
BMW X1 2017
Ini mobil generasi baru dengan kode F48. Kata ownernya sharing platform dengan Mini Clubman, seri 1, seri 2, X2. FWD, dengan mesin "unik" 1500 cc 3 silinder Turbo. 3 Silinder? Yep. Dengan kode mesin B38, 134 hp 220 nM, 0-100 kpj 9,7 detik. Antiknya entah kenapa nama keren ini mesin Twin Power Turbo, padahal hanya single scroll Turbo. kata ownernya: karena direct injection + turbo jadinya Twin Power Turbo. Output biasa saja, dibandingkan mesin 1500 cc turbo lainnya, rata2 bisa diatas 150 hp. entah kenapa.
![Have A Nice day [emo-have-a-nice-day]](./images/smilies/2017-niceday.gif)
Exterior
Kalau tanya saya si, proletar macam saya cuma bisa bilang: bagus2 aja


Double Kidney Grill masih belum seheboh sekarang, sudah besar tapi proporsional. Yang paling saya senang itu model lampunya, elegan kali ya bahasa tepatnya. Tampak belakang juga bagus, sederhana, ga macem2. Wheel arc juga tidak lebay dengan pelek ukuran 18". Overall proporsional yang cakep, dimensi juga imbang, baik panjang lebar tinggi. 4,2 m x 1,82 m x 1,62 meter. Terasa sekali aura compact.
Interior
Pas masuk, aura BMW (bener ga ya) berasa, dominan hitam, orange backlight instrument, jok coklat gelap, busa jok kaku, wood panel abu2, ada aksen nuansa coklat bata/oranye ditengah2 trim, speedometer analog, entertainment display di tengah. design ga aneh2 walau ada ambient light white/orange, semuanya terasa solid, masih ada plastik2 "murah" untuk ukuran mobil seharga ini. Kesannya overall seperti Luxury tapi bukan mewah/elegan, lebih ke arah Sporty.
Komen Ibu Jenderal Bintang Tujuh: biasa banget ya, tapi bagus ya. Ya iyalah, German Engineering

