
Awal Februari 2018 saya dan istri memutuskan untuk jalan-jalan ke Batu, Jawa Timur. Hari Sabtu tanggal 3 kami berangkat jam 5 pagi dari Cinere, dengan pertimbangan supaya tidak terjebak dengan kemacetan tol Cikampek. Ternyata kami salah duga, sudah macet! Akhirnya dari tol JORR kami keluar di Kalimalang, menyusuri jalan arteri dan kembali masuk ke tol di Bekasi Timur. Dari titik ini hingga Cikarang Utama kendaraan bergerak mengalir walau perlahan. Selepas Cikarang Utama hingga Karawang pun begitu. Baru selepas Rest Area km 57 kami bisa melanjutkan perjalanan dengan nyaman. Hingga keluar di Brebes alias Brexit sama sekali tidak ada hambatan, jalan tol yang kami lalui relatif sepi pagi itu.
Singkat cerita jam 11.30 kami sudah bisa makan siang di Rumah Makan Prima di Comal. Selepas makan siang perjalanan dilanjutkan menuju Jogja. Sepanjang perjalanan dari Comal menuju ke tol Krapyak - Jatingaleh terdapat kepadatan lalu lintas yang signifikan di Pekalongan karena banyaknya truk besar dan lampu lalu lintas serta jalanan berlubang. Selepas Pekalongan hingga Kendal kondisi jalanan juga kurang baik, karena banyak lubang yang siap menghadang, hati-hati jika merencanakan perjalanan di bulan-bulan ini, karena sedang musim hujan, pasti lubang akan bertambah banyak.
Dari jalan tol Krapyak sampai Bawen, Ambarawa dan Magelang perjalanan ditempuh dengan nyaman karena jalanan relatif mulus dan kami bisa tiba di Jogja dengan selamat, tak lupa langsung mampir makan malam di Gudeg Sagan dan besoknya menyempatkan diri menikmati hidangan lezat di Lie Djiong.
Setelah dua malam di Jogja, tanggal 5 kami berangkat dengan tujuan Batu. Jam 9 pagi perjalanan dimulai, melewati Solo, Karanganyar, Tawangmangu, Sarangan, Magetan dan Madiun. Jam 2.30 siang kami sudah tiba di Madiun dan langsung makan siang dengan menu Nasi Pecel dan Rawon di Depot Nasi Pecel 99. Selepas makan kami berniat untuk langsung mengarah ke Batu dengan melintasi Pare dan Kandangan, tapi diingatkan oleh keluarga untuk tidak melewati rute itu karena rawan longsor. Saya sendiri belum pernah ke daerah sana, jadi ya sudah saran tadi diikuti dan kami memutuskan untuk sedikit memutar melewati Malang lebih dahulu. Tapi lucunya selepas Nganjuk, tidak seberapa jauh kami menemukan jalan tol ke arah Surabaya yang baru saja dibuka (tol Mojokerto – Kertosono) dan akhirnya kami malah memilih untuk bermalam di Surabaya, tak lupa kami mencoba Rumah Makan Kwetiau Apeng untuk makan malam. Perjalanan dari Madiun ke Surabaya hanya makan waktu 3,5 jam.
Tanggal 6 jam 9 pagi dari Surabaya kami langsung menuju ke Malang, hari itu lalu lintas relatif lancar, jam 11.30 kami sudah tiba di Malang dan sudah bisa mencicipi hidangan di Restoran Toko Oen, mampir beli buku untuk ibu mertua di Gandum Mas, mengunjungi kakak ipar saya di Singosari dan tak lupa mampir ke rumah seorang sesepuh komunitas Swiss Army Knife. Jam 8 malam kami langsung melanjutkan perjalanan ke Batu yang ternyata dekat dan hanya butuh 1 jam perjalanan.
