OCTANE

Ingin membahas hal-hal umum mengenai mobil dan otomotif, silakan bahas disini...

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

User avatar
PenyuTurbo
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1247
Joined: Wed Jan 11, 2006 5:21
Location: Subang

Post by PenyuTurbo »

Sebagai orang awam akan bertanya :

1. RON, MON, PON=AKI=RdON=(RON+MON)/2 sebenarnya menyatakan apa ?

2. Apa Objectives dari RON, MON, PON=AKI=RdON=(RON+MON)/2 ?

3. Bilangan pada RON, MON, PON=AKI=RdON=(RON+MON)/2 apakah bilangan Absolut ataukah bilangan Relatif ?

4. Jika merupakan bilangan/nilai ABSOLUT, dari mana datangnya ?

5. Jika merupakan bilangan/nilai RELATIVE, apa ACUAN nya atau REFERENCE nya ?

6. Cara mendapatkan bilangan pada RON, MON, PON=AKI=RdON=(RON+MON)/2 apakah melalui pengujian ataukah dengan melalui alat ukur ?

7. Jika didapat dari pengujian, apa standardnya dan bagaimana pengujiannya berikut parameter2 dominan ?

8. Jika didapat melalui Alat Ukur, bagaimana dengan Kalibrasinya ?
hdrw
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 433
Joined: Sat Aug 21, 2004 19:46

Post by hdrw »

conan wrote:Anyway, menurutku Pertamina berkiblat pada USA (RdON/AKI).
Premium dengan RdON 88 seharusnya memiliki RON minimal 92, sementara hasil test :
Balongan : Premium 92,7
Plumpang : Premium 90,5
SPBU : Premium 90,6
= Berarti hanya yang berasal dari Balongan yang OK, yang lain = kurang.
Kalau hipotesisnya benar, jadi mobil yang perlu RON 91 pakai Premium yah ? kalau pakai Pertamax jadi mubazir, he he he ...
Sithlord
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1632
Joined: Wed Sep 21, 2005 2:21

Post by Sithlord »

Oh yeah ? That could explain why mobil I pakai Premium dulu ngak rusak.

Cuman I masih ragu mutu premium itu. Apalagi harganya sudah tanggung !

I think I'll stick with Pertamax. Toh ATPM Nissan dari dulu sampai sekarang insist its better we use this fuel.
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Sebagai orang awam akan bertanya :

1. RON, MON, PON=AKI=RdON=(RON+MON)/2 sebenarnya menyatakan apa ?

2. Apa Objectives dari RON, MON, PON=AKI=RdON=(RON+MON)/2 ?

3. Bilangan pada RON, MON, PON=AKI=RdON=(RON+MON)/2 apakah bilangan Absolut ataukah bilangan Relatif ?

4. Jika merupakan bilangan/nilai ABSOLUT, dari mana datangnya ?

5. Jika merupakan bilangan/nilai RELATIVE, apa ACUAN nya atau REFERENCE nya ?

6. Cara mendapatkan bilangan pada RON, MON, PON=AKI=RdON=(RON+MON)/2 apakah melalui pengujian ataukah dengan melalui alat ukur ?

7. Jika didapat dari pengujian, apa standardnya dan bagaimana pengujiannya berikut parameter2 dominan ?

8. Jika didapat melalui Alat Ukur, bagaimana dengan Kalibrasinya ?
Lho, Anda saja yang jelaskan pada mereka, Mr. PenyuTurbo. Anda kan konon seorang ahli engine performance?
Aku sih tidak peduli publik mengerti atau tidak, aku bukan penjual BBM tuh.

Dan bagaimana kalau sekalian Anda juga jelaskan ini nih :
FYI,
Compression Ratio - 5:1 Octane Requirement 72 RON
Compression Ratio - 6:1 Octane Requirement 81 RON
Compression Ratio - 7:1 Octane Requirement 87 RON
Compression Ratio - 8:1 Octane Requirement 92 RON
Compression Ratio - 9:1 Octane Requirement 96 RON
Compression Ratio - 10:1 Octane Requirement 100 RON
Compression Ratio - 11:1 Octane Requirement 104 RON
Compression Ratio - 12:1 Octane Requirement 108 RON
1. Angka RON di atas untuk kompresi sekian, apakah bilangan Absolut ataukah bilangan Relatif ?

2. Jika merupakan bilangan/nilai ABSOLUT, dari mana datangnya ?

3. Jika merupakan bilangan/nilai RELATIVE, apa ACUAN nya atau REFERENCE nya ?

4. Cara mendapatkan angka RON pada 'patokan' di atas apakah melalui pengujian ataukah dengan melalui alat ukur ?

5. Jika didapat dari pengujian, apa standardnya dan bagaimana pengujiannya berikut parameter2 dominan ?

6. Jika didapat melalui Alat Ukur, bagaimana dengan akurasinya?


7. Benarkah Honda Jazz harus pakai 'RON 97'? Lebih dari Pertamax Plus? Darimana angka ini? Koq menurut patokan di atas, seharusnya lebih dari 100? Mobil lain berapa?
hdrw
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 433
Joined: Sat Aug 21, 2004 19:46

Post by hdrw »

