nasywa azalia wrote:berarti bisa di bilang peugeot dan isuzu belum serius banget menggarap pasar Indonesia ya om, atau produk mereka kalah bersaing, ( dari sisi harga )
dibilang belum serius rasanya kurang sreg juga...karena dulu mereka pernah berhasil membukukan catatan penjualan yang cukup bagus di indonesia. IMO peugeot terkendala harga jual krn faktor nilai tukar mata uang (karena unitnya CBU, CMIIW), penjualan makin seret akhirnya skrg jalan ditempat, sedangkan isuzu untuk segmen MPV produknya kalah bersaing karena blm juga ada pengembangan signifikan (minimal ganti model), sedangkan harganya terus meroket
nasywa azalia wrote:yang saya bingung prinsipal korea tidak serius menggarap pasar indonesia atau cuma masalah waktu / moment yg pass saja ?
sebenernya yg berhak menjawab ya dr pihak korean sendiri,
tapi berikut analisa saya sendiri ttg moment & keseriusan :
MOMENT
mbl korea pertama masuk ke indonesia di era menjelang krismon...disitu memang moment yg tepat krn ekonomi indonesia sedang bagus, "keberanian" masyarakat untuk membeli atau mencoba mobil non japs masih cukup besar, kita bisa liat di jalanan atau dibursa mobil bekas bahwa banyak mobil2 non japs yg beredar itu rata2 keluaran dibawah tahun 1998
tapi sayangnya masuk krismon di 98...harga2 mobil naik hampir 2x lipat, membeli mobil menjadi hal yang semakin makin berat bagi masyarakat (tapi butuh) sehingga mobil diharapkan sebagai investasi (meski mereka menyadari kalo mbl itu bukan investasi), itu krn mereka tidak mau nilai barang dr uang yg sudah didapatkan dng susah payah tsb turun secara drastis. Dr sini peta penjualan otomotif indonesia mulai berubah, masyarakat lbh memilih merek jepang yang sudah diakui kualitasnya, harga bersaing dan jaringan aftersales yg sudah luas. "keberanian" masyarakat untuk membeli mbl non japs semakin menurun
selepas 2001, ekonomi mulai membaik, pasar otomotif kembali bergairah. namun sayangnya sudah tertinggal kenangan pahit dr para pemilik mobil non japs karena hengkangnya beberapa ATPM setelah krismon sehingga mereka jadi kesulitan untuk perawatan & perbaikan kendaraan. Dan dr sisi produsen korea saat itu blm memiliki line up yang menarik, desainnya masih sederhana dan unit2nya masih didatangkan utuh dr korea sehingga harga jualnya gak bisa murah krn terkena pajak impor, sebab korea bukan anggota AFTA. "keberanian" masyarakat untuk membeli mbl non japs masih rendah
sekitar 2008, mulai terjadi revolusi desain dan kualitas dr hyundai-kia...produk2nya sudah makin menarik, kualitasnya sudah diakui dr beberapa lembaga survey, ekonomi indonesia juga sedang bagus, semestinya ini bisa jadi modal untuk penetrasi pasar di indonesia namun sayangnya di thn 2009 terjadi krisis global sehingga harga2 mobil jadi makin naik lagi....lagi2 "keberanian" masyarakat untuk membeli mbl non japs semakin hilang (efek psikologis yg hampir sama saat krismon 98)
KESERIUSAN
untuk saat sekarang ini, kualitas dan desain mbl korea sudah gak bisa dipandang remeh, namun untuk penetrasi pasar indonesia masih banyak PR yang harus dikerjakan :
- peluncuran produk2 baru yg lbh banyak sebagai ajang "show off" desain & kualitas didepan masyarakat (untuk merubah image ttg kualitas mbl korea itu sendiri)
- harga kompetitif dng value for money yg menarik
- garansi produk
- pengembangan jaringan sales & after sales (selain bengkel resmi, distribusi sp part & used car center mesti diperbanyak juga)
- program buy back guarantee mutlak harus ada
- pengembangan pabrik supaya seluruh unitnya bisa dibikin CKD atau didatangkan dr sesama negara CAFTA...supaya harga unitnya bs lebih kompetitif lagi
- kalo sudah ada pabrik tinggal dilanjut untuk pengembangan mbl jenis MPV yang cocok untuk selera masyarakat indonesia
- menggandeng lembaga pembiayaan (finance) dan asuransi untuk menyokong sisi sales
- komitmen yang kuat untuk costumer care
saya bukan analisa pasar otomotif, ini cuma resume dr keadaan riil yang saya temui sehingga menyebabkan sampe sekarang ini saya masih tetap bertahan membeli produk otomotif jepang.
