Berhubung review Xpander di SM - dan di mana saja sudah buanyak sekali, jadi ane nggak mau berpanjang - panjang.
Mulai dari pertanyaan : Kenapa beli ?
Medio 2019 bos besar mulai bosen dengan apanja. Mobilnya sih gakpapa, it's avanza anyway.
Tapi karena ngeliat tawaran model - model MPV baru yang menggiurkan, akhirnya dapet ilham untuk meremajakan Grand Avanza 1.3 G AT operasional di rumah. Waktu itu sempat mikir mau ambil New Ertiga karena diskonnya menggiurkan. Tapi setelah diliat-liat, bos gak demen modelnya. Terutama model pantat yang keliatan "aneh".
Waktu itu pilihan Xpander muncul, juga dengan saudara sejawatnya si Livina baru nongol. Awalnya kepikir mau beli bekas aja tapi setelah nawar sana-sini nggak dapet, coba deh nanya baru. Eh dapet promo cicilan dari D*po S*ar F*n*nce yang pokoknya menggiurkan. Jd dibelain ngambil kredit 1 taun demi dapet harga segitu.
Otomatis Livina baru pun juga tergusur dari pilihan karena promonya dikit banget, masih baru. Plus brand Nissan sekarang kurang meyakinkan...
Tipe, Beli dimana, kena harga berapa ?
Sport AT Silver, Sun Star Motor Semarang, 24x juta dari OTR nya yang 255juta kalo nggak salah. Sekarang malah udah naik 2.5juta lagi.
Dapat bonus sarung jok tapi musti nunggu sebulan. Kelamaan, krn mobil ini dibuat ngangkut kaki 4 berbulu keburu jorok duluan dalemannya klo nggak disarungin. Akhirnya dituker bonusnya ke Galaxy Tab A6 yang nggak gress-gress amat karena udah "dikulik" dan di install mobile apps Mitsubishi

Review : The Good
1. Desain luar dalem
LMPV itu biasa selalu punya bagian desain tertentu yang gak nyambung, atau cenderung plain dan membosankan.
- Avanza/Xenia makin kesini makin amburadul, gen 2 pantatnya pating pletot dengan garnish aksesoris nggak jelas.
- Ertiga gen 1 terlalu plain, yang kedua bagian pantatnya terlalu heboh dan lampu belakangnya kebesaran.
- Mobilio udah bagus bagus profilnya low slung macem wagon, giliran liat pintu bagasinya terlalu kebawah banget dan rawan #pantatpenyok , patahan di pintu penumpang belakang juga nggak sedap dipandang.




Cuma Xpander/Livina yang berani "mendobrak" dengan desain modern, dan saya setuju dengan kata oom Fitra Eri : "banyak orang beli Xpander itu awalnya bukan karena nyaman, tapi karena desain". Personally I'd prefer Livina karena flow designnya lebih rapi dan kalem, Xpander itu aneh di bagian fender ke depan. Mengotak banget. Kesan pertama liat Xpander adalah ini mobil harga 300 juta ke atas. Bahkan kalo dijejerin HR-V di rumah malah keliatan mahal Xpander nya. Ibu bos di rumah kalo nggak dikasih tau, ya nggak bakal ngerti kalo ini mobil kelas Avanza dan harganya jauh di bawah HR-V. Dari pertama beli aja udah protes Xpander gede banget, dikira sekelas Innova.
Dalemnya juga unik. Jarang ada LMPV mau memainkan desain, biasanya cuma asal tempel dari "sodara" lain seperti Mobilio atau Avanza. Ertiga pun baru-baru ini, yang dulu plek Swift.


Membuat mobil ini resmi jadi "mobil panjat sosial masa kini".
2. Comfort
Kalau ada 1 kelebihan Xpander yang selalu jadi highlight, adalah kenyamanannya. Xpander menggunakan shock absorber tipe dual-action yang intinya redamannya nggak cuma 1x tapi 2x. Jadi meski suspensinya punya stroke panjang tapi pantat mobil nggak berasa oleng macem bawa Avanza. Redamannya pun lebih mature. Ini juga didukung jok yang cukup tebel dan empuk dibanding pesaing yang manapun.
Di poldur perumahan yang sama, bahkan bikin bantingan suspensi HR-V berasa kayak gerobak. Padahal HR-V sendiri sudah lumayan empuk. Biarpun ya tentu nggak fair bandingin crossover dengan MPV. Tapi di rumah adanya itu.
Tapi sayangnya redaman ini cuma di suspensi belakang aja, giliran suspensi depan kena tetep berasa agak kurang "smooth". Inipun jangan dibayangkan nyaman ala suspensi independent ya, tetep beda. Di jalan gelombang tetep berasa suspensi non independent a.k.a torsion beam. Biarpun saya sehari - hari pake Civic yang lebih keras, tapi saya tetep bisa membedakan ini kerasnya suspensi independent vs empuknya torsion beam di Xpander. Pergerakan roda kanan dan kiri saling mempengaruhi dan itu sangat noticeable.