Sithlord wrote:Oh yeah ? That could explain why mobil I pakai Premium dulu ngak rusak.
Cuman I masih ragu mutu premium itu. Apalagi harganya sudah tanggung !
I think I'll stick with Pertamax. Toh ATPM Nissan dari dulu sampai sekarang insist its better we use this fuel.
Kalau memang pertamina menggunakan metode USA, saya pikir ATPM juga gak tahu neh, bahwa premium itu RdON 88 = RON 91/92.
Tapi kalau ATPM sebenarnya tahu, kan untuk daerah diluar jabotabek belum ada premium TT, jadi ATPM ini ambil cara gampang biar Catalityc Converter gak rusak menyuruh pakai Pertamax, soalnya kalau masih masa garansi dan CC rusak kan mereka yang rugi.
Mereka sih gak pikir, apakah kalau diiisi Pertamax itu mubazir, toh bukan uang mereka.
Cuma kalau benar pertamina pakai metode USA, sebaiknya kita beralih ke Premium TT saja, dan selisih uang 5300-4500=800/liter bisa untuk yang lain.
Bukan masalah tanggung atau tidak, kalau memang faktanya cukup Premium TT, ngapain harus mubazir beli Pertamax ? betul gak ?
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

hdrw wrote:
Sithlord wrote:Oh yeah ? That could explain why mobil I pakai Premium dulu ngak rusak.
Cuman I masih ragu mutu premium itu. Apalagi harganya sudah tanggung !
I think I'll stick with Pertamax. Toh ATPM Nissan dari dulu sampai sekarang insist its better we use this fuel.
Kalau memang pertamina menggunakan metode USA, saya pikir ATPM juga gak tahu neh, bahwa premium itu RdON 88 = RON 91/92.
Tapi kalau ATPM sebenarnya tahu, kan untuk daerah diluar jabotabek belum ada premium TT, jadi ATPM ini ambil cara gampang biar Catalityc Converter gak rusak menyuruh pakai Pertamax, soalnya kalau masih masa garansi dan CC rusak kan mereka yang rugi.
Mereka sih gak pikir, apakah kalau diiisi Pertamax itu mubazir, toh bukan uang mereka.
Cuma kalau benar pertamina pakai metode USA, sebaiknya kita beralih ke Premium TT saja, dan selisih uang 5300-4500=800/liter bisa untuk yang lain.
Bukan masalah tanggung atau tidak, kalau memang faktanya cukup Premium TT, ngapain harus mubazir beli Pertamax ? betul gak ?
Tapi, mutu Premium itu memang meragukan (baca : octane-nya naik turun, dan yang dioplos bisa saja turun banyak, juga mungkin masih banyak zat pengotor). Contohnya, Kijang kapsul sekalipun bisa knocking (ngelitik) jika minum Premium, tapi tidak jika pakai Pertamax.

Kedua, angka minimum RON pada manual book kemungkinan besar adalah AKI, sesuai dengan kepentingan produsen mesin, yaitu sebagai batas minimum tidak terjadi gejala ngelitik (=knocking; dan AKI = Anti Knock Index). Dengan demikian, yang minimum RON-nya 91 seperti Innova/Serena, tetap direkomendasikan memakai Pertamax (RON=AKI 92).

Catatan : karena kebanyakan mobil modern memiliki knocking sensor, memang tidak akan ngelitik sekalipun diberi bensin dengan octane kurang, tapi sebagai akibatnya, pembakaran tidak optimal akan menyebabkan tingkat konsumsi BBM yang boros : sebagai contoh, bukankah banyak keluhan bahwa Innova = boros, tapi ada juga yang bilang cukup irit? Dugaanku, kasus yang boros terjadi pada mereka yang pakai Premium untuk Innova mereka.

Ketiga, sehubungan dengan subsidi, alangkah baiknya jika golongan yang lebih mampu, tetap pakai Pertamax yang tidak disubsidi daripada Premium yang masih disubsidi, dan biarkan Premium yang bersubsidi dipakai oleh golongan yang kurang mampu atau pas2an. Masa' dulu waktu bedanya hanya Rp 500 mau pakai Pertamax, tapi begitu jadi Rp 800 saja, langsung kembali lagi pakai Premium..?

Oh ya, kabarnya Pertamina akan menghapus salah satu dari Pertamax/Plus jika mereka jadi mengeluarkan bensin jenis baru dengan octane yang lebih tinggi lagi.
User avatar
Yongis_CD
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 746
Joined: Thu Aug 22, 2002 5:58
Location: Jakarta Indonesia

Post by Yongis_CD »

saya rasa tidak mubazir......, saya beberapa bulan terakhir memutuskan untuk pindah ke pertamax, saya cuma pake yamaha bebek jupiter lho..bukan mobil seperti bapak2 sekalian, karena malas antri,waktu saya pendek sekali karena pagi harus antar anak sekolah dulu di dua tempat yg berbeda baru ke kantor sementara dikantor juga gak boleh telat,kalo ngantri bisa 15 sampe 25 menit, rugi sekali...,
efeknya: tenaga,akselerasi membaik ,di grip gas saya selalu kasi tanda dengan cat batas tutup dan buka full trotel , dulu untuk konstan di 80 kmh saya mesti panteng di 70 %, sekarang bisa 45% ,isi bbm jadi lebih lama, saya sendiri belum menghitung apakah pengeluaran rupiah jadi irit atau tidak dibanding premium ,cuma saya merasakan enaknya jarang masuk pom bensin karena jarum penunjuk turunya juga lama....dulu isi senin, kamis mesti isi.....sekarang isi senin , senin baru isi lagi....pendek kata premium sekitar 1 liter 30 km ,pertamax 1 liter 45 km lah..,seminggu terakhir pake pertamax plus malah bisa 1 liter 50 Km.....sebenarnya saya sendiri merasa aneh, padahal kompresi bebek jupiter ini cukup rendah harusnya tidak perlu oktan tinggi....jadi saya sendiri juga gak nyangka bisa jadi irit...........
User avatar
PenyuTurbo
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1247
Joined: Wed Jan 11, 2006 5:21
Location: Subang

