Honda Brio DD1, 1200cc A/T, seri E. Usia 2 tahun 2 bulan, clocking 29.800 km. waktu beli mobil ini dengan gaji pertama, harganya masih 146 juta, diskon satu juta saja. Sekarang dengan harga yang sama, ente akan dapat Brio Satya E Matic, dengan A/C yang sudah diletakkan di tempat yang seharusnya, tombol pengaturan A/C yang jauh lebih enak dilihat, tranny CVT yang jauh lebih halus, dan pengurangan krom kroman dalam jumlah yang cukup signifikan. Saya tidak suka chrome.
Keturunan langsung si kecil Brio tentunya LMPV idaman Mahmud yang anti rajanya uber, Honda Mobilio yang wheelbase nya bertambah sekian puluh senti dan panjangnya bertambah sekian puluh senti,dan baru saja facelift beberapa waktu silam, mubil Mahmud tomboy si BR-V yang pakek style ke-SUV-SUV an dan Brio Satya, sebagai kasta terendah dari keluarga Brio, yang fan nya Cuma satu dan lumayan sering bermasalah. Untung fan Brio saya ada sepasang, seenggaknya tidak jomblo seperti mod chris dan mod FRD, ada yang menemani.
Dan semua mulai dari sini.
1. Overview
Seekor Brio, biasa dipakai anak sekolah / kuliahan untuk bermobilitas, mulai digemari emak emak yang suka bergaya muda, para eksekutif muda sebagai 1st car, dan para tuner2 muda yang mencari mubil ringan dan berpotensi. Modelnya mudah dicerna, mengingatkan pada setrikaan Wonder dan Nouva era 80an akhir dan beraliran darah muda. Saya suka ukuran kompak dari Brio dan ternyata bagian dalamnya tidak terlalu sempit kalo diisi manusia, asal jangan berharap saja dengan bagasinya. Saya pun sengaja ambil warna Rallye Red, biar gampang dicari di parkiran dan biar mata enak melihat pas abis moles body.
2. Spesifikasi
Comot dari website aja ya.
https://www.honda-indonesia.com/model/brio
oiya Brio CKD gen awal ini masih 5-speed automatic dengan tenaga 88PS dan torsi around 120an Nm, A/C masih 4 bulatan kecil dan kenop A/C model kompor. Sisanya sangat mirip. Bisa dibaca disana.
3. Posisi duduk – Kenyamanan - Handling
Saya suka posisi duduk pengemudi Brio yang suportif, setir yang Cuma bisa naik turun tapi sangat mudah menemukan posisi duduk pengemudi yang enak di mobil ini. Badan saya yang imut, Cuma 180/90, kagak terlalu berasa sempit, seenggaknya dengkul saya ga mentok kalo duduk di depan, kalo duduk di belakang saya nyerah karena headroom sama sekali ga ada, hampir mentok ke kaca.
Kenyamanan mobil ini sangat… parah. Ga ada peredaman memadai, jok tipis, bantingan keras, A/C susah sekali dingin, suara ban yang sangat menyeruak ke dalam kabin di jalan beton, apalagi diatas 80 kpj ditambah suara audio herman karton dari Head Unit JVC yang menyedihkan, lampu depan yang tidak terang dan suara klakson yang mirip tikus kejepit membuat mubil ini menjadi… memprihatinkan. Compare ke Avanza 2007 yang pernah saya punya, benar benar kemunduran jauh dari sisi kenyamanan, apalagi dibandingin Avanza Veloz, jauh sekali.
Kenyamanan mengendarai Brio Cuma berasa kalo ente demen ngebut. Adik saya yang emang demen trekelan di tol sangat suka mobil ini. Bantingan suspensi yang keras namun mantap dan tidak ajrut ajrutan membuat mubil ini sangat nikmat dikendarai, rem pakem tapi ga membuat hidung mubil menunduk terlalu dalam, turning radius kecil, ban Good Year assymetric bawannya yang cukup ngegrip pastinya semakin menambah handling, dan ground clearance yang rendah membuat center of gravity mubil ini cukup rendah, dan sangat meminimalisir limbung. Bagian ini berbeda 180 derajat dari apansa, dimana mengendarai apansa secara kencang bisa mendekatkan ente ke Sang Maha Pencipta.
