Dalam rangka menghemat pemakaian BBM secara nasional & mengurangi
ketergantungan thd minyak bumi, seharusnya pemerintah memberi insentif thd. bahan bakar solar (Diesel fuel) dimana kita ketahui bersama bahwa mesin Diesel memiliki efisiensi adiabatik lebih tinggi drpd gasoline engine.
Insentif jangka pendek bisa berupa PPN yang lebih kecil drpd PPN utk
gasoline, utk jangka menengah bisa dengan memberi tax holiday bagi Biodiesel dari minyak Jarak, dimana idealnya pemerintah menetapkan target kandungan Biodiesel pada solar seiring dengan berjalannya waktu, misal tahun 2007 mulai dengan B10 (10% Biodiesel), tahun 2008 B20 dst., dimana penerapan biodiesel ini juga turut membantu mengurangi emisi gas buang diesel terutama utk PM dan carcinogenic matter.
Di sisi lain pengembangan biodiesel juga akan menyerap lapangan kerja yang tidak kecil, mengurangi pengangguran di kota kota besar, sehingga nantinya tidak ada lagi tradisi arus urbanisasi setiap tahun menuju Jakarta / kota besar lainnya, malah mungkin bisa terjadi arus balik yaitu dimana sebagian penduduk kota besar hijrah ke daerah dimana perkebunan Jarak Pagar & industri Biodiesel dikembangkan scr luas.
Indonesia yang memiliki lahan kritis seluas 10 - 13 juta hektar sangat
berpotensi menjadi penghasil Biodiesel terbesar di Asia Tenggara, belum lagi potensi gas alam (170 TCF), batubara, Coal Bed Methane serta limbah sampah kota (biomassa) yg dapat diolah menjadi FT - Syn Diesel Fuel, maka bila semua dimanfaatkan secara maksimal Indonesia dapat kembali menjadi Nett Exporter BBM, tetapi kali ini BBM siap pakai yg mempunyai nilai tambah lebih, serta dapat menyediakan BBM dengan harga terjangkau utk konsumsi dalam negeri, terutama utk industri.
Dengan melihat berbaga potensi yang paling memungkinkan, maka Indonesia sangat berpeluang menghasilkan bahan bakar diesel non minyak bumi (Biodiesel & FT Syn Diesel Fuel) secara ekonomis (baca = murah).
Di sisi lain hal yang sama patut pula diberlakukan bagi industri & perkebunan Bio Ethanol utk mensubstitusi gasoline. Bio Ethanol terbuat dari ampas singkong & tebu, dan sebetulnya masih banyak tanaman / sumber lain yg bisa dibuat menjadi Bio Ethanol.
Menurut info sebetulnya biaya produksi Ethanol cukup murah, sekitar Rp. 2400 - 2500 / lt. (scr. teori), tetapi kekurangan Ethanol adalah :
1. Heating value lebih rendah 30% drpd Petro gasoline, maka akan lebih boros 30% bila dipakai.
2. Ethanol lebih mudah menguap daripada gasoline.
3. Perlu modifikasi pada mesin, mulai dari selang bahan bakar, tangki BBM, hingga re programming ECU & penggantian injector (bila ingin hasilnya optimal)
Sedang pada BioDiesel :
1. Heating value lebih rendah 10 - 11% drpd Petro Diesel, maka hanya lebih boros sekitar 10%
2. Modifikasi pada mesin hanya mengganti selang2 BBM dengan karet sintetis
3. Bila diproduksi massal, Biodiesel Jarak bisa dijual dengan harga Rp. 2800 - 3500 / lt.
Dan harga2 Biofuel tsb. sama sekali tidak membuat APBN Pemerintah "berdarah", malah di sisi lain menciptakan lapangan kerja / mengurangi pengangguran yang mana akan mengurangi social cost yg harus ditanggung pemerintah.
Sekedar analisa pribadi / mohon maap bagi yg kurang berkenan
Insentive yg seharusnya utk Biodiesel & Bio Ethanol
Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit
-
- SM Specialist
- Posts: 22072
- Joined: Mon Dec 12, 2005 5:14
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2961
- Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34
Setuju 100%, Mr. Turboman. Bahkan, Indonesia bisa bangkit sebagai kekuatan Asia baru menyusul India dan China seandainya mau (bukan mampu, karena pasti mampu) mengembangkan berbagai jenis biofuel (yang dibutuhkan oleh semua negara di dunia) yang renewable, tidak akan pernah habis, tidak seperti persediaan minyak bumi yang akhirnya akan habis.
Tapi masih ada saja orang yang menganggap 'incentive' adalah sesuatu yang negatif : "Hey! Kenapa loe yang mampu beli mobil diesel/hybrid yang lebih mahal, malah dapat insentif??"

Tapi masih ada saja orang yang menganggap 'incentive' adalah sesuatu yang negatif : "Hey! Kenapa loe yang mampu beli mobil diesel/hybrid yang lebih mahal, malah dapat insentif??"