Post by PenyuTurbo »

SELUK BELUK OKTAN RATING BBM (1)

RON, MON, PON/AKI/RdON
Kondisi pengendaraan kendaraan bermotor dapat dibedakan menjadi dua keadaan:
1. Keadaan Tanpa Beban (IDLE)
2. Keadaan Dengan Beban (UNDER LOAD)

Ada kendaraan yang NGELITIK pada saat IDLE (walaupun jarang), dan ada kemungkinan waktu idle smooth, tapi sewaktu berjalan ngelitik. Kejadian ngelitik pada saat kendaraan berjalan dapat terjadi pada berbagai macam kondisi, Full Throttle Acceleration, High Constant Speed misalnya. Ngelitik akan mempercepat proses keausan dan kerusakan pada mesin, inilah yang harus dihindarkan.

Tanpa mengulas lebih dalam, secara fisik ada keterkaitan erat antara CR (Compression Ratio) dengan kwalitas BBM. Maka perlu dibuat Rating berupa angka pada BBM. Lalu bagaimana memberikan angka pada BBM dan apa sebutannya.

Bahwa minyak bumi yang diproses (refinery) menjadi bermacam-macam hydrocarbon masih banyak mengandung kotoran (impurity). Kandungan dan jenis impurity ini berbeda dari tempat ke tempat dimana minyak mentah (crude oil) diambil. Antara yang diambil dari Aceh dan Balikpapan berbeda. Pemberian nilai oktan sebagai standard reference, mestilah kepada BBM yang murni.

Ringkas cerita, pada tahun 1927 Graham Edgar mengusulkan untuk menggunakan dua macam hydrocarbon yang dapat dibuat semurni mungkin dan dalam kwantitas (jumlah) yang banyak. Kedua hydrocarbon itu adalah n-Heptane (normal-Heptane) sebuah “OCTANE”, hasil sintesa dari 2,2,4-trimethyl pentane, yang sekarang kita kenal dengan “ISO-OCTANE”. Octane mempunyai nilai anti knock yang tinggi, yang mana Graham Edgar mengusulkan menggunakan campuran kedua hydrocarbon itu sebagai “REFERENCE (ACUAN)”.

Alasan penggunaan n-Heptane dan Iso-Octane sebagai acuan adalah karena kedua-duanya mempunyai sifat-sifat yang serupa (volatility dan boiling point), dalam arti kata perubahan komposisi pencampuran 0:100 sampai 100:0 tidak akan berpengaruh besar pada volatility, sehingga tidak akan berpengaruh kepada pengujian rating.

Untuk memudahkan perhitungan, karena komposisi kandungan dalam BBM dinyataakan “persentase”, maka nilai Octane dari Iso-Octane diberi angka “100” dan n-Heptane diberi angka “0”, keduanya sebagai “Reference (Acuan)”. Dari sinilah munculnya Bilangan/Nilai Octane (Octane Number). Campuran 90% Iso-Octane dan 10% n-Heptane mempunyai octane rating = 90.

BBM komersial (yang dijual SPBU) mengandung bermacam-macam hydrocarbon yang masing-masingnya mempunyai octane rating yang berbeda-beda. Kandungan BBM yang bermacam-macam ini akan memberikan perilaku (Behavior) dan RESPONS yang berbeda pada saat IDLE (Unloaded) dan pada saat dikendarai (Under Loading), maka perlu dilakukan dua jenis pengujian Octane Rating.

Pengujian Octane Rating pada kondisi IDLE disebut dengan Research Octane Rating (RON), sedang pengujian pada kondisi terbebani (under loading) disebut dengan Motor Octane Number (MON). Perilaku dan respons BBM yang berbeda pada kedua kondisi tersebut akan memberikan nilai yang berbeda. Berdasarkan statistik data pengujian nilai RON selalu lebih tinggi dari MON.

Perbedaan nilai antara RON dan MON disebut dengan SENSITIVITY (RON-MON). Sebagai indikasi nilai sensitivty BBM adalah 6 s/d 10. Perbedaan angka itu tidaklah mutlak (absolute), karena tergantung dari campuran dalam BBM. Ada kemungkinan nilai perbedaan ini lebih dari 10. Hanya pada umumya diambil gampangnya saja S = 10.

Semakin Kecil nilai sensitivity, maka perilaku dan respons baik pada pengendaraan tak terbebani dengan pengendaraan terbebani akan kecil. Semakin besar nilai sensitivity, maka semakin besar jurang perbedaan perilaku dan respons saat Idle dan Under-loaded.

