Berawal dari bokap tiba tiba penasaran bahas Tiggo8 CSH (yang belum launching), ya udah iseng - isenglah main. As expected, Tiggo8 CSH belum ready, malah lebih tepatnya : display unit nggak ada Tiggo8 sama sekali. Cuma ada J6, Omoda5, Tiggo7, Tiggo Cross.
Tapi gayung bersambut, ternyata unit test drive Tiggo8 Premium baru aja kembali dari dipakai test drive. OK deh, kita langsung coba saja. Sales counter juga mengarahkan saya buat langsung coba saja.
Your Typical - Boring family SUV, with lack of originality.
Saya terus terang buat tampilan luarnya masih merasa… un-original.
Bodyline nya mirip sekali dengan Audi Q7, tapi gimmicknya si Chery hobi banget pakai gimmick exterior Mercedes, contohnya seperti Diamond Grille, dan lampu di grill yang sangat obvious - ini ngambil dari Mercy banget.

Di luar itu, overall sebenarnya ini tampang your typical family SUV - nggak stand out, tapi nggak jelek juga.
Ban mobil ini pakai Giti seri Comfort… ukuran 235/55/18 yang impresinya nanti akan dijabarkan lebih lanjut.
Slam All Luxurious Accents - with lack of originality.
Driving position nggak terlalu buruk, mudah dicari yang enak. Relatif nggak ada masalah. Steering juga gripnya lumayan bagus, nggak kalah dengan CR-V. Secara jujur saya lebih suka positioning mobil ini dibanding Omoda5. Malah saya curiga layout Tiggo8 dipakai di Omoda5. Makanya nyetir Omoda5 itu kayak nyetir mobil besar feelingnya.
Interior juga lebih roomy daripada CR-V. baris keduanya enak, headroomnya terutama luas sekali, padahal ada panoramic roofnya. Baris ketiga nggak merepotkan kayak CR-V yang dipaksain karena ban serep ditaruh di kolong - kalau CR-V jadi repot banget mau buka ban serep aja harus angkat jok dulu, belum malah mengurangi space bagasi.
Tapi kalau ada red flag terbesar Tiggo8 itu sebenarnya ada di interior juga, let me rant about it, dan semua saya simpulkan dengan satu kalimat yang lagi - lagi sama dengan masalah terbesar di exteriornya :
Lack of originality.
Di Omoda5 mereka mau jadi Mercedes dengan AMG-style knob, sekarang mereka mau jadi BMW, pakai model joystick… tapi dengan tombol - tombol ala interior Mercedes dan aksen - aksen yang campur antara BMW dan Mercedes. Door handle dalamnya fix itu saya berasa familiar waktu pegang, ternyata itu door handle bentuknya exact copy dari newer BMWs.

door handle BMW
Masalah terbesar dari lack of originality ini bukan perkara apa - apa copyright or such - saya bukan yang punya brand jadi saya gak terlalu peduli.
Dampaknya di user adalah konsep interior dan user friendliness itu kayak diletakkan jauh di bawah prioritas desainernya. Prioritas pertamanya : all looks. Blend all that looks good in that interior.
Saya bahkan kesulitan cari tombol nyalain mesin karena ketutup tuas wiper. Mau ubah driving mode ? Tombolnya berjejer “rapi”, alias nyaru dengan tombol AC. Di BMW saja driving mode diletakkan di samping tuas joystick supaya orang gampang mau ubah.
CR-V memang interior layoutnya tua banget - sudah dari gen 3, tapi kita tau layout interior itu nggak bikin masalah dengan ergonomics dan user friendliness.
Not that I said CR-V had better material, CR-V’s material look like second grade compared to this but… I’d prefer better usability.
The only thing that did not lack originality : The Powertrain. But please, ditch those tyres.
Chery punya banyak sekali powertrain. Awalnya dulu Tiggo8 keluar dengan mesin 2.0L Turbocharged dengan 7-DCT (named Tiggo8 PRO MAX, tapi saya tanya salesnya udah mau discontinue diganti CSH).
Sekarang, mereka “turunin” dengan mesin 1.6 liter dicombo dengan DCT. Mungkin karena banyak keluhan mesin 2.0L nya boros.
Ya gimana pak, mobil 2.0L turbo, CX-9 aja boros padahal sudah Skyactiv high compression engine.
Powertrain Tiggo8 Premium sama dengan Omoda5 GT : SQRF4J16 (susah amat namanya) yang masuk dalam ACTECO Engine . ACTECO adalah company di bawah Chery Automobile yang bekerjasama dengan AVL Austria. Inilah kenapa saya merasa among all Chinese brands, Chery yang paling nggak identik dengan portfolio EV seperti BYD. Lha punya engine company sendiri.

