BBM Beraroma Anggur

Ingin membahas hal-hal umum mengenai mobil dan otomotif, silakan bahas disini...

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

User avatar
mpoezz
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2980
Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
Location: Kingdom of Heaven

BBM Beraroma Anggur

Post by mpoezz »

BBM Beraroma Anggur

Oleh Moh. Elman
Sewaktu-waktu kalau Anda sedang berkendara ke Paris, jangan heran jika BBM yang masuk tangki mobil Anda bau anggur merah. Anggur merah? Minuman yang dipuja sebagai mahakarya seni orang Prancis dan dipercaya membuat jantung orang sana jadi lebih sehat itu kini punya peran baru: campuran BBM.

Dunia kini memasuki era gila. Karena itu, mencari solusinya juga terkesan "gila" atau lebih tepat bodoh? Penyebabnya tidak lain setelah harga BBM pernah menyentuh USD 70 per barel. Tak pernah dalam sejarah harga BBM setinggi itu.

Beda dengan media-media di Indonesia yang umumnya mengeroyok pemerintah karena menaikkan harga BBM sampai 100 persen, The New York Times (NYT) dalam tajuknya yang keras kemarin malah meminta agar pajak penjualan BBM di AS dinaikkan. Dengan kenaikan itu, harga BBM di tingkat konsumen bisa USD 3 per galon. Harga itu setara dengan Rp 10 ribu lebih per liter.

NYT mengaku tak rela "rezeki nomplok" yang diperoleh Arab Saudi dari AS akibat meroketnya harga minyak dikucurkan ke madrasah-madrasah garis keras yang akhirnya memicu terorisme. Dengan pajak naik, konsumsi BBM bisa direm dan ada semangat ke energi alternatif.

"We know that the days of unlimited, inexpensive gasoline are over (era BBM yang tak terbatas dan murah sudah berakhir)," begitu pengakuan dosa William Clay Ford Jr., pemilik dan CEO Ford Motor Company, minggu lalu. Maklum, Ford satu produsen otomotif yang lewat produk SUV (sport utility vehicle)-nya selama puluhan tahun mengedukasi rakyat Amerika boros BBM.

Kembali ke solusi yang dilakukan Prancis. Kebetulan, tahun ini panen anggur di sana melimpah. Agar harga anggur tak jatuh, para petani rela menjadikan 150 juta liter anggurnya disuling. Setelah jadi bioetanol, kemudian dicampurkan ke BBM.

Untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM murni fosil, sekitar 1 persen kandungan BBM yang dijual di Prancis saat ini adalah bioetanol (sebagian besar dari gula bit). Jumlah ini akan dinaikkan jadi 5,75 persen sebelum 2010.

Sementara kebijakan diversifikasi energi Indonesia belum jelas, Malaysia sudah selangkah maju. Sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia, negeri jiran itu akan mencampur minyak solar yang dijual di SPBU dengan minyak kelapa sawit. Jadi, tiga empat tahun ke depan, jangan kaget kalau bau asap knalpot bus di Kuala Lumpur "gurih".

Di antara negara-negara yang sudah ketat mengembangkan bioetanol dan biodiesel, memang tak ada yang fonemonal seperti Brazil. Negeri Samba itu sukses mengalihkan ketergantungannya atas BBM kepada bioetanol.

Didukung sekitar 320 pabrik etanol, sekitar 20 juta lebih pengendara mobil di Brazil kini mengisi tangkinya dengan kandungan 25 persen etanol. Bahkan, yang lebih hebat, negeri tempat kelahiran pemain bola legendaris Pele itu berhasil menciptakan pesawat terbang yang bahan bakarnya full etanol. Ipanema, nama pesawat yang diproduksi Embraer, produsen pesawat terbang Brazil itu, sekarang kewalahan memenuhi pesanan ketika harga avtur melangit.

Brazil kini tercatat sebagai "Arab Saudi"-nya etanol yang menghasilkan devisa dari ekspor etanol ke berbagai negara. Seperti dilaporkan Newsweek, investor kini menanamkan USD 6 milar atau sekitar Rp 60 triliun untuk memperluas lahan tebu, jagung, dan memperbanyak pabrik penyulingan lima tahun ke depan.

Lalu, apakah bioetanol atau biodisel adalah energi masa depan? Barangkali tidak. Tak seperti minyak bumi yang terbatas, etanol memang energi yang bisa diperbarui. Bahkan, bisa menggairahkan petani untuk menanam jagung, tebu, ketela, tanaman jarak, kelapa sawit, atau apa saja yang bisa diolah menjadi bioetanol atau biodiesel.

Meski berpeluang menjadi Brazil kedua, Indonesia tak bisa mengandalkan semata-mata kepada bioetanol dan biodiesel. Tapi, juga harus mengembangkan energi yang murah seperti tenaga matahari, angin, panas bumi, dan air, untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM. Belajar dari pengalaman Brazil, kerusakan hutan di Amazon makin parah ketika negeri itu terus memperluas lahan untuk kebun tebu, jagung, saat menggenjot produksi bioetanolnya.

Lagi pula, kalau tren itu diikuti, bukan tak mungkin suatu waktu manusia akan kekurangan pangan. Bukankah aneka tumbuhan diciptakan untuk dimakan? Alangkah repotnya jika suatu saat ketika hendak beli popcorn ada pengumuman di kedai bioskop. "Maaf, popcorn habis. Stok jagung habis diborong pabrik etanol." ([email protected])