Disini pentingnya kedua-dua RON dan MON diketahui melalui pengujian. Untuk marketing strategy, kebanyakan SPBU menggunakan angka RON, karena akan memberikan dampak psikologis, makin besar Octane Rating akan semakin bertenaga. Bagi yang Jujur maka akan memasang nilai MON karena lebih representative (persentase underloading akan lebih besar ketimbang idle), tapi dampak marketing nya nggak menolong. Maka dibuatlah kompromi dan muncullah definisi (RON+MON)/2 = AKI = PON = RdON. Nilai AKI atau PON atau RdON ini tidak berdasarkan pengujian, yang diuji RON dan MON. Bagaimana kita dapat AKI atau PON atau RdON kalau hanya yang diuji RON saja.

Ada salah satu dukungan perlunya dilakukan test RON dan MON. Pada akhir tahun 1960, pabrik mobil di jerman menemukan mesin mereka hancur sewaktu meluncur di autobahn, walaupun menggunakan BBM dengan RON sesuai spesifikasi. Ternyata BBM yang digunakan setelah diuji ulang dengan metode test MON, nilai sensitivity-nya besar. Walhasil perlu ditest juga MON untuk menentukan nilai Sensitivity, yang selanjutnya dimasukkan dalam spesifikasi mobil buatan mereka. Tetap bahwa Eropa (termasuk UK), melakukan Test RON dan MON. Hanya untuk marketing tool mereka gunakan RON pada Petrol Station sebagai salah satu strategi pemasaran (alasan psikologis – makin besar Octane makin Bertenaga). Jadi bukan persoalan kiblat-kiblatan, Shell & Petronas berkiblat ke Eropa sedang Pertamina berkiblat ke USA. USA lebih fair dengan menggunakan (RON+MON)/2 pada Petrol Station mereka. Semua terserah pada masing-masing pembuat BBM, mau makai RON silahkan, makai MON silahkan, makai PON/RdON/AKI juga silahkan.

Memang harga peralatan pengujian cukup mahal, yang paling sederhana berharga US$ 400,000.00. Maka dibuatlah “Alat Ukur” (Octane Analyzer) dengan memasukkan data base harga RON dan MON berbagai Hydrocarbon yang telah menjalani Test RON dan MON, tentunya dengan harga relative murah.

Dengan Alat Ukur yang dipunyai Raden Pertamina, si Raden bisa meracik BBM dan mengukur Octane Ratingnya dengan alat ukur octane. Katakanlah bahwa alat ukur itu dapat mengukur RON dan MON bahkan sekaligus AK/PON/RdON nya. Maka yang akan di klaim oleh Raden Pertamina adalah bacaan RON, katakan RON 99.9, tapi MON nya rendah hingga S nya besar.

Katakanlah Formulasi BBM RON-95 Petronas dan Shell mempunyai nilai sensitivity 6, jadi MON nya adalah 89, sehingga memberikan AKI / PON / RdON = 92. Sedang formulasi BBM-nya Pertamina yang RON 99.9, mungkin mempunyai nilai sensitivity 18 (Who Knows ? lihat kasus Autobahn di atas), sehingga AKI / PON / RdON nya hanya 90.9. Ini berarti perilaku dan respons tarikannya (underloading) RON-99.9 Pertamina KALAH dengan Shell dan Petronas RON-95 (ini baru salah satu parameter), belum lagi melibatkan parameter yang lain, seperti Flame Speed dan Distribusi Octane dalam Ruang Bakar.

Standard Test RON dan MON diawali dengan standard ASTM, kemudian diadopsi oleh Eropa menjadi EN Standard. Di Inggris jadi BS-EN, di Prancis AFNOR-EN dan lain lain, yang jelas, tetap mengacu pada EN Standard yang mengadopsi ASTM Standard.

Karena Standard testingnya sama, maka RON Eropa akan sama dengan RON USA. MON Eropa sama dengan MON USA. Yang dipaparkan di UK adalah angka RON, sedang di USA (RON+MON)/2, tentu saja USA lebih rendah. Bukan dengan cara Analogi Imperial Gallon (Gallon UK) lebih besar dari pada Gallon USA.
User avatar
PenyuTurbo
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1247
Joined: Wed Jan 11, 2006 5:21
Location: Subang

Post by PenyuTurbo »

SELUK BELUK OKTAN RATING BBM (2)

A. Octane Number Requirement (ONR)

Octane Number Requirement (ONR), ditentukan dengan menggunakan serangkaian BBM standar. Biasanya digunakan BBM acuan (reference) : yaitu Iso-Octane yang diberi bilangan oktan 100 dan n-Heptane yang diberi bilangan oktan 0. Campuran dari keduanya akan memberikan gambaran berapa nilai oktan. Misalnya sebuah campuran 90% Iso-Octane dengan 10% n-Heptane akan mempunyai nilai oktan 90. Nilai octane lebih dari 100 diperoleh dengan menggunakan metoda extrapolasi berdasarkan rantai ikatan unsure-unsur Carbon dan Hydrogen. Toluene yang dapat dibuat semurni mungkin nilai RON nya sama dengan 120.

