Ijinkanlah nubie menulis sebuah review. Review kali ini merupakan review mobil tercepat di dunia, karena mobil ini mobil rental


Prologue
Dalam rangka dinas, gw beberapa kali berkunjung ke Munich, home of Bayerische Motoren Werke, a.k.a BMW. Berhubung waktu free time yg ada biasanya sedikit, gw hanya berkeliling di dalam kota Munich, termasuk ikut BMW Factory Tour dan mengunjungi BMW Museum. Tapi kali ini, ada satu hari yg free, dan gw mau mewujudkan cita2 gw driving di Autobahn tanpa speed limit sampai 250 km/jam

Mobil yg akan dipakai dalam road trip perdana di negeri panzer ini adalah BMW M135i 3-door dengan 6 speed manual tranny. Mobil disewa dari BMW on Demand, fasilitas in-house rental dari BMW sendiri (https://portal.bmw-on-demand.de/index.d ... lay#modell). Kenapa M135i? Kalau dilihat, banyak model2 BMW lainnya yg lebih eksotis. Tapi pilihan saya didasari oleh satu hal: dari sejak saya ngerti otomotif, BMW terkenal dengan mesin straight 6 mereka, dan mesin N55B30, 3000cc twin scroll turbo yg ada di M135i, dengan 320 hp @ 5800-6000rpm dan 450 Nm @ 1300-4500rpm, merupakan the ultimate straight 6 engine yg ada di line up BMW saat ini.

M135i sendiri bukan merupakan M-car seperti M3 ataupun M5. M-car dari 1-series adalah 1M Coupe yg sudah di-discontinue. BMW memposisikan M135i sebagai model diantara model2 standard BMW dan M-car. Tidak semahal dan se-[cencored] seperti M-car, dengan mesin yg sedikit less powerful tapi bisa digunakan sehari2 tanpa sakit pinggang, dan tetap mumpuni seandainya dipakai balapan. It's a bit like a compromise, and normally all compromises are never good. But we shall see..
The Route
Rute road trip perdana ini ada kota Fussen, di kaki pegunungan Bavarian Alps, 140 km sebelah barat daya Munich. Kota Fussen ini terkenal dengan kastil2 jaman abad pertengahan, salah satunya adalah Schloss Neuschwanstein yg menjadi insipirasi Walt Disney ketika membangun kastil Disneyland yg menjadi simbol film2 Disney.
Rute outbound ke Fussen melalui Autobahn 96 kearah timur, sebelum berbelok ke Selatan di Lansberg menuju ke Fussen.

Sedikit informasi mengenai the famous Autobahn. Autobahn merupakan jaringan jalan bebas hambatan yg menghubungkan seluruh negeri Jerman. Autobahn sendiri mulai direncanakan akhir tahun 1920an, tetapi pembangunan secara massal baru dilakukan setelah Adolf Hitler berkuasa tahun 1933. Jaringan Autobahn mencapai total 12845 km and contrary to popular knowledge, hanya sebagian dari Autobahn yg tidak memiliki speed limit. Bahkan sebagian Autobahn hanya memiliki speed limit 60 km/jam. Gambar dibawah ini merupakan jaringan Autobahn di barat daya Munich.


OK, let's get on to the review
![Big Smile :big_smile]](./images/smilies/big_smile.gif)
The Drive
Hari-H tiba, bangun tidur langsung cek cuaca. Ramalannya cuaca berawan dengan kemungkinan light snow, so it's a GO

Pengambilan mobil cukup straight forward. Cukup menunjukkan print-out booking dan kartu kredit, dan dalam waktu kurang dari 3 menit, kunci sudah ditangan. Langsung menuju ke basement car park untuk mengambil mobil. Di basement sudah ada petugas lain yg akan membantu menjelaskan seluruh fitur2 di mobil seandainya customer bertanya.
Dengan pedenya, gw hanya minta bahasa di i-Drive diganti ke bahasa inggris dan dijelaskan cara penggunaan GPS. but overall it's an excellent customer service

Duduk di kursi pengemudi, injak kopling untuk menyalakan mesin, wuih.. lumayan enteng untuk ukuran performance car, tapi kalo untuk macet2an di Jakarta bakal lumayan pegal juga. Then, press the start/stop button, dan terdengarlah raungan mesin N55 yg legendaris. Toel pedal gas sedikit, the 320 horses unleashed!! What a sound!!

