Izin untuk mereview mobil alay yang udah beberapa kali direview (barunya) sama SMers. Ane mau review mobil yang udah setahun disiksa menemani ane pp tangsel-purwakarta di hari senin dan jumat dan di weekend di Tangerang-Jakarta
![Big Smile :big_smile]](./images/smilies/big_smile.gif)
Sekarang odometer menunjukkan angka 25 ribu lebih

===============================
Eksterior

depannya bisa dibilang ga ganteng. Di bagian gril dikasih krom segambreng yang membuat tampang mobil ini serasa monyong seperti ikan cupang yang mana akhirnya ane tutupin stiker sewarna body. Untuk versi M dan D malahan terlihat lebih ganteng tanpa krom.
Bagian samping ga ada tarikan garis garis tegas, yang terlihat jelas malahan krom (lagi) dari side body molding dan handle pintu. Ane kasih stiker sewarna body juga kecuali handle pintunya

Bagian belakangnya biasa aja, udah ada wiper belakang, spoiler, dan lampu rem extension di pintu bagasi yang ternyata ada LED yang nyala kalau mundur hmm. Sayangnya pintu belakang cuman bisa dibuka cuman dari tuas di bawah kursi dan pake kunci . Pernah ane buka bagasi dari dalem, tutup pintu supir, pas sampe belakang bagasinya udah ketutup lagi

Yang jelas emblem emblem ane copotin semua kecuali emblem daihatsu biar keliatan lebih rapih. Terlalu heboh! Harusnya diganti emblem Toyota atau Vitz biar nambah 50 hp karena emblem daihatsu ini ngurangin HP bisa sampe 100 hp padahal cuman dikasih 65 hp

Overall desainnya terlihat paling main aman di antara para LCGC, ga sporty kayak brio, dan ga boxy ala wagon R.
============================
Interior

Hard and cheap plastic everywhere
Desain dashboard terlihat paling murahan di antara LCGC lain karena pilihan warna yang kurang pas (abu-abu ember). Pada bagian atas dashboard bisa dipencet pencet sangking tipisnya. Sepasang airbag mengiasi dashboard dan setir. Bagian terburuknya, kalau lewat speedbump, dashboard kayak mau copot dengan goyangan dahsyat

Doortrim dengan bahan plastik tipis menghiasi mobil ini yang mana juga sewarna sama dashboard. Kalau ngencengin volume musik, bisa terasa getaran-getaran dari bass yang seadanya, treble karton, dan suara knalpot motor motor yang masuk.
Bagian elektronik, MID di mobil ini lumayan memberikan informasi yang setidaknya terbanyak di kelasnya. Ada average konsumsi bbm, range km sisa bbm yang bisa ditempuh oleh mobil, 1 buah tripmeter, dan beberapa alarm. Bingung juga siapa yang hobi tidur di mobil sampe pasang alarm

Power window ada di semua sisi dan bisa diatur dari sisi pengemudi sebagaimana mestinya. Ga ada fitur auto up sehingga ane menambahkan fitur ini sendiri dengan mengganti saklar PW aftermarket yang ada lampunya juga
Rattle? Sudah jelas, kalau lewat jalan jelek rasa rasanya beberapa trim konser karena sudah pernah dibongkar pasang. Padahal mobil ini baru setahun
MID

Udah begini aja

=====================================
Akomodasi
Untuk kursi pengemudi, rasa rasanya ukurannya terlalu kecil dan ga menopang paha dengan baik. Kalau sudah lebih dari 2 jam, kempesnya busa yang tipis ga bisa menahan rangka kursi yang menekan punggung.
Baris belakang dikasih headrest terpisah, tapi bagian depan dikasih headrest menyatu yang lebih pas buat ane sebagai neckrest

Posisi mengemudi jauh dari kata ergonomis. Di saat posisi tangan pas dengan setir, kakinya jadi menekuk. Kalau kakinya pas, tangan jadi lurus kayak lencang depan.
Cup holder ada dua di depan tuas perseneling, di doortrim ada masing masing 1, termasuk di belakang, di belakang handbrake pun ada 1.
Di baris belakang, kursinya sudah lebih baik dibanding yang generasi 1 yang cuman kayak kayu dikasih busa tipis. Sekarang udah ada konturnya (dikit) Ada headrest terpisah 2, mayan buat mecahin kaca kalau naudzubillah kejebak di mobil.
Yang ga enak itu kursinya terlalu tegak, headrestnya justru bikin kepala susah rest. Ga enak kalau mau tidur di belakang.
Untuk Headroom dan legroom bisa dibilang sangat luas di kelasnya.
Audio bisa dibilang cuman asal bunyi doang. Jumlah speaker ada 4 tapi suara yang dihasilkan ga lebih baik dibanding speaker 2nya si gogon. Headunit yang dari luar terlihat seperti doubledin ternyata hanya single din. Layarnya cuman 1 baris kayak HU alpine di kijang super tahun 90an. Pernah kejadian tiba tiba mati ga nyala seharian dan besok paginya pas mau klaim bener sendiri.
Solusi enak : ganti headunit beserta semua speakernya + tambah peredam.
Overall, masalah akomodasi, mobil ini bisa dibilang praktis namun tidak ergonomis
==========================
Kekedapan kabin
Well........
BERISIK!
Suara ban dan angin sangat terdengar, terutama di kecepatan yang lumayan tinggi. Walaupun masih lebih kedap dibanding kabin avanza lama tapi rasa rasanya masih jauh dari kedap. Kalau hujan pun demikian suara klotak klotak sangat mendominasi di atap mobil. Tapi ya wajar aja namanya juga LCGC walaupun di Calsig udah lebih baik peredamannya
=======================
Performa Mesin
Akselerasi? hmm kombinasi mesin yang tidak pelan, body yang ringan, membuat mobil ini tidak kesulitan untuk jalan 100 km/jam. Memang saat dimuati 5 orang dewasa + barang tarikannya tidak bisa dibilang kencang, tapi ya cukup cukup saja untuk perjalanan dalam kota. Yang jelas ekspektasi ane mobil ini lebih kenceng dari yang ane kira.
Transmisi matic jadulnya juga cukup responsif pada saat kickdown dan putaran bawah. Selain itu mobil ini masih pake kabel gas (ane ga suka TBW) sehingga feel gasnya masih dapet. Minusnya kalau pindah dari N ke D masih dirasa terlalu kasar.
Eh iya mobil ini ga ada gigi L –daihatsu banget-, adanya gigi 2, jadi ya kalau tanjakannya tinggi harus kickdown terus.
Top speed? Udah pada tau kan ya udah banyak orang bernyawa 9 yang bawa mobil beginian di atas 160 km/jam