Bonus kenyamanan lain, mobil ini sangat kedap, bahkan lebih kedap dari CR-V gen 5.
3. Fuelsaving
Mesin 1.5 Liter 104 hp dengan transmisi 4-speed jadul di bodi seberat 1.2 ton, terdengar bukan sebuah spesifikasi yang menyenangkan untuk konsumsi BBM. Tapi di Xpander terbukti lumayan hemat. Dengan BBM oktan 90 masih bisa mencatatkan 1 : 9 - 10 di rute dalam kota. Masih lebih boros dari Civic, tapi masih lebih irit dari Avanza.
Penyebabnya adalah setelan mesin 4A91 yang kuat di RPM bawah, mirip dengan mesin 1NZ-FE Toyota. Dipadu dengan transmisi 4-speed nya yang sangat-sangat "eco" minded. Which is juga punya sisi lemahnya sendiri... nanti kita bahas.
4. Gampang dibuat "Mainan"
Walau punya saya nggak banyak modifikasinya, tapi salah satu kelebihan Xpander menurut saya adalah banyak variasinya. Baik yang OEM maupun yang non-OEM. Exterior-Interior-Mesin-Kaki-kaki sangat mudah mencari partnya di pasaran. Bodykit sudah tersedia berbagai macam jenis, variasi lampu juga banyak. Sudah nggak sedikit juga Xpander yang aktivasi autolock dan memasang fitur cruise control. Audio plug and play juga sudah tersedia berbagai macam. Mesin 4A91 juga menurut para tuner sangat potensial untuk di tune.

5. Practicality
Xpander punya kompartemen penyimpanan yang cukup banyak dan yang bagus semuanya rapi. Laci - laci ada penutupnya, cup holder juga tersedia sangat banyak walaupun ukurannya IMHO agak terlalu "ngepas" dengan botol air mineral 600 ml. Yang kemasannya agak "gendut" dikit susah masuk.
Paling enggak, gak bingung naroh barang kayak di Avanza. Di Avanza kalo bawa minuman cari cup holder di tengah gak ada, narohnya mesti deket pintu.
The Bad
1. Mesin dan Transmisi standar
Walau nggak lemot-lemot amat, tapi menurut saya sepertinya mesin Xpander ini masih memiliki cukup ruang untuk ditingkatkan. Mungkin karena menyesuaikan dengan kebiasaan orang Indonesia, tune mesinnya diturunkan jadi sangat rendah sehingga tenaganya cukup pas-pasan bahkan cenderung loyo.
Diperparah, dengan setting transmisi yang entah kenapa gigi 1-2 nya agresif, gigi 3-4 nya terlalu halus. Memang mobil ini dalam kondisi jalan datar sangat hemat berkat pengaturan rasio gigi ini, tapi ketika setelah cruise santai lalu lanjut ke tanjakan seperti rute ke arah tanjakan Gombel semarang, mobilnya terasa underpower, begitu injak agak dalam dan transmisi pindah ke 1-2 malah jadi kasar sekali, kesannya seperti ugal-ugalan.
Saya kadang mikir apakah Mitsu udah terlalu banyak ngabisin biaya di sektor desain akhirnya mesin dan transmisi dikasih "seadanya". Lucu aja, masa citycar Mirage dikasih CVT, ini yang lebih mahal malah dikasih 4-speed.
2. Pintu susah ditutup
Kalau standar bukaan pintu kita Avanza, maka Xpander bukan mobil yang pintunya bisa ditutup dengan "normal". Maksudnya gini, kalau Avanza itu saking ringannya pintu kita dorong gak perlu pake tenaga aja udah kenceng. Xpander beda cerita, nutupnya harus "niat". alias dibanting. Bukan karena pElAT B0dY T3b4L tapi memang karet peredam pintunya dobel. Jadi walau rasanya uda kenceng, ternyata masih belum kenceng.
Di 2019 ngomongin p3l4t b0dY udah nggak relevan. Beli tank kalo mau tebel.
3. Handling
Oke oke ini bukan mobil performa, tapi mengingat ini logonya tiga berlian, kadang ada yang masih mikir 3 berlian identik dengan mobil performa. Nope, Xpander bukan mobil yang "fun to drive", at least dalam definisi saya.
Body nya berat, yang sudah pasti menyumbang ketidaklincahan mobil ini. Setirnya juga ampang, walau nggak separah ampangnya mobcin. Ya sedikit di bawah Mobilio lah. Suspensi depan juga kelewat empuk dan jelas bikin feelnya waktu nikung agak loose. Rear-end nya ngebuang banget kalo manuver.
Kalau dibanding Mobilio / BR-V, masih jauh enak Mobilio / BR-V urusan tikung-menikung.