Contoh serial bahan BBM yang digunakan untuk test ONR adalah :

1.Bilangan Oktan 100 – Murni Iso-Octane
2.Bilangan Oktan 98 – Campuran 98% Iso-Octane dan 2% n-Heptane
3.Bilangan Oktan 96 – Campuran 96% Iso-Octane dan 4% n-Heptane
4.Bilangan Oktan 94 – Campuran 94% Iso-Octane dan 6% n-Heptane
5.Bilangan Oktan 92 - Campuran 92% Iso-Octane dan 8% n-Heptane
6.Bilangan Oktan 90 - Campuran 90% Iso-Octane dan 10% n-Heptane
7.Bilangan Oktan 88 – Campuran 88% Iso-Octane dan 12% n-Heptane
8.Bilangan Oktan 86 – Campuran 86% Iso-Octane dan 14% n-Heptane
9.Bilangan Oktan 84 – Campuran 84% Iso-Octane dan 16% n-Heptane
10.Bilangan Oktan 82 – Campuran 82% Iso-Octane dan 18% n-Heptane
11.Bilangan Oktan 80 – Campuran 80% Iso-Octane dan 20% n-Heptane

Kendaraan kemudian diuji pada berbagai kondisi dan beban, dengan menggunakan serangkaian BBM yang sudah disiapkan, satu-persatu mulai dari BBM yang ber-oktan tinggi (100) kemudian menurun sampai dideteksi adanya Knock (ngelitik).

Berbagai macam kondisi-kondisi untuk menentukan Maksimum Nilai Oktan umumnya tidak konsisten. Dari sekian banyak kondisi ekstrim yang mungkin, kondisi yang paling sering dilakukan dalam testing untuk menentukan Maksimum Nilai ONR adalah :

1. Full Throttle Acceleration dari kecepatan rendah dengan menggunakan GEAR Tertinggi. Atau
2. Full Throttle pada kecepatan Konstan.

EMS akan mengatur ignition timing sesuai dengan nilai oktan formulasi BBM uji diatas. Perlu diperhatikan bahwa hasil pengujian yang didapat adalah MON, karena full scale test dilakukan pada kondisi under loading, bahkan pada kondisi ekstrim seperti diatas. Makisum ONR memanglah menarik untuk dijadikan sebagai “Recommended Fuel Rating”. Biasanya ONR ini yang notabene MON diubah terlebih dahulu kedalam RON dengan asumsi nilai sensitivity adalah 10.

Namun demikian, konsumen jarang melakukan pengendaraan seperti pada kondisi ekstrim pengujian tersebut yang hanya dilakukan oleh para Test Driver, maka para pembuat kendaraan bermotor akan menurunkan dan mematok ONR disesuaikan dengan ketersediaan Octane Rating BBM yang ada di pasaran. Walaupun dengan CR yang tinggi, yang semestinya bisa menggunakan ONR yang lebih tinggi, kalau nggak ada di pasaran juga nggak ada artinya. Dengan mematok ONR (Maximum dan Minimum) pada harga CR mesin yang akan dibuat, barulah mereka akan memprogram ECU.



B. PENGARUH GEOMETRIC COMPRESSION RATIO (CR)

Sudah menjadi pengetahuan para motorist, bahwa untuk engine design yang sama, peningkatan Geometric Compression Ratio (CR) akan memerlukan nilai Oktan BBM yang lebih tinggi. Secara teori Thermodinamika, bahwa peningkatan CR akan meningkatkan Effisiensi Teoritis. Dikatakan Teoritis karena campuran BBM dan udara dalam ruang bakar dianggap Gas Sempurna – Ideal Gas, yang memenuhi persamaan :

Efficiency = 1 - (1/CR)^(gamma-1)

dimana gamma adalah perbandingan Kapasitas Panas pada Tekanan dan Volume yang tetap (Cp/Cv). Ada indikasi-indikasi bahwa Effisiensi Panas mencapai harga maksimum pada CR sebesar 17 : 1 pada SI Engine. Namun pada kebanyakan mobil dengan CR tinggi hanya berkisar 10:1 ke 11:1. Ada juga yang mendisain sampai 12:1 (yang ini bisa dihitung dengan jari).

Gain Effisiensi yang paling baik adalah apabila mesin dekat dengan kondisi Ngelitik (tapi kayak ngelitik). Disinilah perlunya Knock Sensor. Mesin dengan CR rendah adalah kurang effisien karena tidak bisa memberikan tenaga pembakaran sebanyak mungkin relatif terhadap tenaga pembakaran sempurna.

Dari pembahasan A dan B diatas (dengan asumsi nggak pakai EMS), di dapatlah tabel berikut (ONR sudah dikonversi ke dalam RON dengan asumsi Sensitivity S=10)

Compression Ratio - 5:1 Octane Requirement 72 RON
Compression Ratio - 6:1 Octane Requirement 81 RON
Compression Ratio - 7:1 Octane Requirement 87 RON
Compression Ratio - 8:1 Octane Requirement 92 RON
Compression Ratio - 9:1 Octane Requirement 96 RON
Compression Ratio - 10:1 Octane Requirement 100 RON
Compression Ratio - 11:1 Octane Requirement 104 RON
Compression Ratio - 12:1 Octane Requirement 108 RON


C. KASUS HONDA JAZZ

Dengan CR 10.2 : 1, diatas kertas ONR nya adalah RON 101.6 tapi kenapa JAZZ memberikan spesifikasi minimum ONR adalah RON-88. Juga hasil test di UK dengan Standard spec, diperoleh Optimum Octane Number sebesar RON-97 ?.