Lagi sibuk adjust seat dan spion, tiba2 petugas yg ada di basement dateng lagi, pas gw buka kaca, doi bilang "I forgot to tell you, the car is still in winter tyres, so DO NOT exceed 210 km/hour"


Anyway, let's get going. Masuk gigi satu, berhubung masih didalam basement, gw gak berani bejek gas dalem2, tapi alhasil pas di tanjakan keluar, mesin stall


Lampu merah pertama, gigi netral, kopling dilepas dan... mesin mati


Setelah sukses making a fool of myself, akhirnya dengan panduan GPS, gw mulai menikmati road trip ini. Rute2 awal melewati kota Munich, dengan speed limit berkisar 60-70 km/jam, jadi blom bisa merasakan kemampuan maksimal mobil ini. Setelah masuk ke Autobahn 96, speed limit naik ke 100-120 km/jam, and let's the fun begin.
Setelan Drive Performance Control di set dari Comfort ke Sport+, dan dilayar i-Drive muncul power dan torque meter.. Sweet


Berhubung masih morning rush hour, jadi traffic masih sedikit padat. Akan tetapi disiplin berkendara orang2 Jerman harus dikasih jempol. Walaupun traffic padat, mereka tetap berada di jalur masing2. Kalaupun gw konstan kecepatan 120 km/jam di lajur paling cepat, dan didepan ada mobil yg lebih lambat, tampa harus di-dim, mereka akan memberi jalan dengan sendirinya. Dan tidak ada yg namanya lane-hogging seperti di jalan2 tol di Indonesia. What's a nice place to drive
![Big Smile :big_smile]](./images/smilies/big_smile.gif)
GPS system di M135i bener2 user friendly dan sangat useful. Beberapa fitur yg sangat bagus adalah traffic information, dimana seandainya ada kemacetan di rute yg akan dilalui, GPS ini akan memberi tahu pengemudi dan menawarkan rute alternatif. Informasi yg sangat2 berguna lainnya adalah real time speed limit, dan enaknya lagi, semua informasi ini muncul di MID di instrumen panel pengemudi.

Begitu GPS memberitahu no speed limit, downshift ke gigi 3 and bejek pedal gassss.. Akselerasi 0-100 km/jam dicapai dalam waktu 5.1 detik. Akselerasi dari 120 ke 210 km/jam juga bikin punggung terbenam ke kursi pengemudi. Suara mesin pada kecepatan 200+ km/jam tidak terlalu berisik. Suara angin kurang lebih masuk pada kecepatan 200 km/jam. Sayangnya di rute Autobahn 96 tidak banyak bagian yg cukup lama untuk berkendara diatas 200 km/jam, seperti yg bisa dilihat di Autobahn map diatas.
Keluar dari Autobahn, masuk ke rural road, speed limit turun ke 100 km/jam, 40 km/jam pas melewati kota2 kecil. Disini handling M135i diuji, melalu beberapa tikungan2. Settingan Sport+ mulai terasa kurang nyaman, dan setting Sport akhirnya dipilih. Feedback dari setir yg dibalut leather excellent, benar2 direct seperti mengemudikan gokart. Hydraulic power steering set-up pas, just nice. Tikungan2 yg lumayan tajam dilahap dengan mudahnya, dengan body-roll yg minimum. Driver seat sangat2 nyaman dan supportive, tidak membuat pantat bergeser di tikungan tajam

Setelah berkendara hampir 2 jam, tibalah kami di Fussen. Jalan2 muter2 di kota sambil meluruskan kaki. Surprisingly badan tidak terasa pegal ataupun capek, bener2 testimoni dari ergonomisnya kabin M135i. Sebelum jalan pulang, of course, foto2 dulu.



Rute inbound back to Munich, gw pilih untuk lewat Autobahn 95, karena kalo dilihat dari Autobahn map diatas, banyak sekali bagian yg tanpa speed limit



Rute dari Fussen menuju awal Autobahn 95 hampir serupa dengan rute dari Landsberg ke Fussen. Setelah masuk Autobahn 95, gas polll... dan kebetulan ketemu sama sesama BMW, adiknya M135i, yaitu 135i Coupe yg masih menggunakan mesin N54 twin turbo. Rupanya pengemudinya juga lagi kepengen ngetes, alhasil kita berdua 'jogging' bareng di kecepatan 210 km/jam

Rute balik ke Munich lewat Autobahn 95 sedikit lebih panjang, apalagi sempat detour, tapi akhirnya jam 5 sore gw sampe dengan selamat di BWM Welt dengan senyum lebar

Pengembalian mobil, again, same excellent customer service. Tinggal masuk ke basement car park, petugas yg disana akan memarkirkan mobil. Data dari mobil di-download ke kunci mobil. Kunci gw bawa ke kounter BMW on Demand, data di-download ke komputer mereka, keluar print-out total yg harus dibayar, including bensin.
Surprisingly enough, walaupun mobil diajak "jogging" sampai 210 km/jam, total trip 315 km, total bensin yg dipakai 32 liter. Fuel consumption hanya 1:9.84

Conclusion
What can I say? Great little car, great engine!!

Sayangnya walaupun masuk di Indonesia, hanya yg versi 8-speed DSG, harganya mahal untuk mobil sekelas ini, 888 juta off the road, itupun harga tahun lalu jamannya dollar masih dibawah 11 ribu.
What I like:
+ Instantaneous power
+ Great power band, peak torque dari 1300 rpm
+ Direct handling
+ Comfy seat
+ Liveable untuk daily driving
+ Fuel economy
What I don't like:
- Seat row 2 sempit
- Bagasi so so
- Pintu lebar, ditambah posisi kursi yg rendah, susah keluar masuk di parkiran sempit
- Harga di Indonesia mahallll