4. Performa
88 Ps, 128 Nm (CMIIW), angka yang bagus, tapi di lapangan.. menyedihkan.
0 ke 100 di 15 detikan gede, top speed dilimit di 145 kpj. Anda Cuma bisa berharap gentakan tenaga di gigi 2 dan 3, gigi 4 dan 5 hanya bonus buat menghaluskan putaran mesin, gigi 1 Cuma bonus buat merayap dan buat menghadapi tanjakan panjang. Mubil ini kalo tidak di tune, sangat menyebalkan. Tapi jika sudah di tune, kintil2an sama Honda Jazz dan mbah Yasir pun berani lah Brio ini. Tapi karena buat dipakai adik dan ibu saya, saya biarkan saja Brio ini dalam keadaan standard pabrikan.
Well, selama pake Brio, saya Cuma berharap pada kickdown yang sangat sigap dari transmisi 5 speed nya, geser D3, mainkan pedal gas, that’s all. Kalo sudah selesai nyalip / menanjak / sudah sampai 140 kpj di jalan lurus yang panjang, saya geser lagi ke D dan kembali mengemudi seperti biasa.
Kena tanjakan panjang atau mau nyalip kontener? Sebelom eksekusi, geser ke D3, gaspol sejadi jadinya, biarkan suara peresan tebu dari mesin L12A aipitek nya meraung ke dalam kabin. Selesai. Ga ada yang perlu ditakutkan wkwkwkwk.
Tidak ada hambatan buat Brio ini untuk mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, bersama Brio ini saya uda sampe Cirebon, Gunung Pancar, Subang, Bandung, Bayah, Malimping, Tanjung Lesung, dsb. yang trayeknya lumayan menantang dan semula saya kira Brio ini GC nya sangat rendah seperti Jazz GE, ternyata selama pake Brio, buat rute dan cara bawa plus muatan yang relatively sama, lebi jarang gasruk dari Jazz GE, bisa disimpulkan lah ya mengenai GC nya.
5. Modifikasi
Ubahan yang pernah saya lakukan di Brio ini yaa ga jauh2 dari…
1. Lampu depan, semula pake Osram Allseason 100/80 + relay MX11 yang banyak dipuja puja member forum sebelah, eh relaynya kalah, saya pindah ke mubil lain yang relaynya bikin sendiri, bohlamnya kalah. Akhirnya balik pake 60/55 Philips Premium dengan kewaspadaan lebih saat hujan dan daerah berkabut.
2. Klakson. Simple aja. Pake Denso keong.
3. Speaker split 2-way di depan, biar ga karton karton amat, beserta peredam di pintu depan, biar doortrim kagak lepas sendiri pas digebuk bass
4. Sarung jok murahan aja deh biar jok ga kotor pas bawa barang berdebu
5. Karpet dasar, sama kasi peredam dikit biar ga terlalu memprihatinkan NVH nya.
6. Ban. Good Year bawaan memang cukup baik, tapi telinga saya ga tahan mendengan deru ban yang terus menerus, pasang eco-tire dengan ukuran standard di keempat roda, jadilah sedikit lebih hening dan sedikit lebih empuk. Sedikit. Pasti ada alasannya kenapa Brio CBU Thailand pake eco-tire. Even mengurangi handling sedikit, gapapa. Kuping saya lebih penting. Cuma Champiro Eco sih. tapi gapapa, yang penting murah.
6. Verdict
Diperkenalkan tahun 2012 sebagai mubil rakyatnya Honda, Brio ternyata bisa survive di market lokal sebagai city car / lcgc / mubil rakyat yang memiliki value di fun-to-drive dan kebanggaan menenteng kunci dengan emblem H tegak yang sangat disukai kaum social climber dan tentunya para fanboy Honda dengan kantong yang agak ngirit.
