Kali ini saya akan mempersembahkan sebuah special review, Yah karena mobil yang di review juga sangat spesial dan nggak setiap hari bisa dapet kesempatan.
Intro
Hari Sabtu kemaren saya diajak oleh Ivan (MojoBerry) untuk datang ke Lenmarc karena katanya ada launching McLaren. Ummm serious, McLaren? Saya kira McLaren mau buka dealership di Lenmarc juga, ternyata enggak, cuma event launching dan TD saja. Wow... Test Drive, seriously? Saya gak berharap banyak, paling bisa liat - liat aja udah bagus.
Banyak yang gak percaya dan pesimistis bisa dapat test drive sehingga urung ikut. Saya dan Ivan dengan modal nekat datang ke Capital Lenmarc, isi buku tamu dan ngobrol - ngobrol. Dan ketika kita tanya "itu mobil di depan boleh dicoba?" sambil nunjuk 650S warna Volcano Orange yang sudah standby, seorang eksekutif dari McLaren Jakarta yang ngobrol dengan kami bilang "Oh bisa, boleh aja koh". WOW. Ini saya nggak mimpi kan? Boleh test drive McLaren?

Some people will regret their decision not to join us




“British” Supercar ?
Well... saya bingung mau dimulai dari mana.
Bicara tentang supercar, otak kita sudah otomatis ter direct kepada 2 pabrikan Italia paling tersohor : Ferrari dan Lamborghini. Bahkan bicara otomotif saja kita tau bahwa Itali adalah “ahli” nya supercar. I mean, sama seperti Toyota, orang mana yang nggak tau bahwa Ferrari dan Lamborghini adalah spesialis mobil-mobil yang patut diberi tag “super” ?

Tapi bagaimana reaksi anda ketika mendengar kata “supercar Inggris” ? Seems a bit weird for your ears ? Seakan dua kata ini bukan suatu kata yang bisa dipasangkan ? karena ketika bicara mobil buatan Inggris kita nggak akan terlintas merek supercar manapun. Mobil buatan Inggris identik dengan mobil ultra-luxury : Jaguar, Land Rover, Rolls Royce, MINI, Bentley, Aston Martin. 2 yang saya sebutkan terakhir pun meskipun pakai mesin besar juga bukan supercar, lebih ke arah Grand Tourer. British is famous with the “craftsmanship”, not “engineering”.

Mungkin sudah ada yang tau, tapi saya rasa kebanyakan nggak tau merek ini adalah buatan Inggris. Saya sendiri aja awalnya nggak tau, begitu tau “HAH? British?”. Merek ini pernah membuat mobil fenomenal dan mendapatkan gelar “fastest car” sebelum lahirnya Koenigsegg Agera, Pagani Huayra, dan Bugatti Veyron.
You are right, it’s McLaren. Merek yang baru – baru ini bangkit kembali dengan memproduksi supercar MP4-12C pasca lepas dari Mercedes, mobil produksi pertama mereka setelah McLaren F1 di pertengahan 90s. Saya nggak akan cerita panjang soal perusahaannya karena akan sangat complicated, saya hanya akan cerita sedikit soal MP4-12C, karena bicara 650S gak akan lepas dari MP4-12C.

The McLaren Way , the British Way
Supercar, terutama Itali, didesain untuk berorientasi pada pemakaian di track : suspensi yang sangat keras, peredaman yang sangat minim karena mengejar pengurangan bobot, ban yang berisik, panas mesin yang masuk ke kabin, transmisi yang jerking di low speed dan yang paling parah : sangat tidak reliabel.
Dan jika anda berpikir McLaren juga menciptakan supercar yang demikian untuk compete dengan Ferrari 458 atau Lamborghini Gallardo, yup, anda salah besar. MP4-12C adalah supercar yang cukup “spesial”, made in a British way like no other.

Berbekal pengalaman di F1, MP4-12C didesain berdasarkan mobil F1 mereka, MP4/1. Beberapa break-through engineering yang dilakukan oleh McLaren pada 12C :
-Chassisnya menggunakan carbon fiber monocell dan desain kokpit yang “cocooned” seperti F1. Diklaim sangat kuat dan sangat ringan.

