

Jadi ceritanya entah kenapa mootkitty tiba-tiba kepingin tahu tentang ANCarens ini dan tiba-tiba pula saya teringat punya teman yang baru saja beli Carens. Platnya saja masih putih. Dan untungnya beliau (teman saya itu, bukan mootkitty) mengijinkan saya bawa Carens-nya. KIA ANCarens yang saya coba ini bertransmisi matik.
Exterior
Mohon maaf, ketika tiba saatnya sesi pemotretan ekterior, hujan turun sangat deras. Jadi hanya sedikit gambar yang bisa saya ambil.

Moncong Carens ini cukup panjang dan “tipis”, tidak seperti pendahulunya yang gemuk, sehingga mengesankan moncong ala sedan. Bentuk grill cukup unik, mengikuti desain saudara2nya yang lain. Jujur saja ya, kalo saya bandingkan sama desain grillnya Mazda, buat saya lebih cakepan ini.

Carens ini juga sudah diperlengkapi DRL dan arah sorot lampu yang bisa mengikuti arah roda (menurut pengakuan sang empunya).
Bentuk buritan juga cukup manis. Letak lampu yang cukup tinggi (meski bentuknya rada aneh) membuat pengendara di belakangnya bakal bisa melihat jelas lampu yang menyala.

Ban (sektor yang hampir selalu dilupakan mootket) yang digunakan berukuran 205/65 R 16. Merknya …. Err … merknyaaaaaa … duh saya lupaaa


Overall, desain Carens ini saya beri nilai 7.5/10.
Mesin
Mohon maaf, saya ndak berani ambil foto mesin di tengah kondisi hujan deras.

Interior
Interior Carens menggunakan kombinasi dua warna, hitam dan beige. Kualitas dashboard, door trim, dan jok sangat baik. Jahitan jok rapi.
Penempatan kontrol-kontrol di dashboard juga bagus, sehingga mudah dijangkau. Tempat penyimpanan cukup banyak.

Tuas sein dan wiper berada pada posisi yang sama seperti mobil produk2 Jepang dan cara pengoperasiannyapun sama. Untuk tuas sein sudah ada auto blinker, jadi cukup ditoel dikit, lampu sein akan menyala 3x. Yang bikin galau, suara tuas sein ini halus sekali kalau sein dinyalakan, bunyinya “klik” menyenangkan di telinga, sementara di Mirage suaranya “ceklok”. Horor!

Informasi yang ada di dashboard cukup jelas terbaca. Lampu di kontrol panel dashboard menyala lembut serta font yang jelas tingkat keterbacaannya. Informasi yang diberikan oleh MID juga memadai, seperti jarak tempuh, suhu luar, konsumsi BBM, dll. Sayang satuan konsumsi BBM ini adalah jumlah liter per 100 km dan sepertinya tidak bisa diubah ke km/liter.


Setir? Oho, roda kemudi ini sangat menyenangkan dipegang dan meski plastik, tapi rada empuk. Suara klakson juga merdu. Pengaturan MID diletakkan pada tombol2 yang ada pada sirip di bawah kanan tombol klakson. Bawah kiri tombol klakson juga ada siripnya tapi gak ada tombol apa2. Mungkin itu hasil sunat KIA Indonesia.


Mohon dipersori jari saya nongol di foto itu

Kontrol AC bentuknya seperti terlihat pada gambar berikut:

Meski masih pake tombol putar, bentuknya jauh dari tuas kompor gas

Kontrol yang ada di pintu meliputi tuas pembuka pintu, pengunci, pengatur spion, central lock, windows lock, dan tombol untuk menaik/turunkan jendela.

Audio yang digunakan merk Kenwood. Menurut si empunya mobil, jenis Kenwood itu adalah salah satu yang terbaik di kelasnya. Dan karena terbantu kekedapan kabin yang OK, saat radio dinyalakan suaranya terdengar jelas. Saya bukan audio freak, jadi gak bisa menilai itu bagus apa gak. Buat saya sih ya bagus-bagus saja.


Posisi duduk driver sangat menyenangkan. Ketinggiannya pas, sehingga bisa melihat depan dengan relatif baik. Punggung kursi bisa menopang dengan baik, jadi kalau pergi jauh pasti gak capek.
Cuma yang rada aneh adalah posisi kaki, khususnya bagian telapak. Saya kalau mengemudikan mobil, tumit selalu berada di lantai mobil saat menginjak gas. Namun di Carens ini saya tidak bisa meletakkan tumit di lantai saat ngegas. Kalau mau meletakkan tumit, kaki harus rada ditarik ke belakang, jauh dari pedal gas. Untungnya, model pedal gasnya adalah model yang pake engsel di bagian bawah (seperti pedal mesin jahit itu), bukan pedal yang pake tuas di bagian atasnya. Jadi mesti kaki “mengambang” tapi tak mudah capek. Mungkin posisi jok perlu disetel ulang, cuma tadi gak sempat.
Row kedua luas, dengkul saya tidak mentok ke jok depan, meski memang jok depan tidak berada di posisi paling mundur. Tapi mundurpun saya yakin row kedua masih luas. Jok di row kedua ini juga bisa dimaju-mundurkan.