Okelah, memang terasa banget aura entry level BMW, dan terasa seperti hatchback/crossover jepang kelas entry level (jangan bandingkan harga ya karena ini jelas European, harga lebih mahal) tapi jauh lebih bagus tentunya.
proses masuk ke jok driver agak rendah, karena atap hanya 1,62 meter tapi okelah, Duduk di jok driver, ga terlalu lega memang, standard normal mobil seukuran ini, posisi duduk pun ga tinggi2 banget, masih normal, okelah, berasa kaya hatchback jepang hanya lebih tinggi. Headroom berkurang karena panoramic tapi ga masalah banget karena atap cenderung datar dari depan ke belakang. Setelan jok electric komplit seingat saya hanya ga ada lumbar, steer adjustment bisa jauh banget tapi entah kenapa saya merasa kaya kurang tinggi/kurang rendah jadi setel rendah malah nutupin speedo, setel tinggi malah ga nyaman.
Di bangku belakang, cukup lega, nyaman, memang head room agak kurang karena kepotong panoramic roof tapi oke karena panoramic roof kasih efek lega, shoulder room kurang lebar ya karena gimana juga ini masih masuk compact car karena lebar 1,8 meter, leg room pas juga, saya berharap bisa lebih lega tapi oke.. yang menyenangkan adalah bagasi luas di angka 500 Liter. dan karena memang mobil ini tidak terlalu tinggi jadi keluar masukin barang relatif mudah.
yang agak menyebalkan itu panoramic roof penutup hanya seperti kain tebal, jadi kurang maksimal meredam panasnya matahari siang Jakarta, bagusnya ketika ditutup cahaya masih masuk sedikit tapi panas juga. Memang resikonya panoramic roof ya inilah. AC padahal cukup dingin, tapi ya panoramic roof cenderung seperti pemanas di kepala untuk negara tropis
Driving Experience.
Bannya merusak segalanya.
![Yes / No [emo-yesno]](./images/smilies/2017-yesno.gif)
Steering response bagus. ada bobot (bukan berat), lincah, direct, feels memang mati seperti halnya EPS. Pengaruh rangka yang sama dengan Mini kata ownernya. jadi masih ada unsur fun to drive. Unsur mekanikal pun entah gimana masih terasa. walau bannya merusak segalanya. jadi ga berani manuver macem2. Bisa jadi juga karena tertolong RFT yang keras jadi terasa lincah. Radius Putar juga tidak terlalu parah, cukuplah. Tapi Spion luar kiri kanan dan dalam yang terasa terlalu kecil bikin agak menyebalkan terutama malam, apalagi spion luar sudah mulai banyak water spot (tipikal european). Steering wheel terasa agak kecil, kulit pelapis kurang terasa premium dan jahitannya terasa agak kasar di tangan = owner pun komen hal sama. Tombol2 steering wheel juga terasa "murah" karena seperti goyang2.
![Yes / No [emo-yesno]](./images/smilies/2017-yesno.gif)
Engine? karakter 3 silinder memang memberikan power extra di rpm rendah sebelum turbo kick in untuk mendorong lebih jauh. turbo lag menurut saya non existent, mungkin ada kalau sudah pakai sehari2 tapi untuk short drive seperti saya menurut saya oke kok. memang tidak bisa dibilang cepat atau ngasi feels kencang, tapi sudah cukup kok untuk sehari2 ngangkut beban 5 orang + bagasi. memang rasanya mestinya bisa lebih kencang lagi (manusiawi) jadi ngasi feels lebih menyenangkan lagi. Power delivery pas, dipadu transmisi geared 7 speed by Aisin juga oke, ga ada judder, slip, lemot, dsb. reaksi pedal gas bagus sekali, seperti selalu sigap dan siap. diajak jalan2 di kecepatan 120-140 kpj pun oke, nyatanya ga ada gejala kekurangan power walau cc "kecil". ya diatas jelas sudah kepayahan, total hp kecil memang tidak bohong. Tapi kecepatan 140 kpj seingat saya rpm hanya di 3000an, jadi enak banget untuk cruising. Model pedal gas piano yang terasa terlalu "berat" untuk mobil seukuran ini, seperti kurang imbang, seperti halnya remnya. Kelemahan tetap ada, dan ini random banget jadi saya ga bisa bilang ini emang bawaan, kadang2 mesin seperti keselek/hiccup entah pas lagi cruising, dalkot, dsb, intinya seperti tetiba jadi lemot. hanya sesaat tapi kadang2 sungguh menyebalkan, bahaya si ngga, karena diajak agresif pun hanya lemot sesaat.

Transmisi, 7 geared AT by Aisin. Oke banget. Yang paling terasa berubah ketika berganti2 Driving Mode (Eco Pro - Comfort/Normal - Sport) selain reaksi pedal gas tentunya reaksi perpindahan gigi. Kalau di Eco Pro luar biasa malasnya itu pindah gigi, bahkan saking malasnya seperti bawa mobil underpowered, gas dibejek gimanapun juga itu rpm ga akan naik juga transmisi ogah downshift, tapi ketika di Sport mode maka seperti nyetir mobil yang berbeda reaksinya. Pedal gas sangat sigap, Transmisi pun ngikut banget. Enaknya lagi learning curve ECU/ECT termasuk cepat, pindah orang, ga berapa lama maka bisa cepat sesuaikan maunya driver. Terus terang bagian paling menyenangkan dari nyetir ini mobil selain respon setir adalah transmisinya.


