Setelah me-review singkat Leaf, gue yakin ada yang berfikir…
“ah Indonesia belom siap untuk mobil listrik”
“Infrastrukturnya gimana? Harus charge dimana?”
“Kalau mau keluar kota gimana?”
“Charger di rumah enggak kuat tegangannya, lama pula”
Berusaha menjawab kebutuhan kita, ternyata ada nih teknologi electric lain yang dibawa Nissan, dan menurut gue tepat untuk kondisi negeri +62 ini. Nama mesin itu adalah E-Power (E-Powaaaaaaah)

Versi Note e-power Nismo
Just another Hybrid??
Pas gue mendengar kata e-power, dan mengetahui kl komponennya adalah mesin bensin + baterai, wah ini mah hybrid hahaha. Ternyata setelah gue berbeda!

Electric car: Charger – Baterai – inverter – motor - menggerakan roda
E-Power: Mesin bensin - Baterai – inverter – motor - menggerakan roda
Jadi singkatnya E-power adalah EV yang tidak perlu di charger, peran charger digantikan oleh mesin bensin 1.200cc yang tugasnya HANYA untuk charger baterai. Sedangkan di Hybrid, mesin bensin masih bertugas menggerakan roda berbarengan dengan batterai untuk memberikan extra powaaah.
Hal ini membawa dua impact unik kepada karakter E-power ini, pertama impresi menyetir mobil ini SAMA persis dengan EV. Kedua, karena mesin tidak berhubungan dengan roda sama sekali, membuat putaran mesin menjadi idle konstan kalaupun ada putaran max dijaga di angka 2000an rpm. Ini membuat konsumsi bahan bakar yang irit.
Exterior – Interior
Impresi pertama, mobil Note e-power ini berwarna orange terlihat biasa saja, apalagi bila dibandingkan dengan Leaf yang tampil mempesona. Note ini adalah generasi kedua yang telah hadir sejak 2012, jadi wajar kalau model ini sudah mulai menua, walaupun opsi e-power baru hadir sejak 2 tahun lalu (2017).
Masuk ke interior kesan menua juga semakin terasa, dengan desain kisi-kisi AC membulat yang sudah di tinggalkan di generasi Nissan terbaru. Warna hitam dan abu-abu mendominasi interior, dengan tombol transmisi (fidget spinner) yang sama seperti di Leaf. Di bagian dashboard, informasi takometer digantikan dengan keterangan charge vs power untuk mengetahui mobil sedang menggunakan energinya kemana. Sedangkan bagian kanan, ada tambahan gambar baterai, mesin, untuk memberitahu mode apa yang sedang bekerja.

Dashboard e-power

Dashboard Note biasa
How does it feel?
Masuk….
Tekan start-stop button….
Hening…..
Serupa Leaf tidak ada suara ketika mencoba menghidupkan, mungkin karena baterainya penuh. Pindahkan tombol ke D, dan wuissssss gue pun melaju di sirkuit tertutup itu. Impresinya bisa dibilang sama dengan EV! Walau secara tenaga lebih kecil (total 107hp, torsi 240Nm) dari Leaf, tapi impresi accelerasi instant ada di disana. Badan gue terhempas ketika torsi buas menghajar setiap pedal gue tekan. Dengan sasis yang cukup mantap (walau dibawah Leaf yg hatchback), impresi berkendara sangat menyenangkan, gue taksir 0-100 disekitar 9 detik’an.
Beberapa kali gue sadar mesin mobil mati dan hidup ketika test drive, namun gue lupa kapan itu terjadi, gue cuma sibuk fokus banzaiiiiiiiiiiiiiiii.
Karena mesin kecil dan kerja yang tidak berat, konsumsi bahan bakar di taksir bisa mencapai 1:37km/liter (kata Nissan), tapi gue percaya kl ini mobil bakal irit banget, karena tugasnya hanya isi baterai aja, bagaikan generator.
Sekarang gue tes e-pedal mereka, impresinya sama dengan e-pedal di Leaf namun efek engine brake lbh ringan, karena motor listrik yg lebih kecil mungkin? Tapi anyhow, tetap bisa kok dibuat menyetir dengan satu pedal, tapi sekali lagi harus dibiasakan.
Last verdict, walau sangat singkat, tapi gue bisa bilang ini mesin bisa jadi jagoan Nissan di masa depan, karena well mesin ini berada tepat berada 1 langkah dibelakang EV, lebih canggih dari hybrid biasa. Jadi kalau mau coba EV tapi pusing charger dimana, tes aja e-power, gue jamin rasanya sama.