Ada beberapa hal yang tidak pernah berubah dalam kehidupan ini. Sehari ada 24 jam, gula rasanya manis, daun warnanya hijau dan Suzuki Swift yang tidak akan pernah lebih laris dari Honda Jazz dan Toyota Yaris.
Saya tidak pernah habis pikir bagaimana mungkin sebuah small hatchback bagus begini bisa tidak laris dipasaran. Singkirkan sejenak faktor brand image maka akan timbul beragam pertanyaan tentangnya. Saya suka dengan pendahulunya hingga sekarang. Mobil kecil yang bagus dan lincah. James May suka. Richard Hammond juga suka. Apa yang salah?
Okelah ada sedikit "kesalahan" yang dilakukan SIS saat memutuskan untuk men-CKD-kan Swift agar harga jualnya lebih kompetitif. Melucuti safety feature dan mengkompensasinya dengan bodi kit di sekujur badan mobil awalnya kelihatan menjanjikan. Mungkin SIS merasa masyarakat Indonesia narsis dan Swift GT3 akan membuat semua yang narsis berhalusinasi mereka akan mengasapi semua mobil di jalan tol layaknya mobil-mobil sport beneran ber-emblem GT lainnya. Mungkin SIS merasa jalan di Indonesia teramat sangat mulus dan bagus sehingga menurunkan ground clearence sedikit dengan memasang bodi kit disekujur tubuh akan terlihat sebagai tindakan yang bijaksana.
Padahal sih nggak

Jika kita mundur. Katakan 3 tahun silam. Anda akan melihat di semua forum otomotif bahwa Swift hampir selalu berada dalam daftar terakhir mobil yang disarankan para "user sepuh" dalam semua thread "Nanya mobil hatchback yang bagus dong...?". Yang mungkin anda temukan adalah daftar berikut ini:
1. Honda Jazz
2. Merk Korea
3. Mazda 2 / Ford Fiesta
4. Toyota Yaris
5. Mobil seken
Lihat! Bahkan Swift tidak masuk kedalam daftarnya. Apa mereka lupa?

Jawabannya adalah: mereka berpikir logis.
Saat anda punya budget (tahun 2010). Katakanlah 200 juta. Ingin sebuah small hatchback all round yang akan digunakan untuk bertempur sekaligus jalan bersama keluarga diakhir pekan, maka pilihan diatas menjadi make sense. Contoh paling mudah misalnya, harga Yaris saat itu setelah dikurang diskon akan sama atau mungkin sedikit lebih murah ketimbang Swift. Posisi Swift semakin terjepit, bahkan dari kompetitor internalnya sekalipun karena pada pertengahan tahun 2010, SIS merilis Splash yang secara positioning dan harga mepet-mepet Swift (bahkan luas interiornya sebelas dua belas aja). Orang yang tertarik membeli Swift pada awalnya akhirnya memiliki dua opsi: 1. Membeli Spalash yang menawarkan akomodasi dan perlengkapan yang kurang lebih sama dengan harga lebih affordable atau 2. Sekalian "naik kelas" aja ke merk tetangga yang lebih bergengsi dengan menambah sedikit budget. Tindakan menyunat fitur membuat SIS terlihat tolol alih-alih jenius.

Kesalahan kecil yang berbuah blunder fatal. Sampai akhirnya datanglah All New Swift yang diluncurkan pada gelaran IIMS 2011 silam (CMIIW)

===============================================
Tidak ada yang lebih membosankan ketimbang mengunjungi bengkel di hari minggu hanya untuk servis rutin dan disambut oleh umbul-umbul di dealer => "gratis jasa bila booking blablabla..." saat seharusnya kita bisa jalan-jalan dengan anak dan istri tercinta. Setidaknya saya merasa demikian.