-Brake steer, yang otomatis mengerem ban sisi dalam pada saat cornering. Teknologi ini dulu sempat diaplikasikan di F1 dan disembunyikan oleh McLaren, yang lucunya, kepergok saat seorang jurnalis memergoki adanya “pedal ke-4” dan teknologi ini akhirnya di-banned dari F1.


brake steer di McLaren F1
-Proactive Chassis Control, berbeda dengan independent suspension biasa, PCC di MP4-12C membuat setiap rodanya bisa bergerak benar-benar independent, suspensinya terhubung dengan aktuator hidrolis yang mengontrol pergerakan tiap dampernya.

Saya belum pernah menjajal MP4-12C, tetapi menyadur semua referensi yang saya ambil sebelum membuat review ini, setidaknya dari 3 review berbeda : TopGear UK, MotorTrend, CarThrottle, ketiganya menggunakan term yang sama untuk mendeskripsikan kenyamanan MP4-12C dan memberikan pujian tertinggi : “Like a Rolls Royce”. Phew.
Dan 650S, adalah penyempurnaan dan penerus dari MP4-12C. Seriously saya yang masih sangat penasaran dengan MP4-12C malah dapat kesempatan untuk mencoba penerusnya. Saya jujur saking deg-degan nya mencari sebanyak mungkin cross-reference di internet termasuk review media yang reliabel, untuk memastikan apa yang saya tulis ini beneran dan tidak mengada - ada, also my first time in a supercar, saya takut bikin review yang salah dan misleading sehingga nggak dapat pointnya.
Dan mohon maaf kalau review kali ini kurang memuaskan karena keterbatasan tempat, waktu, dan bensin...


Well, here goes the review.
Exterior
Ubahan terbesar dari MP4-12C ke 650S adalah tampilannya. Jika MP4-12C memiliki front-end yang terkesan kalem, 650S menggunakan front-end dari hypercar mereka : P1.




Dan berbeda dengan Lamborghini yang doyan menggunakan aksen kotak – kotak dan garis – garis tegas untuk membuat mobilnya terlihat garang, McLaren justru memilih untuk terlihat understated dengan lekukan – lekukan membulat, yang nggak maksa kayak lekukan di Avanza tentunya. Membuat 650S terlihat sangat elegan dan mempunyai aura yang berbeda dari pesaing – pesaingnya. Yah, at least for me it looks better than 488, Huracan, even its predecessor MP4-12C.

Practically di exterior 650S layaknya MP4-12C dikasih front-end P1, karena bagian samping dan belakangnya nggak berubah. Ahh, love that rear-end too. High mounted mufflers and line shaped tail lights. Cocok buat manggang motor-motor alay di jalan, dengan aftermarket exhaust yang bisa keluar api tentunya. Konon ada 1 prototype MP4-12C yang bumpernya sempat meleleh akibat pengaplikasian muffler di atas ini.

Wheels ? New forged wheels yang diclaim McLaren lebih ringan dan dibalut ban Pirelli P-Zero Corsa 235/35/19 dan 305/30/20. Konon Pzero Corsa ini juga spek khusus yang berbeda dengan Pzero Corsa di MP4-12C terdahulu. Aaaaand.... Massive carbon ceramic disc brakes with 6pot in front and 4pot rear.
Did i miss something? Oh yes, it’s a convertible!
Interior
Oh my.... i am not dreaming right? Perasaan saya campur aduk bahkan sebelum masuk ke dalam kokpit. Siapa yang nyangka saya dapet kesempatan yang sangat berharga buat njajal mobil yang harganya setara rumah di kawasan elite sekalipun? And i’m REALLY on it man...


Masuk ke kokpit, surprisingly nggak terlalu sulit seperti kebanyakan supercar, saya cuma sedikit kesulitan karena dek sampingnya cukup tinggi sedangkan posisi joknya landai sekali, sisanya piece of cake. Posisi nyetir, support joknya pun sempurna. Dan saya sedikit bingung waktu awal masuk jok nyari tombol atau tuas buat maju mundurin, saya kira seat nya fixed, karena kebanyakan mobil yang saya coba tombol electric seatnya di samping kanan jok, yang ini ternyata di............ bawah jok, setelah kuliah kurang lebih 2 SKS untuk maju mundurin jok dan naik turunin setir doang...


