Mungkin pilihan Suzuki untuk membuat keluarga Escudo berpenggerak dua roda (4x2) cukup tepat. Pasalnya, kebanyakan pemakaian mobil ini khususnya untuk jalan aspal, tetapi saat dicoba di jalan keriting kenyamanannya tak beda jauh dengan mobil sedan. Sementara kemampuan jelajah medan offroadnya mengingatkan kita pada Suzuki Jimny yang cukup terkenal di kalangan offroader.
Rancang Bangun
Ditilik dari dekat, tak ada perbedaan mencolok antara XL-7 dengan saudaranya, Escudo 2.0. Tarikan bodinya tetap mengunggulkan disain bulat atau gembung, terutama terlihat pada fender, bemper, dan engine hood-nya. Lalu gril, lampu depan dan kelengkapan eksterior lain nyaris tak ada yang berubah--sama seperti pendahulunya. Yang berbeda hanya masalah bentuk, yaitu ia lebih panjang karena sumbu rodanya ditambah 320mm. Secara umum disain bodi luar XL-7 cukup dandy. Apalagi dengan pahatan tubuh yang halus, seolah ia tak mencirikan sebagai mobil SUV, tapi MPV. Bandingkan dengan bodi X-Trail dan Toyota RAV4 yang juga termasuk SUV. Keduanya memiliki pahatan tubuh lebih kasar dan tegar.
Meski begitu dari sudut konstruksi, Grand Escudo kuat dan mantap disebabkan penggunaan sistem body on frame (rangka dan bodi terpisah) ala jip. Selain bodi, yang berubah pada Grand Escudo adalah tidak digunakannya lagi mesin J20A I-4. Sebagai penggantinya adalah mesin V-6, 2.500cc. Mengenai hal ini, akan dibahas secara khusus dalam performa mesin. Kemudian transmisi otomatisnya dilengkapi pilihan mode power dan overdrive. Mode power dan overdrive ini disiapkan untuk keperluan akselerasi dan high speed cruising.
Akomodasi
Penambahan jarak sumbu roda biasanya akan memberi kelegaan pada interior. Tetapi yang kami rasakan sebaliknya, XL-7 tergolong sempit. Apalagi bila tiga baris kursi yang ada terpasang semua. Kursi dengan mode pengaturan maju mundur dan bisa direbahkan secara manual itu, ternyata tak cukup membantu untuk membuat suasana pengemudian jadi lebih ergonomis.
Meski pengaturan kursi sudah dilakukan, tetap saja kesan sempit terasa. Boleh jadi karena Suzuki mengutamakan manajemen interior yang optimal, khususnya dalam pemanfaatan ruang sebagai tempat penyimpanan. Ketidaknyamanan akan terasa pada kursi baris kedua dan ketiga. Kaki penumpang pada baris tersebut tak memiliki ruang cukup, lutut kadang terbentur kursi penumpang depan saat kursi depan diatur mundur. Akses ke kursi baris ketiga pun terasa sulit. Sebab, untuk menuju ke sana, kursi kedua harus dimajukan dan direbahkan lebih dulu. Agar tidak melulu merasa kurang nyaman, di tengah kursi penumpang, Suzuki memasang arm rest dan cup holder. Kemudian bahan kursi dibuat dari kulit lembut.
Yang perlu diacungkan jempol adalah pada manajemen pengaturan ruangnya yang optimal, dimana di setiap baris penumpang di kiri dan kanan terdapat ruang penyimpanan kecil serta cup holder. Sementara itu dasbor mobil dengan panel-panelnya dirancang sangat ergonomis. Dasbor yang dikombinasikan bahan plastik dan kayu itu terlihat sangat mewah. Panel pengaturan suhu dibuat sesuai bentuk tubuh manusia, yakni berbentuk bulat dan untuk mengoperasikannya tinggal ditekan secara lembut. Perangkat hiburan yang terpasang pun lumayan baik, berupa head unit double DIN dan dilengkapi 4 spiker. Central lock serta power window pun tak ketinggalan terpasang di dalamnya.
Performa Mesin
Berbeda dengan pendahulunya, Escudo 2.0 baru ini menggunakan mesin V-6, tipe H25A, DOHC, dengan kapasitas 2.493cc. Mesin terasa halus berkat penggunaan liquid-filled engine mount. Begitu pula dalam perpindahan transmisinya. Tapi kesan yang mobilmotor peroleh saat mencoba mobil ini di daerah Pantura, karakter mesin cenderung bagus saat bermain pada putaran atas. Hal itu terbukti tenaga dan torsi baru keluar ketika jarum tachometer menunjukkan angka 3.500rpm. Di bawah posisi itu, akselerasi terasa lambat dan kurang gesit. Untuk mengatasinya tidak lain dengan mengaktifkan mode power serta mode overdrive supaya akselerasi lebih gesit. Pada tanjakan pegunungan Dieng, mesin terasa sekali kurang tenaga, meski telah menggunakan gigi dua. Bisa jadi karena beban yang ada pada mobil saat itu sangat banyak, yaitu 5orang penumpang ditambah beban kargo yang ada di atasnya.