4. Seating dan Mekanisme Pelipatan
Saya ndak terlalu demen posisi nyetirnya, agak terlalu ketinggian buat selera saya, dan joknya serasa terlalu flat jadi agak sayang sih walaupun suspensinya enak, tapi kayaknya joknya bisa bikin pegel kalo perjalanan jauh. Kurang supportive. Mirip dengan joknya Innova lama sekilas. Bahkan dengan jok Suzuki Splash masih lebih enak jok Suzuki Splash.
Jok baris ketiganya tidak bisa rata lantai beneran, masih agak miring kalo dilipet rata lantai. Agak merepotkan kalo mesti bawa galon atau kandang anjing. Bawa galon kena gronjalan dikit langsung ngegelundung sampe deket bibir pintu.
5. Bahan interior...
Kalo ngomong Xpander bahan interiornya kelas wahid, nggak juga sih. Kalo dibilang lebih bagus dari HR-V, antara mabok atau simply lebay yang ngomong.
Pertama, vent AC nya tipis banget, dan ane ngegeser kadang agak takut itu vent patah. Punya Avanza / Mobilio aja masih lebih tebel rasanya.
Kedua, bahan plastic interiornya tipis dan beberapa panel bekas potongannya agak kasar terutama di bagian atas doortrim.
Ketiga jelas : jait - jaitan palsu yang nggak lebih baik dari Toyota Yaris.
Memang sih lebih baik dari rival - rival sekelasnya, tapi kalo dibilang lebih bagus dari kelas HR-V agak lebay. Malah di beberapa bagian, ane merasa Suzuki Ertiga lebih bagus panel - panelnya.
Maintenance
Baru jalan 5.000 KM jadi baru ganti oli pertama aja. Oh iya nggak gratis ya, yang digratiskan Mitsu hanya paket servis berkala per 10.000 KM. Pemakaian mobil ini kota-kota aja.
Issues & Problems
1. Idle up AC
Tingkat Kejadian : VERY HIGH
Gejala : idle RPM mesin melonjak - lonjak tidak stabil ketika kondisi AC menyala.
Solusi : Reprogramming, konon katanya ECU 2019 up sudah nggak tapi ntah kenapa punya saya masih kadang.
2. Shock Absorber Bocor
Tingkat Kejadian : High
Gejala : Rembesan oli di shock absorber belakang.
Solusi : claim warranty. Termasuk first batch problem jadi yg kena hanya keluaran 2017 sampai 2018 awal.
3. ECU "mati"
Tingkat Kejadian : Low
Gejala : ECU tiba-tiba mati dan mesin ikut mati. Dengar kasus ini dari mbah bebonk, katanya keluaran 2019 up ECU nya udah beda.
Solusi : claim warranty / ganti ECU.
Mods
- Bohlam Lampu utama LED
- Head Unit Kenwood OEM HR-V Prestige
Conclusion
Mobil ini sekarang nggak murah, tapi value for money itu kembali lagi ke masing - masing. Saya ndak akan dan nggak mau menilai secara harga vs fitur karena tidak relevan dan menghindari penilaian mobil hanya berdasar fitur saja, tapi saya liatnya lebih ke faktor lain.
Yang jelas, selisih harganya worth dengan kenaikan gengsi-meter. Naik Xpander dan Avanza walau sekelas tapi kebanyakan orang tidak sadar kalau dua mobil ini sekelas, terutama yang awam. Xpander dianggap mobil yang "mewah" dan tidak generik dengan mobil rental seperti Ava-Xen. Karena itu secara gengsi-meter mobil ini layak dihargai segitu. Budget mepet ada tipe Exceed yang sudah pakai velg 16" dan bentuknya nggak beda-beda amat, tetep bentuknya Xpander.
Mobil ini juga worth karena kemudahan modifikasi dan aksesori aftermarket maupun OEM di pasaran. Bukan cuma sekedar aksesori krum-kruman atau talang air, krn kalo seperti itu Avanza juga banyak, tapi juga aksesori yang berguna lainnya, termasuk potensi mesin untuk di-tuning. Untuk kelas ini cuma L15 nya Honda dan 4A91 Mitsubishi yang potensi tuningnya besar. NR Daihatsu dan K15 Suzuki agak kurang.
Jangan lupa dengan package yang kita dapat dengan beli Xpander / Livina. Kita dapet servis gratis selama 3 tahun / 50.000 KM (yang Nissan Livina 4 tahun malah). Jadi ya beli mobil ini sudah sekalian sama servisnya, nggak ada alesan tunda - tunda servis. Harga segitu sebanding kalo diitung2 dengan paket servis selama 3 - 4 tahun.
Lalu jaminan untuk long-term, karena mobil ini laris, dan Mitsubishi juga merek yang terjamin, plus punya kembaran menguntungkan secara aftersales. Paling tidak cari spare parts punya banyak alternatif : bisa cari di both Mitsubishi dan Nissan.