Bahkan saking saya nggak merasa Chery identik dengan EV, saya kemaren nyeletuk
“emang EV nya Chery apa sih selain J6?”
“Omoda E5 ko”
“OH IYA SAMPE LUPA”
tenaganya 187HP dan torsinya a whopping…. 290Nm. Tersedia dari 2.000 - 4.000 RPM. Wow. Dicombo dengan 7-speed wet-type dual-clutch transmission. Should feel good.
Impresi awal meluncur, mobilnya sangat effortless. A little turbo lag tapi naikkan RPM sedikit dan boom! It feels more like a hot-hatchback than a family SUV. Ini karakter mesin yang sangat My tuned CR-V feels slower in comparison - at least for the 0-60 acceleration. Kalau udah di atas itu ya beda kasus.
Tapi yet, saya nggak pernah masalah dengan powertrain Chery bahkan sejak dari cobain Omoda5 GT. Chery’s own developed engine, bikin other Chinese manufacturers - bahkan beberapa Japanese powertrains berasa sluggish dan lamban. Approach mesin ini sama seperti mesin - mesin Eropa yang lebih mengutamakan torsi menengah, karena top end mobil ini tetep kalah dibanding CR-V Turbo.
Di atas 5000 RPM sudah nggak ada tenaga, dan better shift sebelum redline seperti mesin Eropa.
Keluhan seperti setir terlalu ringan, entah kenapa saya nggak merasakan ini terlalu ringan, 11-12 saja dengan CR-V. Ya emang steeringnya a bit slower dibanding CR-V. Tapi not bad lah, nicely weighted. Omoda5 terasa lebih kopong setirnya.
Dan buat membantah keraguan saya, it’s not even in sport mode. Soalnya di awal coba sport mode agak berbobot, setelah itu ganti ke normal karena saya nggak nyaman dengan sport mode. Tetep ada bobotnya, nggak terlalu kopong.
Kaki-kaki dan redaman suspensi juga nicely tuned. Lebih seperti karakter suspensi Eropa macem VW Tiguan atau BMW X3. Dengan tenaga dan sudden “boost” dari mesinnya itu, body dan kaki-kaki nggak kewalah mengimbangi.
Sayangnya sektor kaki-kaki ini juga - another issue.
Saya suka redamannya, tapi it feels harsh. OK ini mobil nggak berisik road noisenya macem CR-V saya, tapi kenapa ya? Harsh, a bit feels cheapo kalo saya boleh jujur.
Usut punya usut setelah saya telusuri, dan googling sana-sini, keluhan selalu muncul terkait : BAN.
Saya nggak tau apakah ada recall terkait ini atau tidak, tapi keluhan terbesar dari ride Chery Tiggo8 ini adalah bannya yang kurang enak. Ini sama seperti dulu cobain Mazda CX-9 yang pake ban Ecopia, mobilnya kerasa nggak meredam getaran dengan baik, sampai supplier bannya diganti oleh Mazda.
Lalu selain ban, saya ngerasa mobil ini kenceng, enak, tapi saya nggak pede bawanya meliuk2 atau overtaking di jalan rame. Saya masih belum biasa dengan karakter remnya. Saya bisa ngebut tapi takut ngerem.
Tapi ini kayaknya juga ter-combo dengan transmisi dual-clutchnya. Lagi - lagi urusan dual clutch itu selalu soal braking dan downshifting di kecepatan rendah, never about the upshifting. Juga braking erat kaitannya dengan ban - safe to say kalau di upgrade ke seri ban UHP akan jauh lebih baik.
Verdict : A Confusing Dilemma.
Saya nggak mau benci mobil ini. In fact, saya malah suka sebenernya. Mobil 400 juta-an, oh wait, 370 juta-an kalau nggak mau beli yang pakai ADAS (which will be my pick, of course). Tapi naikannya seperti ini. Sekali lagi, poin terbesar saya menilai mobil is all about the powertrain, handling and function. Belum offering garansi dan free servicesnya. Menggiurkan sekali.
Tapi kalau considering mobil ini buat replace my good ol’ CR-V? Hmmm. Might need to consider a lot of things, dan gave me dilemmas.
Kalau saya harus kasih skor, technically, keduanya imbang. Saya nggak ngeliat Tiggo8 lebih baik dalam banyak hal dari CR-V, tapi nggak lebih jelek juga. Kelebihan yang saya notice hanya mobilnya a lot roomier, harus diakui, poin penting dari mobil keluarga kan ini. Tapi udah, it practically it is.
Dilemanya, CR-V works like an old phone for me. It doesn’t do much, but it does everything well. Sementara Tiggo8 itu seperti smartphone China yang mau melakukan banyak hal, tapi it doesn’t accomplish more than 10% what the CR-V can do.
Maybe the CSH might change my mind? I don’t know. Tapi worth to see.