Memang di atas kertas ONR untuk CR 10.2:1 adalah RON-101.6 ini adalah kondisi ekstrim pengujian ONR. Dipatoknya ONR sebasar RON-97, tentu berbagai alsan :

Mayoritas dari target konsumen JAZZ, tidaklah akan melakukan pengendaraan yang ekstrim seperti pada pengujian ONR. Mayoritas konsumen mengendarai dalam batas-batas normal (normal driving conditions).

Lho ya apa nggak mubadzir, punya CR 10.2:1 kok hanya dipatok RON-97, kenapa nggak menggunakan CR 9.25:1 saja, kan sesuai dengan maksimum ONR yang dipatok ?

1. Alasan pertama adalah ketersediaan Octane Rating BBM di pasaran. Dan Engine Control Management (ECM) di desain pada maksimum advanced timing untuk RON-97 supaya mencapai Optimum Performance.

2. Alasan Kedua adalah memberikan kelonggaran kepada yang nggak puas dengan standard performance JAZZ, untuk meningkatkan performance (Power), dengan cara mengubah program ECM (ganti dengan UNICHIP misalnya) dan menggunakan BBM yang ber-octane rating lebih besar dari RON-97 (ada 4.6 point kelonggaran), tanpa mengubah komponen dalam yang lebih kuat, karena engine strength di desain pada CR 10.2:1 ditambah dengan Safety Factor. Jika hanya menggunakan CR 9.25:1, maka perlu mengubah komponen dalam yang lebih kuat, kalau nggak, jebol lah.

3. Jika EMS Honda JAZZ di desain berdasar ONR 101.6 dan ternyata dipasaran hanya tersedia RON-95, maka JAZZ akan under power. Rasanya jika demikian para engineers JAZZ tidak pandai dan tidak bijak. Sebagai orang awam, gue yakin mereka nggak begitu.

Semoga cerita ini bermanfaat bagi yang mengambil manfaat.
conx82
Visitor
Visitor
Posts: 5
Joined: Sun Jan 15, 2006 16:02
Location: Jakarta

Post by conx82 »

adoeh, ga di sangka pertanyaan gw jawabannya bakal rame kaya gini. Gw ampe pusing ngebacanya, sampe2 pake bahasa yang sangat teknis segala. sepengetahuan gw, octane itu adalah index yang menunjukkan seberapa sulit bahan bakar tersebut terbakar, semakin tinggi angka octane maka semakin sulit bahan bakar tersebut terbakar. Tujuannya untuk menghindari bahan bakar yang terbakar pada saat bersamaan, sehingga terjadi naiknya terkanan pada ruang bakar secara mandadak yang mengakibatkan terjadinya knocking. Hal ini sebaliknya berbeda pada solar yang dikenal dengan angka cetane, index cetane ini digunakan untuk menunjukkan seberapa gampang bahan bakar terbakar. semakin tinggi angka cetane maka semakin mudah bahan bakar tsb terbakar. Hal ini berkaitan dengan prinsip kerja mesin diesel. Nah untuk naiknya temperature karena penggunaan bahan bakar beroktan tinggi hal ini membuat saya masih bertanya tanya. Apakah mungkin karena perbedaan kalori yang di kandung premium, pertamax, atau pertamax plus?
frontier

Post by frontier »

Ya.. inilah asyiknya.. kita2 orang awam bertanya sesuatu yang sederhana.. jawabannya ternyata tidak sederhana... Banyak hal yang musti dicatat, diperhatikan secara teliti....
hdrw
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 433
Joined: Sat Aug 21, 2004 19:46

Post by hdrw »

Wah maaf, saya lupa kalau Premium masih disubsidi, untuk itu saya koreksi comment saya yang diatas, thanks Shaman and bung Yongis CD.
Saya hanya melihat kalau Premium RdOn nya 88 = RON 91/92, berartikan Premium kita (kalau gak di oplos gila2an) setara dengan Shell/Petronas RON 92. Dan katanya kalau mobil kita perlunya RON 91 dikasih RON yang lebih tinggi, misalnya Pertamax/Shell/Petronas RON 95, kan gak berguna.
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Hdrw wrote:Wah maaf, saya lupa kalau Premium masih disubsidi, untuk itu saya koreksi comment saya yang diatas, thanks Shaman and bung Yongis CD.
Saya hanya melihat kalau Premium RdOn nya 88 = RON 91/92, berartikan Premium kita (kalau gak di oplos gila2an) setara dengan Shell/Petronas RON 92. Dan katanya kalau mobil kita perlunya RON 91 dikasih RON yang lebih tinggi, misalnya Pertamax/Shell/Petronas RON 95, kan gak berguna.
Kalau menurutku ;
conan wrote:Kedua, angka minimum RON pada manual book kemungkinan besar adalah AKI, sesuai dengan kepentingan produsen mesin, yaitu sebagai batas minimum tidak terjadi gejala ngelitik (=knocking; dan AKI = Anti Knock Index). Dengan demikian, yang minimum RON-nya 91 seperti Innova/Serena, tetap direkomendasikan memakai Pertamax (RON=AKI 92).
Dark Lord, Anda bilang Anda hanya dapat 1 : 7an untuk Serena Anda, menurutku seharusnya C24 bisa dapat lebih dr itu, apalagi transmisinya pakai CVT. Aku ada suspicion bahwa angka yang Anda dapat disebabkan kandungan octane yang ternyata kurang pada Pertamax. Apakah Anda juga tidak penasaran apakah C24 bisa dapat lebih baik dr itu?
Aku usul satu kali pengujian dengan satu full tank Pertamax Plus (isi penuh setelah hampir kosong).