Omong-omong tentang servis, ada yang unik mengenai tempat servis Suzuki ketimbang Nissan atau Toyota misalnya. Jika anda mengunjungi bengkel Nissan dan Toyota, maka anda akan melihat orang-orang dari kalangan elit dan berduit yang sedang menservis mobilnya atau malah supir yang sedang menunggu mobil bosnya di perbaiki. Namun di Suzuki, anda hanya akan menemui keluarga muda yang baru meniti karir dan (terlihat) bersahaja atau bahkan angkot jurusan Kampung Rambutan berada dalam ruang bengkelnya.
Karena bosan, suasana juga lumayan sepi, saya coba melihat sekeliling dan menemukan satu unit Swift baru berkelir putih melambai-lambai seolah minta untuk ditunggangi :p
Ga pake lama. Saya coba dekati salesnya. Basa basi sebentar dan setelah proses administrasi yang tidak penting, diserahkanlah kuncinya kepada saya.
===============================================
Review's


Mungkin, desainer New Swift ini akan terlihat sebagai orang paling malas nomor dua di dunia (setelah desainer Porsche), karena hampir dari semua sisi, secara sepintas, tidak terlihat perbedaan yang signifikan dengan pendahulunya. Tarik saja garis pada head lampnya kebelakang, panjangkan sedikit bodinya, lakukan hal yang sama pada lampu belakangnya dan voila...selesai. Tapi, buat saya, Swift ini termasuk mobil yang by-desain paling hateless dibanding semua mobil hatchback ditanah air. Anda tidak bisa membencinya hanya karena ia begitu mirip dengan Mini. Ayolah...akui saja. Hihihi :p Penggunaan velg 16 membuat tampilannya menjadi manis dan proporsional.



Masuk kedalam kabin maka akan ditemui aura modern yang menyenangkan. Sebelas dua belas dengan Ertiga hanya saja berkelir hitam. Buat anda yang sering naik Ertiga, mungkin naik dalam kabin Swift akan terasa membosankan karena praktis yang membedakannya hanya AC digital (pada varian GX). Tapi buat saya yang 3 tahun terakhir bolak balik nyetir Yaris, kabin Swift terasa jauhhh-jauhhh lebih keren. Kualitas pembuatannya jg lumayan oke. Satu hal yang menyenangkan, posisi duduknya sangat pas buat badan saya. Blind spot minim dan joknya terasa pas menopang badan dan tidak keras seperti jok Splash. Hanya saja, baris kedua jadi teramat sangat sempit. Gak ada bedanya dengan Splash




Coba nyalakan mesin dengan start button. Pasang sabuk pengaman. Dan Saya arahkan mobil keluar parkiran.
==============================================
Secara spek diatas kertas, tidak ada yang istimewa dari mobil ini. Sugesti awal yang ada dalam pikiran saya adalah performa mobil ini sebelas dua belas dengan hatchback sekelasnya. Agar menarik, saya coba beri mobil kecil ini 3 tes dengan masing-masing poin nilai 1 dalam tes nya.

