Toyota Siap "Menyapu" Pasar SUV

Segala mobil tipe SUV (2WD/4WD). (Cherokee, Terios, Rush, dll).

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

User avatar
pinoh_boy
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1136
Joined: Thu Mar 04, 2004 6:47

Toyota Siap "Menyapu" Pasar SUV

Post by pinoh_boy »

Toyota Siap "Menyapu" Pasar SUV


"Gedung-gedung termakan oleh usia dan menjadi rusak.

Mesin-mesin menjadi aus.

Manusia meninggal.

Namun, merek terus bertahan".

Demikian dikatakan oleh Sir Hector Laing, Chief Executive Officer di United Biscuit plc, di Inggris seperti dikutip oleh Paul Temporal dalam bukunya bertajuk "Branding in Asia". Kata-kata itu sarat pesan bagi para pemilik yang menjalankan perusahaan dengan banyak portofolio merek. Pesan ini juga relevan dengan masa-masa yang penuh pergolakan, dengan periode perubahan yang besar dan cepat di era abad 21 sehingga memerlukan kemampuan untuk bertahan.

SAYANGNYA, banyak perusahaan yang tidak mempunyai kemampuan yang memadai. Terbukti banyak perusahaan yang berada dalam daftar Fortune 500 pada satu dekade lalu, sekarang tidak lagi termasuk dalam daftar tersebut. Ketika krisis terjadi tak sedikit dari perusahaan lainnya yang kemudian ikut tercoret dari daftar.

Gambaran di atas berlaku umum, termasuk di sektor industri otomotif. Para pelaku yang tidak mampu bertahan dan tak pandai membaca perubahan pasti tergulung. Mereka yang mampu dan bisa melakukan transformasi dengan baik, maka akan keluar menjadi pemenang dan tetap stabil mengendalikan kapal usahanya di tengah badai persaingan yang keras.

Mampu menjaga dinamika

Toyota Motor Company merupakan salah satu perusahaan yang mampu membaca perubahan itu. Industri yang kini dikendalikan Hiroshi Okuda Chairman Toyota Motor Corporation (TMC) tak hanya bisa bertahan dan eksis di dunia, tetapi menjadi yang terkuat kedua di dunia.

Menurut data pendahuluan yang dikeluarkan TMC yang juga pernah dilansir media ini, selama kurun waktu 2003 raksasa otomotif Jepang ini mampu menjual produksinya sebanyak 6,78 juta mobil di seluruh dunia, meningkat 9,9 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 6,17 juta mobil.

Bahkan, industri mobil yang bermarkas di Nagoya City itu memiliki basis industri di Amerika Serikat, Kanada, China, Perancis, Meksiko, Thailand, bahkan kabarnya di Ceko (Eropa timur) dan negara-negara lain dengan kapitalisasi pasar sebesar 120 miliar dollar AS (sebuah ukuran yang menunjukkan seberapa besar investor yakin bahwa perusahaan itu berharga), empat kali lebih besar dari Ford, dan lebih besar dari nilai saham Ford, General Motors, dan DaimlerChrysler bila digabungkan menjadi satu.

Bahkan, yang membuat seluruh pelaku otomotif dunia bergidik adalah kinerja TMC dalam meraup laba. Perusahaan ini meraup keuntungan terendahnya sekitar 7 miliar dollar AS tahun 2003 atau setara dengan Rp 66,5 triliun. Jumlah itu sekitar 17 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kabarnya perolehan laba ini akan meningkat 27 persen.

Banyak cara dilakukan oleh TMC untuk mempertahankan eksistensi pasar mereka di negara mana pun di dunia, termasuk di pasar yang telah digenggam oleh General Motors, Ford Motor Company, dan DaimlerChrysler. Upaya yang mereka lakukan tak hanya sebatas menekan biaya produksi dengan cara menghilangkan sistem gudang dengan konsep just in time delivery. Akan tetapi juga melakukan inovasi teknologi mulai dari bahan bakar bebas timbal, mesin hemat energi, mesin dengan energi listrik, matahari, hingga energi alternatif biodiesel.

Upaya tak berhenti sampai di situ. TMC terus berusaha menguasai pasar sebesar-besarnya dengan varian model dan range harga yang lebar sehingga peluang untuk menang tetap ada. Mereka tak peduli, begitu saham mayoritas ditancapkan pada sebuah perusahaan di suatu negara, maka saat itu pula Toyota ingin menjadi mayoritas, baik di jenis kendaraan niaga, penumpang, sport, multifungsi, hingga kendaraan off road dan truk.

Dipaksa mencari pasar

Strategi pasar yang diberlakukan TMC seragam di seluruh anak perusahaannya di dunia, termasuk di Indonesia. Melalui anak perusahaannnya Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang 95 persen sahamnya dikuasai TMC, dan divisi pemasaran yang sahamnya hampir berimbang antara Astra Internasional (AI) dan TMC ini diminta untuk tetap menjaga eksistensi pasar. Hal itu untuk mengatasi stagnasi pasar Kijang Grand dengan membuat Kijang kapsul. Namun, menjelang lima tahun terakhir Kijang kapsul pun mengalami pertumbuhan pasar yang lamban, nyaris tetap berada di kisaran volume 5.000 unit per bulan.

Oleh sebab itu, ketika manajemen Toyota Astra Motor (TAM) dipecah melalui penjualan saham menjadi dua jalur, industri dan pemasaran program inovasi pun dilakukan. Produk pertama TMMIN adalah Toyota Avanza yang masuk ke pasar awal tahun 2004. Pasar pun tersentak, jumlah pemesan meledak hingga harus inden sembilan sampai satu tahun lebih, dengan uang tanda jadi Rp 5 juta. Kini produksi mulai stabil dengan kemampuan pasok antara 6.000-7.000 unit per bulan.