Jika Anda tetap dapat mileage yang sama, berarti C24 sudah optimal dengan Pertamax, dan Plus = mubazir.

Tapi jika Anda dapat better mileage dengan Pertamax Plus, menurutku ini disebabkan C24 butuh AKI 91 = RON 95-96, dan octane pada Pertamax tidak mencapai angka segitu. Selanjutnya Anda tinggal hitung ulang, apakah worth it pakai Pertamax Plus or not...
Care to conduct this little experiment..? It should cost you just a penny.
User avatar
liongkiky
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 183
Joined: Mon Aug 16, 2004 18:19

Post by liongkiky »

Jadi kesimpulannya gimana nih bikin bingung aja?
Kalo mobilku kijang innova bagusnya pake apaan sih premium atau di atasnya? Mubazir gak? Thanks all
User avatar
PenyuTurbo
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1247
Joined: Wed Jan 11, 2006 5:21
Location: Subang

Post by PenyuTurbo »

liongkiky wrote:Jadi kesimpulannya gimana nih bikin bingung aja?
Kalo mobilku kijang innova bagusnya pake apaan sih premium atau di atasnya? Mubazir gak? Thanks all
Minimum Octane Number Requirement adalah RON-91, ini yang di Malaysia dan yang di Philippine. Di Malaysia kebanyakan pada ngisi RON-95, lebih power sedikit dan irit.

Engine Type : 1RZ-E
Compression Ratio 9.0:1

ONR = RON-97

EMS Fuel Requirement - RON-91 sampai dengan RON-95.

RON-95 nggak mubadzir .... Shell RON-95/Petronas RON-95/Pertamax.
Sithlord
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1632
Joined: Wed Sep 21, 2005 2:21

Post by Sithlord »

My c24 sekarang sudah ngak 1:7. Pakai Pertamax sudah stabil berapa kali, sekitar +- 1:7.8 around that.

But I'll try yr suggestion Jedi, toh Plus beda cuman dikit doang. Who knows eh !
User avatar
datsu
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2396
Joined: Thu Jun 17, 2004 3:00
Location: Jakarta and Bandung

Post by datsu »

PenyuTurbo wrote:
liongkiky wrote:Jadi kesimpulannya gimana nih bikin bingung aja?
Kalo mobilku kijang innova bagusnya pake apaan sih premium atau di atasnya? Mubazir gak? Thanks all
Minimum Octane Number Requirement adalah RON-91, ini yang di Malaysia dan yang di Philippine. Di Malaysia kebanyakan pada ngisi RON-95, lebih power sedikit dan irit.

Engine Type : 1RZ-E
Compression Ratio 9.0:1

ONR = RON-97

EMS Fuel Requirement - RON-91 sampai dengan RON-95.

RON-95 nggak mubadzir .... Shell RON-95/Petronas RON-95/Pertamax.
Mesinnya Innova 1TR-FE, bukan 1 RZ-E...
==========
I'm flying with my Siti
Powered by L15Z1 N/A
User avatar
PenyuTurbo
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1247
Joined: Wed Jan 11, 2006 5:21
Location: Subang

Post by PenyuTurbo »

datsu wrote:Mesinnya Innova 1TR-FE, bukan 1 RZ-E...
Mas Datsu benar, saya yang salah lihat, yang 1RZ-E untuk TACOMA.

Trima kasih atas koreksinya.
User avatar
datsu
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2396
Joined: Thu Jun 17, 2004 3:00
Location: Jakarta and Bandung

Post by datsu »

PenyuTurbo wrote:
datsu wrote:Mesinnya Innova 1TR-FE, bukan 1 RZ-E...
Mas Datsu benar, saya yang salah lihat, yang 1RZ-E untuk TACOMA.

Trima kasih atas koreksinya.
Sama2...btw, 1RZ-E kan kalao di Indo itu dipake kijang kapsul 2000cc... Jadi Tacoma itu kijang juga ya??
==========
I'm flying with my Siti
Powered by L15Z1 N/A
Sithlord
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1632
Joined: Wed Sep 21, 2005 2:21

Post by Sithlord »

Thats impossible ! Pasti ada kesalahan ! Orang Amrik tau sendiri paling gila ama horsepower !

Masa Tacoma pakai mesin kijang kapsul ? If yes, ngak bakal di beli satu orang Amrik pun !

Setau saya Tacoma itu truck Toyota yang besar dan big size ! Mesinnya gede, mirip truck GM dan Ford ! Sekitar di atas 4000 cc juga ngak heran.

Kalau Tacoma pakai mesin kapsul, mungkin accelerasi dari 0 to 100 bisa 30+ detik, dan top speed 80 ? Itu Tacoma kan raksasa !
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

Jadi bagaimana ? Balik ke pertanyaan awal, apakah shell dan petronas memang benar oktan-nya di bawah pertamina akibat sistem pengukuran yang berbeda ?