-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 1247
- Joined: Wed Jan 11, 2006 5:21
- Location: Subang
Kononya Indonesia sedang nggarap regulasi untuk biodiesel, khususnya dari Jatropha oil (minyak jarak pagar).
India Sudah memulai membuka lahan untuk penanaman Jatropha, kalau terlambat regulasinya, bisa kalah dengan India.
Malaysia sedang membangun biodiesel manufacturing plant (Palm Oil Biodiesel) yang kononnya paling besar di dunia. Memang sih Malaysia penghasil CPO dan KPO no.1 di dunia (saat ini).
Biodiesel USA lebih cenderung ke Soja Bean Biodiesel dan WVO (Waste Vegetable Oil), prioritas pemakaiannya baru ke kapal-kapal laut mereka, baik militer, cargo dan fishing boats.
Harap-harap Indonesia nggak ketinggalan dengan Jatropha Biodiesel nya.
India Sudah memulai membuka lahan untuk penanaman Jatropha, kalau terlambat regulasinya, bisa kalah dengan India.
Malaysia sedang membangun biodiesel manufacturing plant (Palm Oil Biodiesel) yang kononnya paling besar di dunia. Memang sih Malaysia penghasil CPO dan KPO no.1 di dunia (saat ini).
Biodiesel USA lebih cenderung ke Soja Bean Biodiesel dan WVO (Waste Vegetable Oil), prioritas pemakaiannya baru ke kapal-kapal laut mereka, baik militer, cargo dan fishing boats.
Harap-harap Indonesia nggak ketinggalan dengan Jatropha Biodiesel nya.
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 1632
- Joined: Wed Sep 21, 2005 2:21
Well, kalau gara gara incentif, harga hybrid turun say 20 juta masih mendinggan.
Tapi kalau harganya turun 100 jutaan, man ! Thats not small money ! Bisa beli mobil Avanza / APV man !
Cepektiau ! Think about that figure !
Anyway, like I said, kalau benar benar mau make a QUICK and fast effect on the environment, hybrid prices must be really realistic for MASS use and consumption.
Say hybrid volumes di Indo ribuan per bulan. Itupun perlu waktu cause sudah ada jutaan kijang kapsuls yang terlanjur kejual. Mau catch up and compensate for their pollution and high BBM consumption gonna take some time !
Apalagi kalau hybrid meskipun di kasih incentif, mentok juga masih harga 300 juta. Tau sendiri mobil merek apapun harga 300 juta tiap bulan paling 200 per bulan.
How to clean up with such small volumes ?
The most obvious way is to make cars like Innovas and Avanzas, Jazzes yang volumenya amat besar into hybrids, dengan harga realistic pula.
As I always say, what is the use of a big profit margin if volumes are small ?
Same with hybrids. Se irit dan bersih dia, tapi what is the effect jika pasarnya yang pakai sangat kecil ? Jangan bilang catch up with the million plus kapsuls yang tiap hari keluar emisi banyak. Mau catch up with the Avanzas and Innovas saja sudah ngak sanggup.
Effect besar cuman mendongkrak image dan bikin orang yang ngak ngerti automotif kirain Innovas and Avanzas juga irit dan emisi bersih !
Mau kasih incentif ya boleh. Tapi kalau effectnya kecil dan cuman kalanggan orang kaya saja yang bisa menikmati, what's the use ?
Effectnya seperti 1 drop of blood in a big pail of water ! Ngak gitu berasa !
Tapi kalau harganya turun 100 jutaan, man ! Thats not small money ! Bisa beli mobil Avanza / APV man !
Cepektiau ! Think about that figure !
Anyway, like I said, kalau benar benar mau make a QUICK and fast effect on the environment, hybrid prices must be really realistic for MASS use and consumption.
Say hybrid volumes di Indo ribuan per bulan. Itupun perlu waktu cause sudah ada jutaan kijang kapsuls yang terlanjur kejual. Mau catch up and compensate for their pollution and high BBM consumption gonna take some time !
Apalagi kalau hybrid meskipun di kasih incentif, mentok juga masih harga 300 juta. Tau sendiri mobil merek apapun harga 300 juta tiap bulan paling 200 per bulan.
How to clean up with such small volumes ?
The most obvious way is to make cars like Innovas and Avanzas, Jazzes yang volumenya amat besar into hybrids, dengan harga realistic pula.
As I always say, what is the use of a big profit margin if volumes are small ?
Same with hybrids. Se irit dan bersih dia, tapi what is the effect jika pasarnya yang pakai sangat kecil ? Jangan bilang catch up with the million plus kapsuls yang tiap hari keluar emisi banyak. Mau catch up with the Avanzas and Innovas saja sudah ngak sanggup.
Effect besar cuman mendongkrak image dan bikin orang yang ngak ngerti automotif kirain Innovas and Avanzas juga irit dan emisi bersih !
Mau kasih incentif ya boleh. Tapi kalau effectnya kecil dan cuman kalanggan orang kaya saja yang bisa menikmati, what's the use ?
Effectnya seperti 1 drop of blood in a big pail of water ! Ngak gitu berasa !