Konsumsi BBMnya hmmm kalau di dalam kota Tangsel, Tangerang, Jakarta, masih bisa lah 1:10-1:12 dengan Ron 92. Sementara untuk keluar kota biasanya ane selalu di atas 1:17 walaupun jarang indikator econya nyala
========================
Handling dan Kenyamanan
Handlingnya hmmmmm jelek. Ban berukuran kecil dengan GC yang ga rendah ditambah ringannya body dan tidak rigidnya suspensi membuat mobil ini menjadi salah satu mesin pembunuh kelas wahid. Setir ga bisa dibilang enteng pas kecepatan rendah, tapi untuk kecepatan tinggi bisa dibilang terlalu ringan
Untuk bantingan suspensinya sendiri khas Daihatsu : keras pas kosong, tapi terlalu mentul kalau penuh.
Untuk bagian ini ane menambahkan stabilizer belakang yang membuat handling mobil ini lebih baik dikendarai. Sebelumnya jalan 40 km/jam sambil belok membuat badan ini mau nempel ke pintu, tapi setelah dipasang jadi jauh lebih baik.
Hal terburuk dari sisi kenyamanan adalah getaran mesin 3 silindernya yang membuat geli geli badan anda. Mobil ane udah 2 kali klaim Engine Mounting yang kualitasnnya ga diragukan lagi buruknya. Untung setiap kali rusak selama masih garansi masih bisa diklaim.
========================
Pengereman
No abs dan rem belakang hanya tromol membuat mobil ini memiliki pengereman yang bisa dibilang parah. Sisi positifnya feel remnya masih dapet walaupun belum sebaik LCGC sodaranya yaitu Sigra yang sudah abs.
Dan ane baru tau kalau Ayla yang versi manual cuman dikasih cakram solid tanpa ventilasi
========================
MASALAH
-engine mounting yang ga bertahan lama (udah 2x klaim tiap service 10k). Sampai sekarang masih geter kalau ditahan di D
-mounting atas shock depan karetnya cepet rusak. Bunyi gluduk gluduk kalau lewat jalan jelek
-interior rattle
-dari P ke R suka njedug kalau baru nyala
-cat yang kalau ga dipoles gampang baret dan pudar
========================
YANG UDAH DIGANTI/DITAMBAH
-Velg OEM GD3 VTEC 1st gen (copotan)
-Achilles ATR Sport 185/55 R15
-Kaca film merk lluminox + BJ (ternyata mayan bagus dibanding blek beauty)
-Engine Mounting
-Wiper lupa merk apa, tapi bagus
-Sill plate 4 pintu+bagasi
-Power window switch
-2 symbion+2pioneer coaxial speaker (murmer)
-Engine Mounting
-Mudflap (85 ribu di bukabapak)
-Rear Sway Bar
-Karet balon
========================
WISHLIST
-Peredam aspal sekujur body
-ban yang ga berisik tapi empuk dan kuat menghadapi tol cikampek
-HU baru
-Jok depan yang proper
-Strutbar
-modul retract spion
KESIMPULAN
Apabila anda memiliki dana 130 juta secara tunai dan anda sangat mementingkan kenyamanan berkendara, sebaiknya anda memilih mobil bekas aja karena mobil ini sangat jauh dari ideal.
Namun, apabila anda mencari mobil baru yang hanya digunakan sebagai komuter dari 1 tempat ke tempat lainnya di kota yang padat penduduk, dan anda masih suka membawa penumpang di baris belakang, mobil ini bisa menjadi pilihan yang tepat.
Untuk orang yang baru bisa belajar nyetir atau jadi mobil pertama yang anda beli pun juga tidak salah selama anda ga peduli dengan kekurangan kekurangan mobil ini.
Kelebihan :
+ irit bbm
+ kabin dan bagasi luas
+ mesin bandel
+ pajaknya rendah
+ radius putar
+ fitur
Kekurangan
- Mesin GETAAARRRR
- Bantingan suspensi kurang pas
- Doortrim tipis
- Handling terburuk di kelasnya
- Audio
Seginilah review nubie selama setahun menggunakan Daihatsu Ayla. Semua hal di atas adalah pendapat subjektif dan pribadi nubie.
Tambahan :
Biaya servisnya di bengkel resmi ga terlalu murah. Servis 10k abisnya sekitar 800 ribu (tanpa spooring balancing). 20k sekitar 1,4 juta. Itu pake oli shell HX8 2,7L