Sebagai warga negara yang baik

terus terang saya cukup bingung dengan maksud dan tujuan dari kebijakan pemerintah untuk melarang kendaraan bermotor beroda dua (sepeda motor) mengkonsumsi bbm bersubsidi.
kemungkinan #1: Pemerintah sudah tidak mampu membiayai BBM bersubsidi
bila kebijakan tersebut dilatar belakangi tujuan untuk mengurangi subsidi BBM (yang diharapkan -terutama oleh rakyatnya- dapat digunakan untuk mensubsidi bidang lainnya seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan umum, transportasi, militer, dsb), maka sepatutnya kebijakan ini diberlakukan tidak hanya untuk pengguna kendaraan bermotor beroda dua (sepeda motor).
contoh yang dapat diambil pemerintah adalah membuat harga (HET) premium bebas dari subsidi (dengan asumsi bahwa bahan bakar minyak yang masih disubsidi hanyalah premium. pertamax dan pertamax plus adalah bahan bakar minya non subsidi). menurut saya, hal ini akan jauh lebih masuk akal dan dapat dinalar.
saat ini, yang mengkonsumsi bahan bakar bersubsidi tidak terbatas dari kalangan pengguna kendaraan bermotor beroda dua saja. sehingga bila kebijakan untuk melarang pengguna kendaraan bermotor beroda dua (sepeda motor) mengkonsumsi bahan bakar bersubsidi ini dijalankan, maka kebijakan ini jadi tidak tepat sasaran. kendaraan lain, selain sepeda motor, masih dapat mengkonsumsi bahan bakar bersubsidi ini. subsidi jadi tidak sampai ke pihak-pihak yang membutuhkan.
tanpa bermaksud merendahkan rekan-rekan serayamotor yang menggunakan sepeda motor (sebab saya juga saat ini menggunakan moda transportasi ini selama hari kerja), saya yakin bahwa sebagian besar pengguna sepeda motor berasal dari segmen bawah hingga menengah. saya juga yakin bahwa orang-orang dengan kemampuan ekonomi yang berada, akan malas menggunakan moda transportasi sepeda motor ini.
bila memang pemerintah sudah sedemikian tidak sanggup untuk membiayai bbm bersubsidi, maka sepatutnya kebijakan ini juga turut diterapkan bagi semua jenis kendaraan bermotor tanpa terkecuali. pemberlakuan kebijakan bahwa kendaraan umum masih boleh mengkonsumsi bahan bakar bersubsidi hanya akan menimbulkan masalah2 dan polemik2 yang lain, seperti misalnya: akan muncul calo2 yang menjual premium bersubsidi; atau akan muncul oknum2 yang menjual kupon2 untuk membeli premium (yang seharusnya diperuntukkan bagi kendaraan angkutan umum).
sangat susah untuk mengawasi hal2 seperti ini, mengingat kebiasaan orang Indonesia yang selalu memanfaatkan setiap "kesempatan".
hentikan subsidi untuk semua jenis bahan bakar minyak. bukankah ini akan menjadi solusi yang terbaik bagi pemerintah?
imho, saya pribadi tidak keberatan dengan kebijakan ini, sebab hingga saat ini pun saya tidak mengkonsumsi bbm bersubsidi. akan sangat arif bila pemerintah mengetatkan ikat pinggang di tubuh pemerintahannya sendiri. banyak hal tidak penting yang pemerintah saat ini lakukan, misalnya pembangunan gedung dpr/mpr ri yang menghabiskan banyak uang negara di saat gedung lamanya masih berfungsi dengan baik. apalagi dengan alasan bahwa gedung lama sudah miring 7 derajat. ini adalah lelucon terbodoh yang dibuat oleh 'sebagian' orang2 tolol yang duduk sebagai wakil rakyat.
saya juga punya pengalaman pribadi, dulu waktu masih kecil, waktu segala sesuatu tinggal minta orang tua (kalo sampe tua masih minta orang tua, berarti masih kecil

). saya punya temen di sebuah klub mobil yang orang tuanya menjabat sebagai wakil rakyat. mobil teman saya ini termasuk mobil yang ramah sama dompet, alias rajin menjamah dompet, karena di-tune dengan setelan kencang. tiap kali klub mengadakan acara touring atau jalan2, teman saya yang satu ini selalu menggunakan kupon bbm yang diperoleh orang tuanya untuk membeli bbm. saya tau betul untuk per bulannya, konsumsi bbm mobilnya tidak sedikit dan sangat sering membeli menggunakan kupon. dan ternyata, kebiasaan ini terus berlanjut hingga orang tuanya pensiun sebagai wakil rakyat.