Yang keren, ada lubang kisi2 AC di belakang konsol penyimpanan tengah.


Sementara row ketiga berada dalam keadaan terlipat dan karena hujan deras, saya gak enak meminta teman saya untuk membukanya. Tapi dari penampakan saat tertutup, bisa dibayangkanlah betapa horor ruang yang tersedia saat joknya dibuka. Nah, justru saat ditutup itu akan memberikan ruang bagasi yang luas. Jadi menurut saya ini adalah mobil 5+2 seater, bukan 7 seater murni.

Info tambahan, wipernya menggunakan model yang arahnya berlawanan, bukan yang searah.
Untuk interior ini, saya berani memberi nilai 8.5/10. Good job KIA.
Driving Impression
OK, saatnya mengemudi. Masukkan kunci ke lubangnya dan start mesin. Alamak! Suara start mesinnya halus sekali dan suara mesin nyaris tak terdengar (seperti panther jadul). Ini menandakan kekedapan kabin sangat bagus.
Saya perlu mundur dulu untuk keluar halaman. Pemindahan tuas transmisi dari P ke R halus sekali dan ringan, namun tetap terasa perpindahannya. Setelah itu pindah dari R ke N, dan lalu ke D. Halus sekali. Di posisi D, tuas bisa digeser ke kiri untuk mengaktifkan semi manualnya. (apa ya itu? Tiptronic kah?)

Setirnya menggunakan EPS, ringan namun masih memberikan feedback yang cukup baik.
Karena mesinnya 2000 cc, jelas mobil ini sangat “ringan” ketika digas. Injek dikit aja jalan. Namun hebatnya tidak mengagetkan (tidak menyendal).
Menyusuri jalan dalam kota, mobil ini enak diajak stop and go. Perpindahan gigi tak terasa, halus sekali. Sempat mencoba semi manualnya yang juga sangat halus, namun saya gak nyaman karena biasa dimanjakan full matic, akhirnya saya pindahkan kembali ke D.
Pilar A rada mengganggu saat belok kanan/kiri. Pandangan ke belakang melalui spion tengah juga rada sempit, meski kaca belakang sebenarnya cukup lebar. Mungkin karena mobil ini panjang. Untung spion kiri dan kanan relatif lebar.
Setelah melewati jalan perkotaan yang relatif padat, saya mencoba membawa ke ring road supaya bisa mencoba agak kencang. Tiba di ring road, kick down, dan …. Wuuusshhh, mobil melaju kencang. Wow, responsif sekali kick downnya. Ah, sayang saya lupa tanya, BBMnya diisi apa. Di ring road itu saya mencapai kecepatan 120 km/jam. Suara ban relatif tak terdengar.
Setelah tersadar dari impresi kick down yang responsif itu, saya mendapati kenyataan yang rada menyedihkan. Suspensi mobil ini empuk sekali dan mentul2. Seperti naik kereta kuda. Jujur perut saya rada mual. (Ndeso kamu ah). Karena dari tadi saya mendapati jalan yang lurus terus, saya coba putar balik, cari jalan yang agak menikung.
Radius putar relatif kecil, jadi sangat membantu kalau parkir dan putar balik. Setelah itu saya menuju ke tikungan. Dan memang benar, mobil ini limbung sekali saat menikung. Barangkali kalau isinya 5 orang dan bagasi juga terisi, kondisinya agak berbeda.
Oh ya, soal power steeringnya, ada 3 setingan yang bisa digunakan, yaitu Normal, Comfort, dan Sport. Setingan itu diatur melalui tombol yang ada di sirip di bawah klakson. Cuma kok ndak terlalu terasa bedanya. Si empunya mobil juga bilang ndak terlalu terasa bedanya.
Mode Eco mobil ini juga bisa selalu diaktifkan, jadi tidak bergantung dari gaya mengemudi.
Skor total 7/10.
Nah, kalo di media tertentu mobil ini dinyatakan sebagai car of the year, menurut saya gak bisa disalahkan juga loh. Saya terkesan dengan mobil ini, khususnya soal kualitas interior. Kekurangan yang paling signifikan ya limbungnya itu, meski terbayar dengan empuk dan nyamannya suspensi.