Good decision!esh wrote:Kalau saya dengan adanya kondisi krisis global yang mau tidak mau Indo harus kena imbasnya dan kita nggak tahu akan separah apa dampaknya pada ekonomi nasional, maka yang saya lakukan antara lain adalah:
1. Membereskan semua pinjaman yang ada, sehingga tidak ada kewajiban ke pihak lembaga keuangan
2. Rencana untuk beli mobil yang semula budget 200 jutaan akhirnya direvisi menjadi seratus jutaan.
Bagi saya lebih baik asset saya dalam kondisi yang liquid supaya lebih mudah didaya gunakan bila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Kondisi krisis biasanya berindikasi bunga pinjaman naik, sebaiknya bila mungkin segera tutup semua / sebagian hutang/pinjaman pribadi yg bersifat jangkap panjang, dg demikian biaya hidup berkurang atau dapat ditekan, dan penghasilan dapat digunakan u/ keperluan lain yg lebih mendesak/penting/utama krn semua harga2 barang terkoreksi naik.
Gw pribadi selalu berusaha bebas atau tidak terikat pd hutang jangka panjang yg sifatnya fixed, kalo hutang bisnis emang ga bisa dihindari, tp itu masalah cash flow ..... dg me-manage cash flow dg benar (arus kas masuk-keluar) maka hutang bisnis bisa diatasi.
Btw, jangan takut u/ berhutang bila diperlukan u/ kemajuan bisnis atau better future life, tapi tentunya bukan sembarang berhutang membabi buta .. itu sama aja gali liang kubur apalagi kalo berhutang untuk tutup hutang yg sudah ada (gali lobang, tutup lobang).
Berhutanglah dg perencanaan yg matang u/ pengembaliannya, bila mungkin siapkan 2-3 backup plan sebelum mulai berhutang u/ menjamin keberhasilan dalam berhutang yg membawa hasil.