Belum lepas dari kaget, TMMIN kembali meluncurkan Kijang Innova. Mobil yang dijuluki global quality ini tidak hanya diperuntukkan bagi pasar Indonesia, tetapi juga ekspor. Bahkan, mobil yang dijual dengan range harga Rp 157 juta hingga Rp 205 juta ini tak membuat konsumen dengan bekal Rp 15 juta untuk tanda jadi mundur dari daftar panjang antrean. Tak jarang terdengar kabar, konsumen dijanjikan mendapatkan mobil pada Maret 2006, padahal pesannya April 2005. Kapasitas yang terbatas inilah yang membuat daftar antre semakin panjang. Oleh sebab itu TMC pun buru-buru mengucurkan 50 juta dollar AS untuk memperkuat basis produksi mereka di TMMIN.

Bersiap menggebrak pasar

Belum berhenti orang antre, TMC pun memerintahkan kepada manajemen di TAM untuk membuka akses pasar baru bagi kendaraan jenis SUV yang mereka beri nama produk hasil dari proyek Innovative International Multipurpose Vehicle (IMV project). Kali ini Toyota akan meluncurkan model SUV dari proyek berskala global yang pemasarannya mencakup 140 negara tersebut. Mobil IMV ini diberi nama Fortuner.

Produk unggulan TMC yang basis produksinya berada di Thailand dengan kapasitas produksi 30.000 unit per tahun ini masuk ke pasar pertama kalinya pada Januari 2005. Pasar Indonesia rencananya akan kebagian sekitar 10.000 unit per tahunnya.

SUV ini memiliki platform desain produk IMV yang embrionya merupakan perpaduan Hilux-Vigo dan Innova. Produk ini diyakini mampu merebut pasar karena produk ini didukung oleh vendor dari berbagai negara, termasuk ASEAN yang memiliki tarif masuk nol persen sehingga harga jualnya dipastikan lebih kompetitif dari produk sejenis merek pesaing.

Menurut sumber dari TMC, dengan platform IMV ini memungkinkan TAM mampu menekan biaya produksi hingga 25 persen. Agar tetap menang, kata sumber tersebut, tentunya TMC tidak akan mengabaikan obsesi model dan keandalan yang diimpikan konsumen di jenis kendaraan ini.

Konsep utama Fortuner adalah kendaraan SUV, yang tentunya mengutamakan kenyamanan berkendaraan di segala medan dan kondisi. Desainnya membulat dan modern menimbulkan kesan maskulin.

Target pasar mereka di Thailand, Argentina, Afrika Selatan, dan Indonesia dengan sasaran pasar masyarakat urban. Kapasitas penumpang sebanyak tujuh tempat duduk. Dimensi kabin Toyota Fortuner panjangnya 2,880 meter dan lebar 1,475 meter, dengan ruang kaki yang luas.

Mesin bensin berteknologi VVT-i (variable valve timing with intelligence), yang menghasilkan tenaga besar dan responsif. Toyota bahkan berani mengklaim bahwa Fortuner memiliki torsi terbaik di kelasnya.

Selain bertenaga besar, mesin VVT-i juga hemat bahan bakar serta ramah lingkungan. Teknologi VVT-i menitikberatkan pada pergerakan katup yang fleksibel sebesar 60°, sesuai dengan kebutuhan mesin.

Ketika putaran rendah, katup hanya akan membuka sedikit, namun jika pedal gas diinjak untuk mengejar akselerasi, maka katup akan menyesuaikan lebarnya sesuai dengan putaran mesin. Pergerakan katup yang fleksibel ini menyebabkan udara dan bensin yang masuk ke ruang bakar tidak berlebih dan mesin akan menghasilkan tenaga besar dengan bahan bakar seefisien mungkin. Keseimbangan antara pasokan udara dan bensin dalam proses pembakaran juga mengurangi jumlah emisi gas buang yang dihasilkan.

Fortuner juga dilengkapi dengan mesin diesel berteknologi D-4D yang memiliki keunggulan sama dengan versi bensin VVT-i. Namun, ketergantungan mesin D-4D pada ketersediaan bahan bakar solar dengan komposisi sulfur rendah (solar plus) membuat Toyota belum dapat memutuskan apakah Fortuner bermesin diesel akan dipasarkan di Indonesia.

Teknologi terkini lain yang dapat ditemukan di Fortuner adalah adaptasi "Gate-Type Auto Transmission" sehingga transmisi otomatis Fortuner memiliki penampilan yang stylish dengan handling mantap, seperti transmisi manual. Faktor keamanan Fortuner selain ditunjang oleh fitur-fitur keselamatan seperti kantong udara, sensor mundur, dan sistem pengereman antilock brake system (ABS), juga dilengkapi dengan sistem keamanan ganda yang memanfaatkan teknologi sinar infra merah di kunci kontak.

Di Indonesia, Fortuner akan bersaing dengan produk-produk SUV dari dua penguasa pasar Nissan dan Honda yang masing-masing memiliki pangsa pasar lebih dari 35 persen. Pasar SUV memang menunjukkan tren meningkat, dari sekitar 22.000 unit di tahun 2002 menjadi sekitar 31.000 unit di tahun 2004 sehingga menggoda para pemain otomotif untuk menikmati pasar yang berkembang tersebut.

TMC yang bermarkas di Nagoya pun membaca itu dan mereka ingin merebutnya. Pertanyaan besar karena selama ini Nissan X-Trail, Ford Escape, maupun Honda CRV adalah penguasa pasar SUV dan memiliki konsumen yang loyal. Namun, sejarah selalu membuktikan, TMC akan selalu ngotot dan ingin menjadi pemenang. Kita tunggu siapa yang akan jadi pemenang pada akhir tahun 2005 ini.(