Pro Kontra Oli Diesel Untuk Motor, Ini Kelebihannya
Jakarta - Penggunaan oli diesel pada sepeda motor memiliki keunggulan sesuai perbedaan mendasar oli diesel dan oli khusus sepeda motor. Perbedaan keduanya ada pada nilai TBN pada oli diesel yang lebih besar .
TBN merupakan kemampuan basa di dalam pelumas untuk menetralisir asam yang disebabkan oleh oksidasi. Oksidasi dalam pelumas terjadi akibat kontaminasi BBM di ruang bakar, yang biasanya akan masuk ke bak oli lewat ring piston dan akibat dari temperatur mesin yang tinggi, biasanya karena lingkungan seperti macet atau beban berat,
Angka TBN oli diesel yang tinggi, yang berupa aditif terutama detergent & dispersant, dibutuhkan di mesin diesel untuk untuk membersihkan jelaga (soot) dan juga menetralisir asam hasil pembakaran. Asam tersebut dihasilkan dari pembakaran solar yang mengandung sulfur tinggi, seperti solar biasa yang mencapai 3.500 ppm.
Efeknya pada mesin diesel asam yang dihasilkan tinggi, makanya butuh TBN tinggi. “Padahal asam itu salah satu yang merusak kualitas oli, dengan TBN tinggi maka jadi lebih tahan lama,” ujar Dr. Ing. Tri Yuswidjajanto, Lab Motor Bakar dan Sistem Propulsi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ternyata ada juga oli yang memang bisa untuk mesin bensin maupun diesel, seperti Castrol Magnatec Profesional dengan standar SN/CF
Atas dasar itulah, pecinta oli diesel menggunakan jenis ini. “Dengan TBN tinggi, kerusakan oli akibat asam bisa lebih lama. Di mesin diesel yang asamnya tinggi saja kuat, apalagi di mesin bensin yang asamnya sedikit karena tak mengandung sulfur, makanya periode penggantian oli diesel bisa lebih lama, saya biasanya tiap 6.000 km,” ujar Arya Bisma, salah satu penggemar oli diesel.
Dengan penggantian lebih lama, maka penghematan bisa dilakukan. Seperti yang diilustrasikan Arya pada Suzuki Inazuma andalannya yang tiap bulan menempuh jarak 3.500-4.000 km. Dengan kapasitas oli 2,5 liter, jika rata rata sebulan 3.000 km berarti Arya harus ganti oli tiap 2 bulan (6.000 km). Dengan menggunakan HDEO (Heavy Duty Engine Oil) seharga Rp 75.000/liter, maka:
1 tahun = 12 bulan = 6x ganti oli
1 x ganti oli = 2,5 liter = Rp 75.000 x 2,5 = Rp 187.500, berarti dalam setahun keluar biaya Rp 1.125.000 untuk penggunaan hingga 36.000 km.
Sedang jika menggunakan oli rekomendasi dealer yang ganti tiap 2.500 km, dengan harga misal Rp 50.000/liter maka:
36.000 km / 2.500 = 14x ganti oli.
14 x 2,5 liter oli = 35 liter oli x Rp 50.000/liter = Rp 1.750.000.
Hasilnya ada selisih Rp 625.000. Menurutnya biaya yang dihemat itu bisa untuk meng-cover ongkos servis rutin sebanyak 6x dalam setahun. Hal lain yang ingin dicapai dari komunitas penggemar oli diesel menurut Arya adalah go green. “Dengan penggantian oli lebih lama, yang ingin dicapai ikut mengurangi konsumsi sumber energi tak terbarukan dan mengurangi limbah B3,” ujarnya.
Punya kadar TBN tinggi, periode penggantian bisa lebih lama.Harga oli diesel ada yang lebih murah, tapi ada juga yang lebih mahal dari oli motor
Satu lagi sifat oli diesel menurut Rudy, sapaan Rudy Hartono, oli ini dirancang memiliki antioksidan yang tinggi, untuk mencegah oksidasi yang disebabkan oleh panas mesin, karena mesin diesel memiliki tenaga lebih besar dan panas yang dihasilkan di ruang bakar lebih besar dari bensin.
Efeknya ketahanan oli diesel lebih baik, atau terhadap shear. “Shear merupakan kondisi dimana viskositas oli menurun untuk sementara akibat 2 hal, yaitu suhu yang tinggi dan tekanan yang kuat. Makanya untuk jangka panjang mesin tetap halus,” lanjut Arya. (otomotifnet.com)
---------------------------
http://motor.otomotifnet.com/read/2015/ ... annya-Juga
Pro Kontra Oli Diesel Untuk Motor, Ternyata Ada Kekurangannya Juga!
Pada kopling basah, dikhawatirkan mengakibatkan selip terutama yang mengandung teflon tinggi
Jakarta - Kendati punya beberapa keunggulan, penggunaan oli diesel pada motor juga ada kekurangan. Pertama mengakibatkan boros dan emisi tinggi. Mengapa begitu?
“Karakter mesin motor adalah putaran tinggi, jika pakai pelumas diesel yang karakternya untuk putaran rendah, start-up terasa berat dan tidak bertenaga, apalagi jika digunakan di motor non-matic akan berpotensi selip kopling,” papar Rudy Hartono Husada, Vice President PT Federal Karyatama, produsen Federal Oil.
Hal tersebut tentu berhubungan dengan viskositas oli diesel yang cenderung kental. Di pasaran rata-rata 15W-40, kendati ada juga yang 10W-30 seperti Top 1 HD Plus.
“Efeknya hambatan mesin lebih berat sehingga konsumsi bensin boros dan emisi gas buang juga tinggi, namun kalau sama keencerannya tentu tidak,” imbuh Yus, sapaan Dr. Ing. Tri Yuswidjajanto, Lab Motor Bakar dan Sistem Propulsi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Yus pun sepakat dengan Rudi tentang kemungkinan terjadi selip kopling, karena salah satu aditif oli diesel ditujukan untuk antifriction, padahal oli motor terutama yang berkopling basah butuh friksi sehingga kopling enggak selip. “Namun itu hanya awal-awal saja, karena lama-lama aditif itu akan rusak,” lanjut Yus.
Pada uji dyno ternyata beratnya akselerasi mudah ditemukan, seperti diutarakan Sena Ponda, tokoh freestyle yang sedang rajin road show dyno bersama Honda. “Jika pakai oli diesel, grafiknya seperti gergaji karena putaran mesin berat, sehingga ngegasnya pun harus diurut,” terangnya.

Kekurangan berikutnya dikhawatirkan akan timbul gel dan menimbulkan keausan dalam jangka panjang. “Kandungan TBN di diesel 10-12, chemicalnya umumnya Ca (calsium) atau Mg (magnesium), biasanya Ca di diesel 3.500–4.000 ppm, sedangkan pelumas motor 1.500–2.000 ppm.
Apabila pelumas diesel tersebut digunakan di motor terus-menerus (lebih dari 1.000 Km), maka kelebihan logam Ca/Mg akan mengendap akibat oksidasi menjadi CaSO4/MgSO4, endapan ini akan bersirkulasi dengan pelumas dan akan menempel di filter oli atau masuk ke celah-celah komponen, dan lambat laun akan membentuk gel.
Jika itu dibiarkan maka akan terbentuk boundary lubricant dan mengakibatkan keausan,” papar Rudy yang berkantor di Pulogadung, Jaktim ini. • (otomotifnet.com)