Interior berbalut alcantara dan layout kokpit yang menyenangkan. Build quality juga *tentunya* sangat baik dan sangat premium. Well, it’s a hundred thousand dollar car, build quality shouldn’t be an issue.
Tombol – tombol mudah diraih dengan jangkauan tangan, sangat user friendly dan sangat mudah mengoperasikannya, kecuali mematikan TCS yang ternyata setelah saya liat – liat yutub butuh prosedur “khusus” dan Bapak M yang bertugas menemani saya merahasiakannya, mungkin demi alasan safety, make sense, toh siapa butuh matiin tombol TCS di dalem kota, malah bikin bahaya dengan mobil bertenaga 641 horsepower ini. Saya gak punya nyali sebesar itu terutama di dalam kota Surabaya... kalau nabrak ongkos benerinnya bisa seharga mobil saya di rumah...
Desain layout center dash ini sekali lagi bahkan ditiru oleh pabrikan partner mereka di F1 untuk compact SUV mereka......... HR-V. Ya bisa dimaklumi karena McLaren punya hubungan baik dengan Honda di motorsport...

Driving...
Yeah... the most interesting thing. One more time I DON’T REALLY BELIEVE THIS, I’m sitting on a cockpit of a V8 Twin-Turbo powered supercar, and now i’m starting the engine. Saya masih memastikan apakah ini beneran atau Cuma mimpi.

Basically nomenclature 650S berasal dari angka horsepowernya : 650 PS atau setara dengan 641 horsepower. Torsinya? 678Nm yang sudah keluar di 3000 – 7000 RPM. Berbeda dengan supercar kebanyakan yang mengandalkan automated manual, 650S menggunakan 7-speed SSG (Seamless Shift Gearbox) Dual Clutch.

Basically unit M838T Flat-planed V8 ini masih sama dengan yang digunakan di MP4-12C terdahulu. Ubahannya berupa : revised pistons, revised timing, new exhaust valves, new exhaust system. Dan basically M838T digunakan oleh semua line-up Mclaren termasuk hypercar P1. Hanya dengan 1 mesin McLaren bisa membuat banyak variant dari 540C, 570S, 650S, 675LT, dan P1. Phew. Turbonya sendiri, well, supplied by Mitsubishi Heavy Industries, tapi berbeda dengan turbo di Lancer Evo ya.
Suara start-up nya kalem dan halus, mungkin juga pengaruh insulation nya. Saya sedikit ngeri mau injak pedal gas...

Oh.... wow... smooth...

Halus dalam arti sesungguhnya, nggak nyentak, tapi jalan ngikutin kemauan saya. Bukan saking halusnya nggak ngerespon kayak MPV sejuta umat yang saya coba seminggu sebelumnya. OK turun dari parkiran Lenmarc, saya agak sedikit takut mentok karena Gcnya yang pendek dan saya kebiasa pakai mobil tinggi. Well, ketakutan saya nggak terjadi. Mobil ini ternyata masih sangat aman overhang depannya.
Keluar ke jalan, 650S beneran sangat mudah dijinakkan, untuk seorang yang pertama kali menyentuh supercar sekalipun. Dan yang dikatakan oleh Clarkson beneran nggak lebay, it is REALLY that comfortable. Di jalanan keriting Surabaya sekalipun, it is REALLY-REALLY COMFORTABLE. In a level of Rolls Royce? I don’t know. Yang jelas bahkan lebih nyaman dari BMW seri-5 sekalipun. Dibandingkan Jaguar XJ 3.0, saya rasa mirip-mirip empukan Jaguar dikit. And i am REALLY serious abt this. Kerasa nyetir sedan mewah pakai casing supercar. The PCC is working really brilliant.
Merayap di jalanan ramai pun saya nggak ngerasakan jerking dari transmisi seperti kebanyakan supercar dengan transmisi automated manual, yes karena 650S menggunakan 7-speed SSG (Seamless Shift Gearbox) dual clutch. Untuk level dual clutch sekalipun tergolong sangat.... sangat halus. Paddle shifternya pun saya suka, mechanical feelnya sangat terasa sekali.
OK lalu saya berbelok ke Citraland, the SM secret proving ground. Cari tempat sepi dan saya memberanikan diri injak gas dalam ... 3.... 2..... 1......
BANG! This is really a shocking revelation. Seketika mobil yang daritadi saya rasakan sangat smooth menjadi buas, kepala dan punggung saya kayak ditarik seseorang dari belakang . Ketika saya lihat speedometer sudah menunjuk angka 116 km/h, gila! Saya nggak berani lanjutkan karena jalannya nggak mendukung, but it is F*CKING INCREDIBLY FAST! This is how it feels driving on a car that hits sixty mph in 3seconds. Biar gampang bayanginnya, mobil terkencang yang pernah saya bawa sebelum ini adalah WRX STi A-Line yang 0-100 km/h ditempuh dalam 6.7secs. Dan mobil itu buat saya sudah tergolong sangat kencang. 650S? TWICE as fast. DUA KALI.

