Si putih kelahiran 2002 ini saya pakai sejak 2009 hingga 2017 setelah sebelumnya selama 10 tahun saya pakai generasi sebelumnya yaitu F70. Jadi total setengah dari umur saya dihabiskan bersama mobil 4x4 buatan Daihatsu ini.
Saya suka mobil ini karena kepraktisan dan kehandalannya. Tipikal mobil yang tidak pernah mengeluh selama perawatan rutinnya dijalankan. Pun perawatan rutin selalu saya lakukan sendiri di rumah (ganti semua oli dan semua filter), kecuali hal seperti ganti kopling ya, bukan apa apa, girboksnya luar biasa berat.
Oke, kita kupas satu satu.
Dari mesin dan penggerak dulu kali ya. Mesinnya diesel N/A 2800 cc, masih konvensional, jadi tidak ada masalah dengan minum solar biasa. Mesinnya pemalas, berisik dan lamban tapi sanggup diajak kemana saja dan belum pernah kejadian tidak kuat nanjak. Ganti oli rutin tiap 5000 km dengan oli diesel 15W40 buatan Exxon membuat mesinnya tetap sehat sampai dijual di +/- 255.000 km. Jangan berharap ngebut naik mobil ini, cruising speed paling idealnya hanya 80 kpj. Maksimum speed pernah tembus 140 kpj tapi terasa seakan kiamat sudah dekat. Untuk penggeraknya adalah transmisi manual 5 speed plus 4x4 konvensional (2H 4H N 4L), jadi tidak ada bantuan teknologi di sini. Kala menghadapi medan offroad tinggal pintar pintar saja mengkombinasikan skill manusia plus mesin. Singkat kata, tangguh!
Sekarang soal suspensi, seri F73 dibekali suspensi independen dengan torsion bar di depan dan rigid dengan coil spring di belakang. Cuma karena F73 ini jarak antar sumbunya dekat (tidak seperti Rocky F78), jadinya bantingan masih terasa keras dan hanya sedikit lebih baik ketimbang F70 yang pakai per daun di depan dan belakang. Soal kestabilan di tikungan memang lebih baik karena sumbunya lebih lebar dibanding pendahulunya. Jadi jangan berharap kenyamanan di sini.
Lalu masuk ke dalam, kabinnya kecil. Jok belakang face to face saya ganti dengan jok front facing dan untuk masuk ke belakang harus "manjat". Lain hal jika jok belakang berhadapan, mau masuk bisa langsung dari pintu belakang. Tidak ada yang istimewa di kabin. Kaca masih engkol. Tapi AC yang cukup dingin (dinginnya Taft lho ya...) plus audio eces eces sudah membuat saya bahagia. Pokoknya sama sekali tidak ada gadget apapun di mobil ini.
Lalu kenapa dijual? Makin lama saya makin tidak sanggup mengemudikan mobil ini di tengah kemacetan Jakarta. Setir yang berat jika dibandingkan mobil masa kini (padahal sudah P/S) dan transmisi manual membuat saya menyerah. Kelelahan cepat sekali mendera. Mau nambah mobil budgetnya tidak ada dan buat apa juga mobil lebih dari satu kalau yang pakai cuma saya (pusing bayar pajak nanti...hehehe).
Kesimpulan:
Mobil ini cocok untuk yang butuh mobil pekerja/penjelajah dengan teknologi sederhana, mudah dirawat dan onderdil fast movingnya boleh dibilang sangat murah. Sekian lamanya pemakaian saya tidak pernah menemukan masalah berat, mungkin karena mobil ini dari saya dapat sampai saya jual kondisinya full standar.
Tips:
Seiring usia, agak susah menemukan Taft dalam kondisi bagus. Dan hati hati dalam memilih, onderdil mesin dan transmisi serta gardannya sama sekali tidak murah. Kebanyakan unitnya sudah seperti ampas jeruk peras.
Sekian ulasan saya tentang Daihatsu Taft F73 ini. Semoga berkenan.





