Setelah lama menjadi silent reader dan kontributor komen-komen datar, izinkan nubie mengulas mainan terbaru di kandang ane.

Spek si janda: kelahiran 2003, base model non-S, Tiptronic transmission, 2700cc 6 cylinder 228 HP. Odometer di 25 ribu km. Cat eksterior Guards Red dan warna interior Savanna Beige.
Now let's get it on!
Sejarah Boxster
Porsche di era 90-an dengan lineup model 911, 928, 968 yang menua dan mahal

Untuk menghemat biaya pengembangan dan produksi, Porsche berkonsultasi dengan Toyota (surprise!)

1. Pemakaian common parts dengan model lain (banyak parts interchangeable dengan 911 seri 996)
2. Arsitektur mesin yang dikembangkan juga untuk 911 seri 996
3. Perakitan sebagian batch dialihkan ke Valmet Finlandia
Konsep pertama Boxster hadir tahun 1992 dengan design roadster atraktif, dan terpenting adalah realistis untuk diproduksi. Cantik bukan? Saya masih ingat, waktu SMA pertama lihat foto konsep ini di majalah....saya berpikir ini mobil tercantik di dunia.

Dengan konsep 2 penumpang serta mesin di tengah (mid engine), Boxster merupakan versi lebih kecil, simple dan murah dari 911. Tidak heran diberi julukan "The Poor Man's Porsche". But really, there is nothing cheap about its looks, handling or costs. Malah sebaliknya, ada beberapa keunggulan Boxster dibandingkan si kakak besar 911.
Generasi pertama berkode 986 diluncurkan tahun 1996 dengan mesin 2,5 liter 201 hp dengan 2 pilihan transmisi: manual atau Tiptronic, keduanya dengan 5 kecepatan.
Pada tahun 2000, mesin tersebut diupgrade dengan mesin 2,7 liter 217 hp dan versi Boxster S juga diperkenalkan dengan mesin 3,2 liter 250 hp, suspensi yang lebih keras, rem lebih besar dan beberapa fitur tambahan.
Versi facelift tahun 2003 menggunakan mesin berkapasitas sama yang ditune untuk tenaga lebih besar (225 hp untuk Boxster, 258 hp untuk Boxster S), jendela belakang dari bahan kaca menggantikan mika di versi sebelumnya, laci (ya, Boxster awal tidak dilengkapi laci), bumper berdesign baru, lampu sen clear smoke dan suspensi tipe standar menggunakan per dari versi S.
Handling & Kenyamanan
Dengan posisi mesin di tengah (mid-engine), Boxster seketika mengubah sifat handling 911 yang cenderung mudah oversteer menjadi lebih netral. Distribusi bobot lebih ideal (47 depan / 53 belakang), bobot ringan dan dimensi kompak ternyata menjanjikan "driving fun" yang hampir menyamai 911.

Velg berdiameter kecil (16") dan ban yang relatif tebal masih cukup nyaman melewati jalan-jalan ibukota dan Tangerang Selatan

Satu hal yang saya heran; sangat sulit mendapatkan posisi mengemudi yang pas. Setiap kali saya bawa mobil ini, pasti terasa harus merubah sesuatu entah itu sudut sandaran maupun sudut dudukan. Entahlah, mungkin bentuk badan saya memang sudah tidak sesuai dengan mobil sejenis ini

Performa
Diatas kertas, 225 hp dan 250 Nm sepertinya tidak menjanjikan performa yang luar biasa. Dan memang kenyataannya demikian jika hanya akselerasi yang dicari. Tidak akan lebih cepat dari sedan-sedan semisal 328i atau C250.
Tetapi jika bicara respon mesin dan bunyi yang dihasilkan mesin flat-6 nya, maka akselerasi, top speed dll menjadi tidak relevan dibanding sensasi yang didapat. Mesin ini sangat suka digeber; semakin tinggi RPM maka semakin seksi suaranya dan perpindahan gigi Tiptronic berlangsung smooth. Top speed klaim pabrik di 248 km/jam; speedometer yang terpasang memang bukan bohongan ya


Note: warning error pertama kali saat inspeksi. Ada kabel sensor yang bermasalah waktu itu.
Perlengkapan
Power window, central lock, climate control AC, motorized soft-top, electric seats with memory, Litronic (HID standar pabrik), cup holder, trip computer, CD player radio dan 2 speaker. Oh, dan mobil ini ada 2 bagasi....1 di depan dan 1 di belakang. Siapa bilang sports car tidak bisa dipakai untuk sehari-hari?
Sudah, itu saja fiturnya. Benar2x spartan; jangan mimpi ada MP3, Bluetooth, nanoe-AC, dll.
Soft top beroperasi cukup cepat dikisaran 12 detik, dan lulus ujian hujan lebat akhir-akhir ini


Kekurangan pertama, stereo sounds like crap. Dengan 2 speaker di dashboard, terkadang saya terbayang sedang mengendarai mobil 2 pintu dengan bak terbuka, bukan atap terbuka.
Kekurangan lainnya, mobil ini tidak dilengkapi tilt steering (naik-turun) walaupun sudah ada telescopic adjustment (maju-mundur) dan seat memory, bahkan key memory dimana suami dan istri (pacar?) bisa menggunakan kunci berbeda dengan posisi kursi dan spion yang sudah tertanam di memory.
Tetap saja, tiada tilt steering adl sesuatu yang menurut saya sangat-sangat

Well, even Porsche can make mistakes.
Biaya
Mahar sangat tergantung dari kondisi, warna dan option. Boxster generasi awal sudah menyentuh kepala 3 tinggi dan 2003 ada yang mengiklankan kepala 5 rendah.

Biaya perbaikan, well saat ini saya sedang menanti (dengan was-was) perincian dari Porsche Center Jakarta untuk beberapa hal yang perlu dirapihkan seperti reset indicator. Tunggu updatenya ya.
Supaya hemat, saya sudah lakukan sendiri bbrp pekerjaan sederhana di rumah seperti:
1. Ganti shock bagasi depan dan belakang
2. Ganti air filter
3. Ganti pollen filter
4. Kuras oli transmisi dan ganti filter serta gasketnya

Parts mudah dicari di beberapa online store yang memang spesialis Porsche maupun mobil Eropa.
Kelebihan
+ Design
+ Handling
+ Good investment, very low depreciation
+ Build quality sangat solid
+ Memotivasi hobby baru... perbaikan mobil Do-It-Yoursel
+ That [cencored] sound....rumble rumble
+ People notice you (with smile and thumbs up)
+ Girls notice you
Kekurangan
- Posisi mengemudi
- Crappy stereo
- Hanya 1 dealer resmi dan sedikit spesialis
- Tidak ada tilt steering
- Bea Cukai Indonesia. Membuat spare parts lebih mahal dari seharusnya
- People notice you (with envious looks)
- Wife notices those girls notice you

Would I buy it again?
Absolutely