bisa rekan2 serayamotor bayangkan, wakil rakyat ini digaji oleh rakyat menggunakan uang rakyat. dari pajak yang kita bayarkan. seenaknya aja dipakai buat memfasilitasi 'sebagian' orang2 tolol yang duduk sebagai wakil rakyat.
kemungkinan #2: untuk tujuan jangka panjang, pemerintah ingin mengendalikan populasi kendaraan bermotor
bila kebijakan 'motor dilarang pakai premium bersubsidi' tersebut dilatar belakangi tujuan untuk mengurangi/mengendalikan populasi kendaraan bermotor, maka akan lebih arif dan bijaksana bila pemerintah mempersiapkan sarana dan prasarana umum di bidang transportasi ini.
saat ini, saya dan keluarga kecil saya tinggal dan bekerja di jakarta. menurut saya (kalau boleh berandai-andai), pemerintah siapkan saja dulu moda transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau (seperti MRT di negara tetangga). bila standar moda transportasi MRT ini sudah layak (tidak hanya cukup layak), maka saya yakin dengan keadaan jakarta yang sering macet ini, orang2 nantinya akan lebih memilih untuk menggunakan angkutan umum dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi.
dulu, sebelum menggunakan sepeda motor, saya menggunakan mobil. saya harus berangkat lebih pagi dan pulang lebih larut, hanya untuk menghindari macet. bila saya berkendara pada saat 'rush hour', maka macet terjadi dimana2, akibatnya konsumsi bbm meningkat, dan anggaran belanja rumah tangga untuk bbm jadi boros.
perubahan mulai terjadi ketika busway mulai diperkenalkan. setelah beberapa kali mencoba, akhirnya dengan mantap saya tinggalkan mobil di rumah (selama hari kerja) dan memilih busway sebagai teman setia perjalanan pulang-pergi kerja.
namun hal ini tidak berlangsung lama. lambat laun, operator busway ini mulai kedodoran. banyak faktor seperti: unit busway ada yang rusak, delay karena pengisian bahan bakar gas akibat terbatasnya jumlah SPBG, kenaikan tarif per km yang diminta oleh konsorsium, dan lain sebagainya.
faktor2 ini menyebabkan jadwal kedatangan busway menjadi sangat lama. kalaupun ada busway yang datang, kondisinya sangat penuh dan tidak layak untuk ditambahi penumpang. belum lagi antrian yang luar biasa (seperti tragedi terowongan mina) di halte2 besar seperti harmoni, dukuh atas, senen, kampung melayu, dsb.
keadaan seperti ini membuat saya akhirnya memutuskan untuk mengendarai sepeda motor. saya tidak sanggup mempercayakan nyawa saya ke tangan sopir2 metromini atau kopaja yang karena desakan ekonomi tidak lagi menghargai nyawa manusia di jalan raya. belum lagi masalah keamanan dan kenyamanan. rasanya kasihan mengajak keluarga kecil saya jalan2 menggunakan moda transportasi yang satu ini. mulai dari copet, pengamen, preman, perokok, exhibionist, maniak, penjaja makanan dan barang2, dll ada di sana.
kok rasanya jadi ngelantur. malah jadi curhat.
namun intinya adalah: saya adalah salah satu warga jakarta yang tidak keberatan meninggalkan kendaraan pribadi saya untuk menggunakan angkutan umum jika kelak angkutan umumnya sudah lebih manusiawi dan dapat diandalkan.
proyek busway adalah salah satu contoh proyek yang, saat ini, tidak tepat sasaran. selain menyediakan transportasi yang murah, mudah, dan cepat; sasaran dari proyek ini sebenarnya adalah para pengguna kendaraan pribadi. 'diharapkan' para pengguna kendaraan pribadi mau beralih menggunakan busway. namun faktanya, saat ini mayoritas penumpang busway saat ini adalah orang2 yang dulunya naik angkutan umum dan para pejalan kaki.
saya harap, semoga para wakil rakyat ini mau memakai otaknya dan bisa merumuskan kebijakan yang baik. bukankah mereka ini karyawan-nya rakyat? kan digaji pake duit rakyat?