Braking. Pakem sebetulnya tapi late bite ini yang aneh, terlebih entah kenapa setiap kali heavy braking untuk roda belakang seperti tiba2 ikutan ngerem maksimal, mungkin mencegah nose dive, tapi bikin kaget. dan ini berulang2, sulit sekali untuk terbiasa. Pedal rem untuk dalkotpun terasa agak berat, jadi kalau ngerayap kadang2 bikin kagok. DAN PALING ANEH, ini mobil kadang seperti ada Auto Brake Hold (padahal ga ada gituan purely EPB), GA BISA DITEBAK. Kadang saya lupa dissengage Parking Brake (sudah EPB ya), injek rem, masukin D, gas dikit eh itu rem lepas sendiri, kadang ngga mau sama sekali, digas pol pun gitu. Tebakan saya dan owner, ada hubungan dengan kemiringan jalan, jadi EPB bisa auto dissengaged, nah kalau miring ga akan bisa supaya mobil ga meluncur sendiri. Lucunya, seingat saya ga ada namanya Hill Descent Control, Hill Start Assist, dsb.

Overall, ini mobil terasa masih sangat mekanikal, seperti ga ada namanya itu electrical by wire dsb. Sungguh menyenangkan, seandainya dilengkapi ban lebih bagus dan Power extra sungguh seperti pocket rocket ala2 hot small hatch tapi ini hot small crossover. DAN KALAU GA ADA SAMA SEKALI itu gejala2 aneh seperti pedal gas yang kok kaya keselek/hiccup, respon rem yang "aneh" atau transmisi yang kadang2 seperti telat = ini ownernya sendiri pun ngomel, tebakan dia si ada hubungan dengan kualitas bbm yang dipakai. Percaya atau ngga, spek mesin hanya oktan 95 tapi dikasih Pertamax Turbo pun kadang masih seperti ini, sialnya kalau dapat Turbo yang agak jelek/basi sedikit akan makin sering muncul, diisi Shell Super malah mesin jadi lemot, lebih parah dari Pertamax Turbo. Sungguh power train yang aneh.

Comfort & NVH
Pertama ekspektasi saya akan mendekati nyamannya sedan jerman lainnya, yang katanya lebih nyaman daripada jepang. Ternyata berkebalikan. TIdak keras, tapi juga tidak empuk, dibilang nyaman termasuk nyaman tapi tidak superior. Serba cukuplah. Kata owner: ya namanya saja entry level car, ini kan kelasnya paling setara HRV/S-Cross kalau merek jepang, jadi jangan ngarep macem2lah. Ya proletar macam saya cuma bisa manggut2 karena buat saya fine2 saja.

NVH ya dirusak oleh ban. Sudah bising, keras pula. masih ketambahan licin. Luar biasa daya rusaknya 4 ekor ban BS T005A RFT ini, terlebih ini OEM. Peredaman suara luar menurut saya hening, walaupun owner sendiri setuju ya ini kan kelas entry level. Paling lucu kalau ketemu speed bump tinggi, maka suara roda berbenturan dengan speed bump akan berasa terutama di belakang jadi agak ngeri seperti ada yang copot, tapi giliran ketemu aspal halus maka yang terdengar hanya desingan angin saja.
Untuk entertainment, layar utama memang agak terlalu kecil, ya zaman sekarang memang makin besar. Tapi masih lebih masuk akal UI-nya daripada Lexus RX300 2019, begitu juga kontrolnya lebih bisa mudah dipahami. Fitur sendiri standard, belum Android Auto/Apple Car Play. Tapi ada tampilan khusus untuk lihat regenerative braking dan ketika di Power Mode. Speedometer sendiri masih analog, hanya ada layar 2 baris kecil, yang bisa tampilkan seperti playlist, song track, drive mode, odo, dsb.
Audio kata ownernya: ga jauh lebih baik dari kebanyakan bawaan merek Jepang yang harganya mirip2. Sekali lagi saya manggut2, karena ada label BMW Professional Sound. Kalau tidak salah ada 10 speaker, 4x mid + 4x tweeter untuk 4 pintu, 1 center speaker, dan 1 subwoofer. Masih ada CD player. Kontrol AC pun masih normal ada di dashboard. Ambient light ada 2 warna, putih dan orange.