Untuk pemakaian BBM, XL-7 tergolong sangat boros. Kami hitung secara manual di jalanan perkotaan kurang lebih mesin ini minumnya 1liter untuk 6km. Mesin boros dapat dipastikan bila kita membaca spesifikasinya, paduan mesin dan transmisi mobil ini cenderung berada pada putaran tinggi. Maklum tenaga puncak baru diperoleh saat putaran mesin mencapai red-line. Sangat beralasan bila mobil dipasarkan dengan transmisi otomatis karena akan bermasalah bila memakai sistem manual.
Transmisi otomatis 4kecepatan yang dimiliki XL-7 perpindahannya sangat cepat dan halus. Apalagi ketika kami coba menggunakan mode power untuk menambah kecepatan di jalan aspal, seketika performa mesin bisa langsung dirasakan. Sementara sistem kemudi yang menggunakan sistem rack and pinion power assisted terasa sangat mantap dan ringan dikendalikan.
Stabilitas
Untuk masalah stabilitas, XL-7 bisa dikatakan hampir mendekati sedan. Ada beberapa faktor yang membuat stabilitas mobil ini cukup bagus. Pertama penggunaan suspensi yang keras dan dipadukan dengan ban berukuran 235/60/R16 mampu meminimalkan gejala body roll, khususnya di jalan aspal.
Kedua, perpanjangan sumbu roda juga cukup memberi andil dalam memberi kenyamanan saat terjadi bantingan di jalan keriting. Dan yang terakhir proporsi antara lebar, tinggi bodi, serta jarak pijak depan belakang membuat mobil ini pada setiap tikungan tajam yang ditemui tidak mengalami gejala limbung atau oversteer. Secara umum hasil yang kami rasakan ketika mencoba XL-7 adalah mobil ini memiliki tingkat kestabilan yang bagus.
Pengendaraan dan Pengendalian
Berdasarkan pengalaman perjalanan dari Jakarta hingga Solo melewati Jalur Selatan dan Pegunungan Dieng, nyatanya XL-7 dapat menjadi alternatif untuk kendaraan SUV yang tangguh dan aman. Penggunaan suspensi MacPherson strut yang dipadukan dengan rigid axle 5-link menghasilkan karakter peredaman yang cenderung keras. Boleh jadi, ini konsekuensi rancangan tipe on road biased sehingga lebih mantap dikendarai pada kecepatan jelajah tidak lebih 80-100km/jam. Apalagi roda kemudi mobil ini cukup ringan sehingga tingkat pengendalian secara keseluruhan jadi lebih mudah.
Data Teknis
Model : Suzuki Grand Escudo
ATPM : PT. Indomobil Niaga International
Produksi : CKD asal Jepang
Harga : Rp227.500.000,-
Mesin
Tipe : H25A, V-6
Sistem katup : DOHC, 24 katup
Kapasitas : 2.493cc
Tenaga (tk/rpm) : 160/6.500
Torsi (Nm/rpm) : 221/3.500
Transmisi : Otomatis 4 kecepatan
Suspensi
Tipe depan : MacPherson strut & coil spring
Tipe belakang : rigid axle, 5 links coil
Rem
Depan : Cakram ventilasi
Belakang : Drum, leading & trailing
Ban Ukuran : 235/60/R16
Dimensi
Pjg/lebar/tinggi (mm) : 4.575/1.780/1.740
Jarak sumbu roda : 2.800
Jarak pijak depan : 1.500
Jarak pijak belakang : 1.500
Celah tanah : 185
Berat kosong (kg) : 1.620
Kompetitor
Nissan X-Trail
Data Teknis
Model : NISSAN X-TRAIL CKD Xt
Harga : Rp275.000.000,-
Mesin
Model : QR25DE
Type : I-4, DOHC16 katupCVTC
Kapasitas : 2488cc
Torsi(Nm/Rpm) : 246/6.000
Tenaga maksimum : 177,5/4.000
Transmisi : Electrically controlled 4-percepatan
Kapasitas tangki : 60 liter
Sistem penggerak
Tipe : 4X2, gerak roda depan
Dimensi
Pjg/lbr/ting(mm) : 4.510X1.765X1.750
Jarak sumbu roda(mm): 2.625
Trek (dp/blk) : 1.530X1.530
Celah tanah : 200
Radius putar : 5.3m
Rem
Tipe : Cakram berventilasi ABS, EDB dan BAS
Suspensi
Depan : Independent, Macpherson strut, stabilizer bar
Belakang : Independent, paralel link strut, stabilizer bar
Sumber : MobilMotor.co.id
Jadi Pengen