Jadi biar pun sama-sama bilang labelnya oktan 92 dan oktan 95, tetapi sebenarnya beda, karena beda cara pengukuran / cara marketing untuk menjualnya.

Saya lihat di tabloid, jawabannya sama sekali tidak memuaskan waktu ditanya pembacanya.

Dan di beberapa forum bahkan ada sebagian member yang berasumsi jelek bahwa tabloid tersebut telah diselesaikan secara adat oleh Pertamina
Atau bahasa lugasnya dianggap diberi sesuatu :D

Harusnya tabloid itu harus menconfirm dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi untuk menjawab kebingungan pembacanya.
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Saya lihat di tabloid, jawabannya sama sekali tidak memuaskan waktu ditanya pembacanya.

Dan di beberapa forum bahkan ada sebagian member yang berasumsi jelek bahwa tabloid tersebut telah diselesaikan secara adat oleh Pertamina
Atau bahasa lugasnya dianggap diberi sesuatu
Menurutku Otomotif dapat dipercaya. Selama ini juga mereka selalu bersikap kritis pada apapun yang perlu dikritik, termasuk Pertamina. Walaupun berupa 'tabloid', tapi infonya lebih reliable dan jauh lebih objective daripada 'majalah'2 tertentu yang bisanya hanya memuji setiap unit test-drive yang diberikan ATPM.
Harusnya tabloid itu harus menconfirm dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi untuk menjawab kebingungan pembacanya.
Mereka kan belum baca thread ini Pak. :mrgreen:
User avatar
PenyuTurbo
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1247
Joined: Wed Jan 11, 2006 5:21
Location: Subang

Post by PenyuTurbo »

Sithlord wrote:Thats impossible ! Pasti ada kesalahan ! Orang Amrik tau sendiri paling gila ama horsepower !

Masa Tacoma pakai mesin kijang kapsul ? If yes, ngak bakal di beli satu orang Amrik pun !

Setau saya Tacoma itu truck Toyota yang besar dan big size ! Mesinnya gede, mirip truck GM dan Ford ! Sekitar di atas 4000 cc juga ngak heran.

Kalau Tacoma pakai mesin kapsul, mungkin accelerasi dari 0 to 100 bisa 30+ detik, dan top speed 80 ? Itu Tacoma kan raksasa !
Bung Sithlord,

Untuk Toyota RZ Series memang ada 3 : 1RZ-E, 2RZ-FE dan 3RZ-FE. Yang powerful memang pakai yang 3RZ-FE

Type: Toyota 3RZ-FE, 4-Cylinder, 16-Valve
Displacement: 2.5 Liters
Power: 275 hp
Induction: Weber Carburetors
Bore: 96 mm
Stroke: 86 mm
Compression Ratio: 13:1
Engine Development & Maintenance: Goodwin Competition Racing Engines
Fuel: Turbo Blue

Itu yang orang Amrik suka.
User avatar
PenyuTurbo
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1247
Joined: Wed Jan 11, 2006 5:21
Location: Subang

Post by PenyuTurbo »

TomS wrote:Jadi bagaimana ? Balik ke pertanyaan awal, apakah shell dan petronas memang benar oktan-nya di bawah pertamina akibat sistem pengukuran yang berbeda ?
Sebagai satu informasi, apa yang ada di Malaysia.

Baik Shell, Caltex, Esso, BP, Projet, dll, semuanya harus ambil BBM dari petronas (Gasoline Base Stock).

Pada saat meninggalkan depot depot Petronas, para supir mobil tanki mengisikan ADDITIVE kedalam mobil tangkinya yang udah diisi dengan Base Stock Gasoline milik Petronas.

Sopir Shell akan mengisikan Additive Shell (racikan Shell) - langsung ke SPBU Shell yang dituju.
Sopir Caltex akan mengisikan Additive Caltex (racikan Caltex) - langsung ke SPBU - Caltex
Demikian juga yang lain. Dan dengan Octane yang sama marketingnya bermacam-macam :

Shell : "Longer Mileage"
Petronas : "Better Internal Engine Protection"
Caltex : "Free From Carbon Deposit".

Sya hanya menduga, bahwa semua Base Stock yang dijual oleh Shell dan Petronas adalah dari PERTAMINA, hanya racikan Additive nya yang berbeda.

Jika dugaan ini betul, maka dengan base stock yang sama dari PERTAMINA (RON yang sama), dan dengan racikan additive yang berbeda akan memberikan respons yang berbeda pada engine.

Unggulnya Petronas, mereka punya ENGINE Petronas, racikan bisa dicoba baik di lab maupun di Formula1 (Sauber-Petronas) - full scale test untuk mencari masukan respons pada engine dari racikan yang dibuat. Jadi mereka lebih mendapatkan hasil yang riil ketimbang hanya pengukuran dengan alat seperti apa yang dilakukan oleh Pertamina.

Tugas Pertamina mesti mencari racikan additive yang baik untuk mengungguli SHELL dan PETRONAS. Berapapun yang dijual oleh SHELL dan PETRONAS, tetap saja base stock nya ambil dari Pertamina.