Overall
Untuk proletar seperti saya sungguh kendaraan yang enak dipakai. Suara mesin dan getaran senyap kok, tidak menakutkan seperti katanya org soal mesin 3 silinder. Turbo memang tidak lebay, performa pun gitu. Comfort pun oke. Memang bukan kenyamanan yang dijual tapi lebih ke kapabilitas untuk medan yang agak rusak seperti halnya tujuan kendaraan crossover. Pun ownernya sendiri agak kurang puas, karena ini mobil banyak hal2 aneh yang saya sendiri lupa. tapi terbayarkan dengan konsumsi bbm yang termasuk lumayan (9-10 dalkot lancar), dipake enak, kompak, bisa segala medan, bagasi besar, termasuk lega.


Tiny Bity Things
- odo sudah 38 ribu km, dan belum ada keluhan aneh2 kata ownernya.
- jendela depan kiri kanan, ketika naik turun akan ada suara berisik, seperti karet kering bergesekan dengan kaca. kata ownernya emang gitu dan nyebelin.
- Integrated Service Package termasuk di harga jual, seperti biasanya
- sehari2 mobil ini harus dipasangkan dengan battery charger karena akinya sudah mulai drop banget, dan penggantian mesti bisa input code aki di ECU. Sialnya lagi, aki pengganti (klaim garansi dan termasuk ISP) belum ada, masih indent ke bengkel resmi.

![Yes / No [emo-yesno]](./images/smilies/2017-yesno.gif)
- Aki berjenis AGM
- masih ada spare tyre
- Auto Start Stop bisa dimatikan, walau kadang setelah mesin mati lama, bisa balik ke ON (default Auto Start Stop On), dan kata ownernya, Auto Start Stop masih kategori kasar, karena generasi awal. ga saya coba karena kondisi aki soak.
- Engine Start Stop agak erratic, kadang sekali pencet mesin mau langsung nyala, kadang seperti hang/Acc Mode, jadi mesti pencet tombol lamaan. Entah ada hubungan dengan aki soak atau tidak.
- Power Back Door ada, bisa di remote.
- Engine masih bisa nyala walaupun setelah engine ON lalu driver keluar, pintu2 dikunci dari luar dengan remote.
- Tiada rear parking camera, tapi sensor parkir belakang termasuk bagus, walau tetap saja lumayan susah parkir. untung bodynya tidak gambot.
- handle pintu lumayan besar dan menggangu pengoperasian power window.
- sudah speed sensing auto door lock.
- Headlamp all LED yang terangnya termasuk wah dan wow. kata owner termasuk the best in its class. Foglamp masih halogen.
- tiada cruise control, adanya speed limiter, jadi kalau set limit sekian kecuali tetiba kick down maka kecepatan akan segitu2 saja, semacam cruise control tapi pedal gas-nya tetap diinjak driver.
- spion auto fold. ketika masuk R, maka setelan akan sedikit turun untuk bantu parkir mundur. Anehnya kadang ga bisa balik sendiri atau ga balik sepenuhnya ke setelan driver, jadi mesti setel ulang.
- driver seat ada 3 memory seat.
- spion semuanya auto electrochromatic.
- Pindah2 dari D-N-R agak sulit, karena setiap kali pindah itu rem harus diinjak maksimal, kadang2 injek separoh mau pindah, kadang2 ngga mau. bener2 erratic, ga ketebak maunya gimana.
![Yes / No [emo-yesno]](./images/smilies/2017-yesno.gif)
- Tiada paddleshift
- Sign Stalk agak bikin saya kagok (alias norak), karena seumur2 (selain posisi di kiri ya) baru kali ini nyetir mobil yang switch lampu sign modelnya elektronik, jadi toel sedikit maka akan Lane Changing Signal, toel mentok baru signal terus2an, nah masalahnya setelah ditoel maksimal itu control stalk akan balik ke posisi 0/Normal.

Photos, ga banyak karena satu dan lain hal bikin ga kepikiran foto2:
Bonus, tebak2an: