Setelah bertahun2 join di SM (since 2008) akhirnya saya bikin review juga di corner. Saya mau mereview citycar penghuni baru garasi rumah saya yaitu Honda Brio E A/T. Sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan ke Brio saya sudah mencoba hampir semua mobil sekelasnya dan yg satu tingkat diatasnya seperti Mirage, Mazda2, Jazz, Yaris, Fiesta & Rio-Avega, karena price range-nya setelah diskon berdekatan.

Background
Latar belakang saya melego citycar adalah krn saat ini keadaan lalu lintas jakarta sudah tidak logis jika menggunakan mobil Accord CM5 ber cc besar dan berukuran gambot untuk aktivitas harian. Dalam menentukan pilihan saya tidak ada kriteria khusus, yg saya beli adalah yg memberikan penawaran terbaik secara general. Jujur saja awalnya pilihan saya adalah Mirage, kemudian pindah ke Mazda2 krn hitungan installment setelah diskonnya nya justru lebih ringan, disamping saya memang ga sreg dgn tampang belakang Mirage yg jadul & terlihat cungkring, saya sampai sudah sempat SPK Mazda2 krn diskonnya saat itu sangat besar, namun pada akhirnya saya dapat harga penawaran yg tidak bisa saya tolak dan membuat saya berpindah lagi ke Brio, siapa yg bisa nolak tawaran total diskon yg nyaris "kepala empat". Hahaha...

Saya sendiri sudah sangat familiar dengan Honda, saya sempat suka dan respek dengan pabrikan ini. Sejak dulu, terutama thn 80-90an, honda dikenal sebagai pabrikan yg inovatif, idealis dan non-mainstreem. Disaat semua pabrikan jepang berlomba menciptakan sportcar2 dengan forced induction (turbo), honda tetap pada idealismenya dengan mesin Normally Aspirates (NA) berdisplacement kecil dan penggerak roda depan. Saya juga kagum karena honda banyak mengeluarkan mobil dengan konsep baru yaitu Compact Recreational Vehicle (CRV) dan Hi-rider Revolutionary Vehicle (HRV) yg pada saat itu merupakan konsep unik ditengah jajaran ladder frame SUV berdimensi bongsor, dan puncaknya adalah pada saat munculnya Accord generasi ketujuh bermesin K24 i-vtec, varian accord dengan lompatan teknologi paling signifikan. Itulah yg membuat saya mati2an membujuk ortu utk melego Accord CM5. Namun, mulai thn 2007 Honda mulai menjadi pabrikan yg mainstream, hal ini membuat produk honda diatas thn 2007 tidak ada greget, contohnya Full Size Accord 2008 yg seolah kehilangan jati diri krn bantingan suspensinya yg bahkan lebih empuk dari Camry, hal ini membuat saya tidak terlalu melirik Honda belakangan ini, sampai akhirnya tawaran diskon edan ini datang.

Eksterior
Kata Brio ternyata berasal dari bahasa Italia yg berarti "lincah", desainer brio menggunakan konsep "Double Triangle" dalam proses blueprint desain brio, intinya dua buah segitiga yg ditumpuk untuk menghasilkan desain yg agresif, aerodinamis namun tetap spacy. Jujur saja, pertama kali saya lihat brio tidak ada tertarik2nya sama sekali, karena bagian belakangnya yg , modelnya pun bukan selera semua orang, terutama bagian buritannya. Namun setelah benerapa lama, barulah terlihat uniknya konsep desain mobil ini. Bagian depan adalah bagian tercakep Brio, menurut saya jika dilihat dari depan Brio ini lebih cakep dari kakaknya,Jazz. Model bumper depan yg berwarna hitam dan dibalut oleh plat body terlihat sangat agresif dari kejauhan, seakan-akan Brio ini memiliki air dam yg besar layaknya sportcar, ditambah lagi tambahan lip spoiler berwarna hitam yg memanjang dibawah bumper depan makin membuat citycar ini kental aura sport.



Jujur saja saya sudah menurunkan ekspektasi saya serendah mungkin mengenai interior Brio. Masuk ke interior pertama kali cukup surprise karena ternyata cukup luas utk ukuran citycar. Driver dan penumpang depan diberi headroom yg sangat memadai, tinggi 174cm spt saya masih menyisakan space headroom yg luas. Namun headroom penumpang belakang terasa sempit, efek dari desain yg mirip setrika tadi, walau begitu penumpang belakang masih bisa menyiasatinya dengan memajukan posisi duduk lantaran legroom yg memadai, yg juga membuat saya surprise adalah ternyata masih ada space untuk bagasi, saya sudah mengira mobil ini sama sekali tidak ada space penyimpanan layaknya avanza lama, bagasi brio masih bisa dijejali koper ukuran kecil (walau secara space paling kecil dibanding rivalnya). Hal lain yg saya suka adalah melimpahnya konsol penyimpanan (yg sayangya hanya untuk driver dan penumpang depan), bayangkan kabin depan terdapat 4 cupholder dan 6 konsol penyimpanan. Bagaimana dgn kabin belakang? nope, cuma ada satu kantong di belakang jok penumpang (malah di Brio tipe S tidak ada), dan satu cup holder di tengah. Jika kita pertama kali masuk ke mobil ini yg terlihat adalah desain interior dash yg cukup baik dari segi design dan pemilihan warna.


Sampai disitu? Belum gan, masih banyak...kesan murahan terus berlanjut, switch power window belakang yg bermodel switch thn 80'an, switch AC meniru kakaknya yg seperti tutup jirigen dan switch kompor Rinnai, tidak ada foot rest, dan yg paling konyol adalah adanya kisi berongga tempat untuk speaker belakang yg ternyata...tidak ada speakernya...jujur ini adalah hal terkonyol yg pernah saya temui dalam spesifikasi suatu kendaraan. Head Unitnya walau menghasilkan sound quality yg lumayan serta sudah support USB & Ipod port masih terkesan murahan, dengan display alfanumerik besar layaknya kalkulator.

Untunglah masih ada hal bagus lain yg bisa sedikit mengurangi kekonyolan ini, yaitu jok dan setirnya yg sangat baik. Jok depannya walaupun tipis tapi memberikan posisi duduk yg sangat ergonomis, feelnya tidak terlalu empuk tapi tidak terlalu keras, saya juga suka model bucketnya yg sangat sporty dan menyatu dgn headrest, ini menghindari tipikal driver kamseupay yg doyan mencopot headrest. Saya juga sangat suka setirnya, walau tidak leather stich, namun sangat mantap digenggam lantaran tebalnya pas, otomatis memberi rasa confidence saat bermanuver, menurut saya setir brio adalah yg salah satu yg ter-enak dari semua line up yg pernah dipasarkan HPM, karena setir CRV & Accord tidak setebal brio, sedangkan jazz & civic three spoke nya terlalu besar, tidak se-ergonomis brio.

Ok, ini yg ditunggu2, jujur klo masalah interior saya sama sekali tidak ada ekspektasi apa2, namun untuk driving ekspektasi saya cukup tinggi karena bagian inilah yg merupakan gimmick promosi HPM. Buka pintu, masuk & duduk di joknya, seperti yg saya bilang, walau tipis front seat brio memberikan posisi mengemudi yg pas walau tanpa ada pengatur ketinggian dan konturnya tidak membungkus badan dengan baik. Putar kunci, terdengarlah suara mesin yg halus, dan tidak ada vibrasi saat idle, good point. Pindah tuas tranny ke D dan lets roll…
Jalanan kompleks yg bumpy dan banyak polisi tidur langsung bisa menunjukkan bahwa bantingan Brio keras, malah paling keras dari semua citycar 1.2l – 1.5l yg pernah saya coba. Keluar kompleks rumah tidak sengaja melintasi lubang dgn speed agak cepat dan draakkk… terdengar bunyi yg memilukan dari bagian depan kiri yg menginjak lubang. Alamak, keras sih keras tapi ga gini juga kalee… saya sudah biasa dgn suspensi keras pada Accord CM5 dan Odyssey, bantingan keras tapi redaman suspensinya (damper) menyerap dengan baik, sehingga klo injak lubang hanya “duk duk”, klo si Brio ini redamannya pun keras, jadilah mobil ini kayak gerobak yg klo injak lubang agak cepat langsung jedraaak..druukk”. Masalah kenyamanan bantingan brio kalah jauh dari Yaris & Mirage. Untungnya selepas itu kontur jalan membaik, dan sampai disitu pula hal negatif yg sangat mengganggu di Brio. Mobil ini sangat enak dipakai meliuk-liuk di kepadatan Jakarta, bodynya yg kecil bisa membuat kita berani mengikuti driving style supir angkot, asal ada celah sikatt.. ini juga didukung oleh setir yg enteng sekali, mempermudah utk manuver. Oh iya, sisi positif dari kaca belakang frameless adalah visibilitas yg luar biasa baik, kita bisa memantau hampir semua sudut di sekitar kita, blinspotnya pun minim, tidak seperti waktu saya TD Grand Avega yg rasanya seperti nyetir mobil box krn visibilitas belakangnya parah.

Brio menggunakan engine 1.3L i-vtec (100ps, 127nm) yg merupakan mesin Jazz GD3 JDM (Fit) yg membuat saya tersenyum adalah bobotnya yg hanya 920 kg yg membuat mobil ini memiliki power to weight ratio yg sangat baik.

Ok, saatnya mengetahui performa sesungguhnya, saya arahkan ke tol Jorr. Setelah bayar langsung saya bejek pedal accel dan wow, cukup terasa tertarik kebelakang (walaupun sedikit doang). Disini saya benar2 merasakan power to weight ratio yg jadi kelebihan Brio, walaupun transmisinya dudul, tenaga tetap tersedia di hampir semua putaran



Handling
Seperti yg saya mention diatas, suspensi Brio yg terlalu keras dan ground clearance rendah membuat mobil ini stabil saat highspeed, pada saat top speed pun tidak ada gejala melayang. Brio juga sudah menggunakan bottom cover yg membuat bagian bawahnya flat sehingga meningkatkan aerodinamika



Safety
Untuk urusan safety, Brio superior telak dibanding kompetitornya, semua tipe Brio sudah dilengkapi :
- ABS + EBD
- Dual SRS Airbag (i-SRS for Driver Airbag)
- Pretensioner with load limiter
- G-Con Ace
- Side impact beam
- Pedestrian Safety
Thumbs up buat Honda saat ini makin concern terhadap safety, walaupun pada trim entry level

Other Gimmick / Feature
Fitur lainnya standar lah :
- Keyless Entry
- Immobilizer
- MID
- Power outlet
- Rear Spoiler for all models
Conclution
Pros :
- Power to Weight Ratio (PWR)
- Stabil
- Power to Weight Ratio (PWR)
- Driving Position
- Agile, lincah
- Power to Weight Ratio (PWR)
- Steering
- Fitur Safety
- Walaupun dimensi kecil, namun interior tidak sempit
- Banyak Consol penyimpanan & cup hoder (front section)
Cons :
- Interior Quality
- Bantingan Keras, redaman suspensi keras
- Bagasi Sempit
- Gasrot / mentok adalah hal lumrah (krn GC rendah)
- Jok Gampang kotor
- Atap Berisik (problem semua mobil Honda)
Trust me, this is a good small city car, tidak sejelek yg dikatakan banyak orang, memang banyak defect pada interior qualitynya (rata2 CBU thai jelek sih), namun pemilihan warna interior dan desainnya cukup enak dilihat. Memang pelit fitur pemanja penumpang, namun banyak fitur teknikal & safety yg justru jauh melebihi kompetitornya, Brio ini lebih banyak fitur yg tidak terlihat secara langsung, makanya berasa overpriced, namun dengan adanya diskon “edan” maka harga Brio jadi sangat-sangat worth to buy, malah menurut saya harga setelah diskon “edan” nya terlalu murah untuk mobil dgn spesifikasi ini. Itulah yg membuat saya akhirnya berpaling ke Brio. Dan yg pasti, performa mobil ini sangat baik untuk ukuran citycar, dikasih matic bodoh saja sudah enak, saya jadi pengen tau se-[cencored] apa trim S Manual yg lebih enteng dari tipe E A/T yg saya miliki. Ride & Handling nya ok lah, stabil & lincah, sayangnya damper terlalu keras. Yg jelas Brio sangat driver oriented, perbandingan kabin depan & belakang bagai langit & bumi, tapi ya this is citycar, not a family car.

Demikian review saya, so far sih puas pakai mobil ini