Lalu saya cari belokan, and in fact it is an RWD car, it must be oversteer, even with that massive power, even if the traction control is on. But...?
Slow entry.... corner exit... hit the gas.... Uh? 650S berbelok sangat presisi sekali sesuai keinginan saya. Bokongnya nggak liar walaupun saya gas pol keluar tikungan. Well, thanks to that brake-steer tech that makes this brilliant cornering performance done very nice.
Dan in fact mobil ini memiliki lebar nyaris 2.1 meter dan panjang 4.5 meter, that’s about as long as BMW X3, wider than BMW X5. Tapi berada di dalam mobil ini tidak terasa panjang dan lebar. Terasa sangat compact walaupun dimensinya cukup besar. Saya jadi percaya diri untuk bermanuver dengan 650S. Dan fakta bahwa bobot mobil keseluruhan hanya 1.3 ton, that’s really light. Mobil ini sangat-sangat lincah dan feels so compact. Steering nya juga very-very lively. Feedback nya sangat natural dan response nya juga cepat.
650S memiliki 3 mode settingan damper : Normal, Sport, Track dan 3 mode stability control : Normal, Sport, dan Track. Sayangnya mode Sport dan Track tidak bisa saya eksplorasi karena keterbatasan ruang dan bensin... Yes... Bensinnya sudah hampir habis. Saya juga belum coba LAUNCH CONTROL nya karena di indicator ada tulisan “LAUNCH CONTROL UNAVAILABLE” ... ntah apa maksudnya.


Terpaksa kembali ke Lenmarc. Dan saya mengemudi pada mode automatic, ada 1 hal yang saya notice, gear indicator nya selalu memilih gear yang tinggi ketika cruise pada low speed. Selalu bermain di gear 5-6-7. Pantas bisa smooth sekali padahal Dual clutch, dan claim fuel consumption nya saya kira nggak berlebihan. 17.5L/100KM urban, 11.5L/100KM combined, 8.5L/100KM extra urban.
Di sepanjang perjalanan balik ada 1 tempat yang belum saya explore yaitu head unit, dan Bapak M menyalakan untuk menjelaskan fitur tersebut ke saya, beliau sempat menjelaskan 650S menggunakan sound system dari Meridian. Phew. Tapi sepertinya beliau notice saya nggak tertarik explore HU karena tiba – tiba beliau ngomong “kayaknya HU nya nggak menarik ya mas ?” dan saya njawab enteng “Hahahahaha suara di belakang saya lebih enak pak”. Lalu kita berdua ketawa barengan.
Of course when you got a supercar, a nice sound system is totally overrated, but nice to have also, terutama di McLaren, karena mobil ini bisa digunakan untuk harian dan bermacet – macet ria di jalan.
By the way, ada 1 hal yang hampir saya lupa. Saya mendeteksi beberapa rattle di sekitar dashboard mobil ini, entah mungkin faktor odometer yang sudah cukup tinggi (5000an KM).
Verdict
Well, one hell of an experience. Sayangnya date saya dengan 650S Cuma sebentar. A really lovely supercar, the perfect supercar if i must say.

It is fast, it is sharp, yet it is comfortable. Saya kehabisan kata – kata buat mendeskripsikan mobil ini. she is really THAT awesome. A piece of British Engineering.

Ketika anda punya SANGAT BANYAK uang, bosen main properti dan pengen cari supercar buat sekedar jalan – jalan, pengen tampil beda dari pemilik Ferrari/Lambo/Porsche, mobil ini sangat pas untuk anda. Well, kalau 650S sangat overrated bisa ambil adiknya, 570S yang less powerful tapi gadgetery nya lebih canggih termasuk tacho nya yang sudah full LCD TFT, atau 540C saya rasa juga sudah cukup.

Kalau anda cukup GILA, P1 anyone? US$ 2millions.
Saya pribadi cukup terkesan dengan hospitality pihak McLaren Jakarta yang sudah menyambut kami dengan baik. Thanks a lot! And thanks for the merchandise also! Hope we can meet again next time.




Cukup sekian saja... Selamat membaca. Mohon maaf kalau banyak sekali kekurangannya.