What I like from this car is:
- Irit bensin. Sangat irit. Sesial sialnya saya pake Brio di rute dalam komplek, dalam komplek ya bukan dalam kota, jarang sekali kurang dari 1:8.5 dengan pertalite atau 1:9 dengan Shell Super. dalam kota Jakarta yang edan ini jarang dibawah 1:10, luar kota jarang di bawah 1:15. minimal oktan 90. versi baru bertransmisi CVT dan bertenaga sedikit lebih besar seharusnya bisa lebih irit lagi.
- Sparepart fast moving yang sangat banyak substitusinya, body part juga banyak tersebar, dengan harga parts replacement yang jauh lebih murah dari pemeliharaan di bengkel resmi. Bisa 1/2 atau bahkan 1/3 biaya service di BeRes.
- Jaringan BeRes yang sangat membantu dan sangat sigap menyelesaikan keluhan, seperti halnya saat spooring kurang lempeng dan ada sedikit bebunyian dari bagian belakang.
- Durability kelas badak, saya belom pernah ganti apapun selain kampas rem Bendix di 25rb km (itupun kampas aslinya masih ada beberapa mili) dan aki di 28rb km (masih 60% pas dicek pakek scanner aki) plus oli mesin rutin 3000 km pakek Idemitsu 10w-30 atau 7000 km dengan Honda e-Pro Blue 5w-30 dan menambah sedikit radiator coolant secara rutin sampe 30rb km ini, surprisingly saya heran kenapa seekor hondul kecil kasta sudra bisa lebih kuat dari seekor apansa yang katanya sangat amat durable. Selama bebrapa kali pake apansa maupun seniya matic, kampas rem uda harga mati ganti terus di 20rb km, busi per 20rb pasti ganti, sokbreker belakang tiap 40rb pasti minta duit, sokbreker depan di 50-60rb juga pasti minta duit, di Brio ini tidak ada hal-hal yang aneh sampe 30rb km. Di luar perkiraan saya.
- Handling yang menggembirakan dan sangat fun-to-drive.
- Secara ekonomis, nilai depresiasi yang SANGAT kecil. Boleh dicek depresiasinya kecilan mana sama apansa yang katanya sangat liquid wkwkwkwkwk. Sodara saya beli Satya 2015 di angka 117 juta, pas dijual 2016 kemarin masih laku 105 juta. Wow. Hanya 10% per tahun. Brio saya beli di 2014 seharga 145 juta, 2 bulan lalu pas usianya tepat 2 tahun setelah perpanjang STNK, masih ditawar dealer mobkas senilai 120 juta. 2 tahun depresiasinya ga sampe 20%. Very amusing!
What I dislike:
- Jauh dari kata nyaman dan hening. Kasi peredam adalah hal yang mutlak.. sama Michelin XM2. Sayangnya saya baru mampu beli GT Champiro Eco wkwkwkwkwk.
- No bootspace. Ga ada bagasi yang layak. Sangat merepotkan kalo lagi mau bawa barang dengan volume yang besar
- Build quality yang memprihatinkan. Uda ga perlu dijelasin lagi ya..
Wishlist:
Jazz GE8 FL OEM Rims + Michelin Pilot Sporty 195/50 R16
Kayaba Excel G rear shocks.
Under Control 2 point Strutbar
ORD FP - DP - Silent EM
K&N Replacement Air Filter
Osram Allseason Plus 60w/55
Unichip Dastek + Throttle Controller
Peredam 1 body, melengkapi yang belom dikasi peredam
better daily audio system
note: kalo 2 tahun ke depan belom dijual.
Yaa demikian review saya atas besutan adik dan ibu saya, usahakan saja beli Brio yang baru, karena harga 2nd nya sangat tidak masuk akal, depresiasinya sangat kecil. New is always been better, isn’t it?
Salam mesin parut kelapa.
Cheers.
oiya, foto.


