Apa saja yang diinstal?
1. Konverter kit merk Lovato (buatan italy). Beli bekas karena harga barunya bisa 2x lipat nya. Konverter kit terdiri dari ECU, 2 stage reducer, PT filter sensor (pressure, temperatur, filter bbg), injector, filling valve, & indikator gas. Kebetulan ECU dan wiring dapet kondisi baru dari sellernya karna bekasnya terdapat kendala. ECU pakai lovato smart exr, lebih advance dari pendahulunya lovato easy smart.
2. Tabung CNG tipe 4 komposit. Paling ringan tapi dengan harga baru melebihi harga konverter kitnya sendiri. Tapi karna beli bekas masih bagus ya dapetnya murah. Expired tabung 2037. Sebagai perbandingan tabung tipe 4 berat kosong 19kg , kalau tipe 2 berat kosong sekitar 55kg (harganya 1/3 dari tabung tipe 4).
3. Peralatan penunjang seperti pipa dan bracket.
Kondisi mobil setelah terpasang :
- Engine bay : untuk all new ertiga masih cukup luas ruang kosongnya jadi lebih fleksibel penempatannya. Karna dari saya request untuk menempatkan injektor gas sedekat mungkin dengan intake manifold, jadi tempatnya ngepress dibawah intake filter nadi susah kefoto.
Bagian kiri yang ada penutup warna biru adalah filling valve untuk isi CNG.
ECU bbg ada dibawah ECU mobil bagian kanan, disebelahnya ada reducer yang menurunkan tekanan CNG dari filling valve (200bar) ke stage 1 reducer (20bar) lalu diturunkan lagi ke stage 2 reducer (sekitar 2bar) untuk diteruskan ke injector melewati filter bbg dan sensor.
- Tabung : all new ertiga bagasi belakang sangat cukup untuk nampung tabung dimensi 360x360x900mm. Sebelum pasang, saya sudah survey dari new ertiga india yang menggunakan CNG factory fitted. Kursi baris ke 3 masih tetap dapat digunakan posisi paling relax/rebah. Masih ada sisa tempat kanan kiri tabung buat taruh tools.
- Switch indikator : proses penggunaan bbg hanya semudah pencet2 switch... Ketika pakai bbg indikator G menyala dan ketika pakai bbm indikator pompa bensin menyala. Indikator 5 titik diatas merupakan indikator banyaknya bbg yg tersisa (full tekanan 200bar, 1 titik pertama menyala merah artinya reserve atau bbg sudah habis, titik ke 2 menyala berarti sisa tekanan bbg tinggal 1/4, titik ke 2&3 menyala berarti sisa tekanan bbg tinggal 2/4, titik 2,3&4 menyala berarti sisa tekanan bbg tinggal 3/4, titik 2,3,4&5 menyala berarti tekanan bbg full).. Bbg tidak terbaca linier antara lsp dan tekanan. Tekanan 60 bar masih sisa sekitar 6 liter, tekanan 200bar isinya sekitar 14 liter. Jadi harus hitung real lewat trip odometer supaya bisa estimasikan kapan harus isi bbg lagi.
Review pemakaian :
1. Lumayan banyak kendala saat penggunaan pertama dari saat pemasangan awal. Mobil sering stall (matik loh bisa stall


2. CNG itu punya nilai RON 120 dengan nilai kalor yg kecil sekitar 1/3nya bensin dan laju pembakarannya lebih lambat tapi kandungan metananya bersih. Jadi kalau dipakai di mesin ICE pasti akan turun tenaganya tapi dengan konverter kit model sequential turunnya hanya sekitar 10%. Tidak begitu terasa jika dijalan datar/cruising. Tapi semua itu dikesampingkan melihat harga yg murah hanya 4500 per lsp dan bersihnya pembakaran yg membuat sumringah ketika bongkar busi. Ini kondisi busi setelah memakai CNG selama 10rb km Busi bersih & kerak di ruang bakar bekas sebelumnya sekitar 70rb km pakai bensin terkikis sendiri. Olinya pun lebih bersih tidak hitam pekat seperti menggunakan bbm. Ini foto ketika oli tampungan OCT dibersihkan pemakaian 3000km. 3. Top speed masih bisa dapet 170kpj menggunakan CNG tapi butuh waktu yg sedikit lebih lama dibanding bensin. Kailan untuk mencapai RPM tinggi menggunakan CNG lebih mudah karena memang wujudnya yg sudah dalam bentuk gas masuk ke ruang bakar (berbeda dengan bensin yg dikabutkan). Raungan mesin di RPM tinggi sedikit lebih halus/tidak seberisik pakai bensin tapi muntahan tenaganya masih lebih enak pakai bensin.
4. Pakai CNG sensitif terhadap pengapian dan udara. Makanya sistem pengapian, filter udara, filter bbg dan sistem pendinginan harus prima. Busi saya ganti denso twin tip karena dari technical densonya sendiri merekomendasi busi TT untuk LPG & CNG, dan ternyata benar adanya.. Maklum CNG lebih susah dibakar dibanding bensin. Filter udara rencana ganti tiap 15rb km pakai standar SGP. Filter bbg (low pressure ganti tiap 30rb km, high pressure ganti tiap 60rb km). Sistem pendingin wajib berjalan normal karena suhu pakai CNG sedikit lebih panas dibanding bensin.
5. Kebanyakan yg pakai CNG pasti bilang tenaganya kurang dan suka ndut2an. Masalahnya karna TB & intake yg kotor kena uap oli, solusinya sebenernya harus pasang OCT.. Kenapa? Karna CNG tidak bisa membilas endapan uap oli berbeda dengan bensin punya daya bilas pada jalur intake. Setingan ECU bbg juga pengaruh, seperti di armada bluebird itu manajemennya minta disetting paling irit.. Ya ujung2nya tenaga terkebiri deh.
6. Karna harga CNG yang murah, pengeluaran per bulan terpangkas 1,3 juta rupiah dibandingkan jika pakai pertalite.. Selisih harga lumayan dialihkan ke cicilan konverter kit dan bulan ke 7 harusnya sudah balik modal. Mobil tetap harus ada bensinnya (sebulan paling isi 150rb pertalite) karena untuk hidupkan & warming up mesin selalu pakai bensin. Sebulan dihitung bisa kurang lebih sekitar 4000-4500km mobil jalan.
7. Masih ada yang bisa diimprove untuk CNG ini. Beberapa bulan kedepan mungkin akan pasang alat untuk majukan pengapian ketika pakai CNG.. Diharapkan bisa membuat lebih irit CNG & tenaganya lebih berisi. Derajat pengapian harusnya bisa lebih maju 6-15 derajat.
Sekian dulu sharingnya.. Overall tidak ada ruginya pasang bbg di mobil apalagi harga bbm yang sudah tidak terjangkau sekarang ini
