mklasse wrote:VanzMatic wrote:
Konsumen yg sudah bisa beli mobil level 150jt up aja masih sebodo amat apa itu DBW, dan vvt-i.
Oh mereka peduli om... kalo dikasih embel2 "teknologi yang bisa ngirit bensin"
kalo yang ga bisa ngirit bensin mah sebodo amat
Joking aside, setuju sama om, konsumen pasar mobil 100jt emang yang penting fitur2 kenyamanan dan kepraktisan lebih penting, nggak terlalu technical sampe ke teknologi2 mesinnya..
Drive by wire yg sy maksud, bukan sebuah teknologi yg murah. Begitu juga vvt-i apalagi dual vvt-i.
DBW memang memberi efek irit bahan bakar, tapi tentu saja maintenance cost lebih besar, respons mobil tidak secepat respons kalau masih pakai kabel sling baja.
Jangan kata mobil..
Yang di motor aja, karburator vakum, malah diganti karbu konvensional kan?

Padhal karbu vakum sangat membantu untuk menghemat bensin. Tapi, karena efeknya adalah kalau grip gas disentak akan terjadi lag dengan respon mesin, pada ngga puas karena ngga ngerti.
Kalau ngga salah, di Honda Karisma juga terjadi kasus begitu. Kabel sling baja dari grip gas, tidak langsung menggerakkan skep karbu, melainkan untuk menggerakkan throttle switch terlebih dahulu, agar bahan bakar lebih irit.
Apa yang terjadi?
Banyak yang mematikan fungsi throttle switch, dan mengganti dengan yang biasa.
Ini ilustrasi fakta, bahwa rata2 pemikiran mereka yg baru pindah ke mobil sebagai first entry user (bukan sebagai komunitas hoby), pemahaman mereka masih segitu.
Karena itu, teknologi yang dihadirkan pun harusnya sesuai dengan 'jalan pemikiran' mereka saat itu.
Ngga yakin?
Coba lihat, kenapa belum berteknologi vvt-i?
Salah satu konsekuensi logis memakai mesin berteknologi vvt-i, agar fungsi fitur tersebut memberikan performa maksimal, maka oli yang dipergunakan seharusnya oli spesifikasi kekentalan 5w30, API SM.
Entry user mobil mana yang ngga jantungan, mengetahui harga oli dengan teknologi seperti diatas mencapai minimal 110rb / liter? Kalau kapasitas olinya sekira 2,5-3 liter, untuk oli saja mereka kudu belanja 330-360rb. Belum ongkos.
Bisa saja diisikan oli 10w40, walaupun kadang adaa juga yang keterlaluan banget mengisikan mesin ber vvt-i dengan oli 20w50.. Ini bukan joking.
Kalau diisi spek 10w40, yaa paling performa nya yang drop, tarikan rada berat
Karena itulah, mobil ini masuk kategori
low cost. Low cost disini bukan melulu berarti rendah biaya produksi, tapi juga
rendah biaya perawatan..
Kabin minimalis? Ya itu juga penting. Kenapa? First entry user, bahkan yang baru belajar nyetir mobil, akan dimudahkan dengan fitur2 interior yang sederhana.
Contoh nyata, waktu saya ngajari istri saya nyetir sebuah gerobak kaleng saya, yang mana bagi sementara orang, terlalu sederhana, ternyata bagi seorang yg baru belajar nyetir, membingungkan lo, kalau masih harus cari tau, mana tombol ac, mana rem tangan, mana speedometer, mana itu yg namanya tachometer..
Boro2 cari tau... Fungsi tachometer aja pada ngga ngeh.. Nyetel spion elektrik aja rada bingung.
Mau bilang apa? Memang begitulah kenyataannya..
Kenapa saya tidak condong ke Mirage? Maaf , itu ada personal reason saya, dimana saya sudah tidak respek lagi dengan produk2 Mitsu sejak keluarnya edisi Lancer bergaya evo7. Saya lebih baik miara T120ss yg 1300cc lama, atau Lanceer SL kayak punya om Kopat, daripada harus bertebal muka mengendarai Mitsu yang sekarang.
Kenapa tidak condong ke Brio? Hanya ke masalah penampilan. Kalau dari price positioning dengan fitur2nya yang banyak, terbilang bagus kalau Honda kasih harga segitu.
Yang merk lain? Aduh maaf, saya masih belum percaya. Itu aja...
Maaf kebanyakan berceloteh...