Dua hari di Batu kami habiskan dengan mengunjungi Batu Secret Zoo, Museum Satwa dan Museum Angkut. Sebenarnya masih banyak tempat yang ingin kami kunjungi, tapi keterbatasan waktu membuat kami ingin kembali lagi ke Batu di lain waktu. Tentunya tidak lupa makan Nasi Rawon di Warung Jamiah dan Sate Kelinci plus Sate Sapi di restoran yang menamakan dirinya Warung Sate Kelinci.
Kamis pagi jam 8 kami memulai perjalanan untuk kembali ke Jakarta, tapi tidak langsung alias mau mampir-mampir dulu. Setelah bertanya dengan dua sahabat yang juga hobi jalan-jalan tentang kondisi jalan di Kandangan dan Pare, mereka bilang rutenya biasa saja dan relatif aman. Kami lalu memutuskan mengambil rute itu. Pemandangannya bagus walau jalannya agak kecil. Kembali kami mengarah ke Madiun untuk makan Nasi Pecel dan kami tiba di Madiun pas jam 1 siang. Setelah makan siang saya ingin ke Salatiga karena ada sahabat yang tinggal di sana, tapi entah bagaimana di tengah jalan malah lupa begitu saja dan berubah pikiran ingin bermalam di daerah Bawen karena dekat dengan pintu tol. Selepas menikmati pekatnya kabut dan dinginnya jalur Sarangan - Tawangmangu kami sampai di Karanganyar dan berbekal panduan dari google maps kami mengambil jalur yang tidak biasa saya lewati karena tawaran estimasi waktu yang lebih singkat, kalau tidak salah melewati daerah Gemolong. Jalur ini tidak saya rekomendasikan karena jalannya banyak yang rusak dan sepi. Saat malam pun minim penerangan, jujur agak tidak nyaman karena kami baru pertama kali melewati daerah itu. Sekitar jam 7 malam kami sampai dan bermalam di Bawen. Tidak ada yang istimewa di sini dan jujur kami sangat menyesal tidak mampir ke Salatiga.
Esok harinya, Jumat pagi jam 7 kami berangkat untuk menuju Cirebon. Selepas tol dari Bawen, ruas jalan dari Kendal sampai ke pintu tol Brebes dipenuhi lubang dan ruas jalan yang keriting, jadi agak melelahkan mengemudi sepanjang jalan tadi. Jam 1 siang kami sudah tiba di Cirebon dan langsung makan siang Empal Gentong Bu Darma.
Lalu pada hari Sabtu tanggal 10 jam 11 siang kami berangkat ke Jakarta setelah sebelumnya makan dulu di Nasi Jamblang Ibu Nur. Sesampainya di tol Cikampek jalanan masih lancar, tapi setelah gerbang Cikarang Utama kepadatan kembali terjadi hingga tol JORR, bahkan hingga pintu keluar tol Fatmawati. Jam 4 sore kami baru tiba di Cinere tanpa kurang suatu apapun.
Yang menjadi catatan di perjalanan kami ini adalah kepadatan di ruas tol Cikampek, baik arah keluar ataupun masuk ke Jakarta, karena ruas ini cukup menghabiskan waktu dan membuat cepat lelah. Untuk rute utara, waspadai jalan rusak mulai dari Brebes ke Kendal dan sebaliknya. Pun di musim hujan ada kemungkinan beberapa ruas tergenang air. Lalu untuk yang ingin melintasi kawasan wisata Tawangmangu - Sarangan, pastikan mobil dalam keadaan sehat, mulai dari mesin, transmisi, kopling dan rem serta ban karena banyak tikungan dan tanjakan yang lumayan curam di sini.
Sekian tulisan tentang perjalanan wisata Jakarta - Batu - Jakarta, semoga bisa berjumpa di perjalanan berikutnya.
*Mobil yang digunakan Avanza G 1.3 A/T, total perjalanan 2.065 km. BBM Pertamax habis sekitar 1,2 jt. FC berkisar 1:13 s/d 1:18.