Tes pertama: Aura kabin
Saya memang sedang bosan saat itu. Bosan menunggu mobil yang tak kunjung selesai diservis dan bosan mendengarkan ocehan sales yang tidak penting. Oh jangan salahkan salesnya. Memang itu pekerjaan mereka kan ya?
Saya sudah pernah menulis di review Aveo sebelumnya, yaitu cara terbaik untuk menilai aura interior kendaraan adalah secepat apa anda akan bosan didalamnya, termasuk saat berkendara di kepadatan lalu lintas Jakarta.
Interiornya, seperti yang saya tuliskan diatas, memang bernuansa modern. Tidak terasa seperti Suzuki pada umumnya dan anda akan merasa uang 183 juta tidak terbuang sia-sia. Semburan AC-nya harus di set maksimal untuk mendinginkan sekujur kabin karena saat itu cuaca sedang terik. Berita baiknya, anda tidak perlu menunggu waktu lama untuk mendinginkan karena kabin Swift relatif kecil, berita buruknya, suara semburan AC tidak ubahnya seperti suara asap boiler pabrik. Hidupkan musik dan seketika itu saya menemukan satu kegunaan audio stering switch yang tidak terpikirkan sebelumnya yaitu bisa dipakai untuk mengeraskan suara kalau-kalau salesnya mengajak ngobrol. Atau mungkin berguna saat anda sedang bertengkar dengan pacar/istri anda?
Ruang belakang yang sempit juga berguna untuk anda yang antisosial dan kurang suka membawa pasukan kedalam mobil. Lagipula, siapa yang peduli dengan ruang belakang untuk mobil kelas begini? Mobil ini cocok untuk saya. Swift mendapat poin saya disini.
Poin: 1
Tes kedua: Apakah ia menarik perhatian?
Ada satu kebiasaan unik dari para pengendara sepeda motor dikala menunggu dilampu merah (termasuk saya), yaitu melirik ke sekeliling untuk melihat kendaraan yang dirasa menarik. Avanza dan Xenia jelas tidak masuk kategori ini. Tapi saya cukup banyak mendapat lirikan genit dari para pengendara motor di lampu merah saat naik Fiesta atau Mazda 2 misalnya.
Bagaimana dengan All New Swift?
Lampu merah Dewi Sartika di Cawang mungkin jadi salah satu tempat yang oke untuk mencoba tes ga penting ini. Kondisi saat itu juga cukup sempurna dengan banyaknya pengendara motor yang lewat daaannnn.... ada Kia Rio yang kelihatan dari platnya baru berumur kurang lebih 3 bulan. Saya berhenti dan coba sejajar dengan Rio. Ada sekitar 6 pengendara motor dengan rincian: 2 disamping Swift, 2 ditengah-tengah dan 2 disamping Rio. Batangan kabeh. Dua pengendara sialan disamping Swift tidak menengok sama sekali. Namun yang ditengah.....melihat ke bawah....ke velg nya Rio... DAMN. Swift kalah disini. Dari sebuah hatchback.... Korea....
Poin: 0
Tes Ketiga: Fun to drive
James May pernah bilang bahwa mobil-mobil underpower sangat menarik karena anda bisa menggunakan nyaris semua potensi mobil yang tersedia kapanpun anda mau. Dalam hal ini, saya setuju dengan May.
Tempat terdekat untuk melakukan tes ketiga adalah jalur menuju bandara Halim Perdanakusuma

Lewat lampu merah Cawang. Saya arahkan mobil masuk jalan raya Halim yang sepeti biasa kosong melompong dan langsung bejek gas. Tidak seperti Yaris yang galak di putaran bawah, Swift terasa lebih manusiawi dan tidak tergesa-gesa. Transmisinya bekerja dengan baik dan perpindahan gigi terasa halus dan tidak menyentak. Satu dua manuver mudah dilakukan karena feedback stirnya sangat baik dan lumayan akurat. Tambahkan dengan posisi duduk yang pas membuat saya terenyum puas. Swift jauh lebih fun ketimbang Yaris dan ukurannya yang kompak membuatnya lebih lincah ketimbang Aveo yang dulu saya review.
Suspensi terasa sedikit stif tapi masih acceptable. Tidak sekeras Jazz, tapi jauh lebih baik dari Yaris. Mungkin mirip-mirip tastenya dengan Aveo.
Satu kelemahan kecil adalah radius putar yang, anehnya, cukup jauh untuk mobil sekecil itu. Saya sempat salah perkiraan saat putar balik di depan pos provost Halim sehingga harus mundur terlebih dahulu. But overall, New Swift adalah decent refinement dari SIS

Poin : 1
GRAND TOTAL: 2/3
===================================================
Plus:
+ Harga murah
+ Safety fitur lengkap (ABS EBD, dual airbags, side impact beam)
+ Fitur banyak(ac digital, audio stering switch, auto folding mirror, immobilizer, dll)
+ Transmisi halus
+ Velg 16
+ Jaringan luas
Minus
- Sempit
- Sempit
- Sempit
- Sempit
CMIIW IMALY