jangan ngomong gt mas, kali ajha mas ini anak teknik perminyakan, geologis or yang sifatnya teknis lainnya....cara ngitung depresiasi itu sulit dan banyak metode untuk perhitungan, dan klo mencari break even point sebuah kendaraan dalam pencapaian titik impas secara umum, tentu tidak bisa di hitung dengan angka, karena kepuasan, prestise dan kenyaman tidak bisa di deskripsikan dengan uang.FortunerMan wrote:Cara ngitung depresiasi bego...toyotaman wrote:JLX 08 AT 200 jt. Barunya sekarang 304.5 jt. Jadi selisihnya ama barunya sekarang 104.5 juta. Atau 52.25 %. Memang cukup dalam depresiasinya,
tp cara menghitung depresiasi paling simple adalah metode garis lurus. sebagai contoh harga mobil waktu (HPP = Herga Pokok Pembelian ) pertama kita beli 200jeti. jangka waktu penggunaan/range of used dikalikan 12 bulan = Y. HPP/Y = V
Contoh pemakaian 3 thn = 3 X 12 =36. 200jt / 36 = 555.555,- perbulan
depresiasi pertahun 555.555 X 12 = 6.666.666,- ( untuk tahun pertama di kalikan 2 untuk tahun ke dikalikan 4 dan begitu jg untuk tahun ke 3 dikalikan 6 ) selagi harga bekas masih sekitar lebih kurang 10 % dari hasil jumlahan tersebut masih bilang wajar)
soo, berarti jika mobil yang kita beli 2 tahun lalu seharga 200jeti dan harga pasarannya sekitar 173 jt or 3 thn harga pasaran sekarang 160jt berarti sudah bisa dibilang mendekati dari nilai break even point. tp harga pasar ini di pengaruhi beberapa hal, dan rumus tersebut tidak bisa menjadi patokan utama dalam menilai harga bekas sebuah mobil dikarenakan banyaknya faktor yang menentukan. mudah2an bisa dipahami.
Dalam mengambil depresiasi jangan dihitung dengan harga sekarang mas tetapi dihitung dari harga waktu beli. klo di hitung dengan harga sekarang dengan yang beli 2 thn lalu nanti banyak faktor yang akan di libatkan/disesuaikan seperti inflasi, pajak, upah tenaga kerja dll. ntar klo saya kasi rumusnya mas jd binun, jd saya kasi yang simple ajhaa yaa....bt gambaran doank kok.
