steel saat ini oom kopat, AFAIK, ini berkat investasi dan kerjasamanya membangun infrastruktur khusus dengan Sumitomo Metal Japan, yang arguably, bisa dibilang sebagai perusahaan stamping yang memiliki teknologi paling tinggi di dunia saat ini (Sumitomo Metal).
CMIIW
maskopat wrote:bagaimanapun single clutch yang dipake di aventador merupakan pengembangkan dari teknologi dual clutch kan? ini emang cara manusia belajar. bukan berarti nanti single clutch di aventador adalah yang terbaik. beberapa tahu ke depan akan ditemukan gearbox yang lebih baik daripada aventador ini. kalo dari sisi kecepatan shifting aventador masih yang tercepat setelah F1. imaly. baksy...
Bukan.. Single-clutch Aventador pengembangan dari single clutch Murcielago Super-veloce.
CMIIW.
maskopat wrote: gak lihat bahwa mesin dengan "steroid" dan "non-steroid" berbeda dalam hal keterbatasan pengembangan. semuanya masih bisa dikembangkan lebih jauh tapi dengan teknis masing2. yang jelas, dalam 30 tahun terakhir ini, rasio peak torque dengan volume silinder berkisar 80-115 Nm/1000cc untuk mesin bensin N/A... baik di avanza ataupun F1... mau ente naikin kompresi sampe 1:15 pun gak akan lebih dari 120 Nm.... impaygly... mau naikin power? tinggal naikin RPM... gunakan material yang ringan, low friction... fyi, peak torque F1 itu gak lebih dari 120Nm per 1000cc...
karena keterbatasan pada N/A ini lah makanya sekrang lagi trend pake "steroid"... dg steroid engineer bisa bikin mesin yang kompak, ringan dengan kemampuan setara dengan mesin N/A yang berukuran dan berbobot 2x darinya...
Agreed....
Jadi teringat sejarah turbo tahun 80-an... Di prakarsai oleh Lancia (CMIIW), akhirnya aplikasi Turbo jadi ngetren dipergunakan hampir di semua mobil produksi sampai F1.
Kalau kita recall juga, di era 90-an turbo mati lagi karena perkembangan teknologi N/A. Masalahnya adalah aplikasi turbo pada saat itu meningkatkan tekanan intake udara ke combustion chamber samapai pada titik maksimal dimana mesinnya mengalami tekanan dan tinggi sehingga rentan crack/meledak. Lalu pada mulai aplikasi intercooler... Terus semakin dipaksa lagi... dan akhirnya masalah sama... Banyak mesin yang overheat/rusak karena penggunaan turbo yang berlebihan.
Lalu pakai cara lain lagi; memasukkan fuel yang lebih banyak dari yang dibutuhkan ke ruang pembakaran untuk membantu mendinginkan mesin dari dalam.. Hasilnya? Mesin jadi boros.. Dan ketika harga BBM melonjak naik, turbo pupus, terganti N/A yang lebih efisien pakai BBM dan performanya makin meningkat.
Turbo modern, pada prinsipnya sama saja dengan turbo jaman dulu.. Hanya saja kompresi nya makin tinggi, injeksi lansung ke combustion chamber nggak melalui intake manifold lagi, dan pengaturan timing hingga sempurna pembakarannya.. Tapi ada kekurangan terbesar dari mesin charger modern; mereka sangat rentan terhadap variabel..
Sebagai contoh, compression ratio nya harus dijaga sebisa mungkin agar tidak berubah, karena setiap perubahan kompresi (lupa berapa amount pastinya, antara 0,0-1,0) efisiensi loss meningkat 5%, injection pressure nya berubah, knock sensor nya ngubah spark timing tiap silinder, efek rantai berikutnya mungkin oom kopat lebih tau.
Jadi sistem ini delicate banget (dalam bahasa orang indonesia; gampang rusak), dan, aplikasi tiap forced induction system di mobil modern, hanya berlaku untuk masing-masing spesifikasi mesin, dalam artian, jika mesinnya mengalami perubahan/modifikasi, efektifitas dari specific FI system bisa langsung berkurang hingga 10%, yang dalam bahasa Audi artinya harus diganti, karena efeknya bisa merusak internal mesin, mungkin oom kopat lebih paham.
Inilah kenapa mesin yang delicate ini pada akhirnya mulai dihentikan peredarannya.. TSI punah di 2012, karena developmentnya sudah tidak dilanjutkan lagi. Ecoboost belum apa2 sudah di recall, dan udah keluar klaim gak cocok untuk kondisi tropis..
Jadi, feeling ane , sejarah bakal berulang lagi.. dan engineer akan ketemu gimana caranya bikin mesin N/A lebih efektif lagi... And then it will start all over again..
CMIIW banget yaa..
Diluar itu, bicara performa, tentunya NA nggak akan pernah lebih tinggi performanya dibanding Forced Induction. Agreed on that.
Anda sudah TEST DRIVE belum?...