ChZ wrote: Tue Oct 22, 2019 6:01
ane rasa laku/tdk laku nya mobil di indonesia itu bkn karena fitur atau bagus/tidaknya. tapi faktor marketing / branding. Rajin pameran atau tidak, rajin sebar broadcast WA atau tidak. Jemput bola ke konsumennya gimana + reputasi merek selama bertahun-tahun itu yang jadi senjata. merk terkenal seperti daitoyo, ahond, tiga berlian punya modal reputasi bagus selama bertahun-tahun dan fasilitas ke konsumen yang jauh di atas merek2 baru.
saya ga sebut fitur sebagai penentu laku atau tidaknya, tapi lebih kearah keunikan/ajaibnya market indo, itu saja. contoh selain xpander, produk china brand, jor2an fitur yang kesannya mewah dan wow di Indo karena kebiasaan beli mobil cuma menang durabilitas saja, sisanya bonus, padahal fitur2 china brand itu sudah jamak, dan boost up sales lumayan banget.
ya soal marketing memang ngaruh banget, kuat2an saja perang budget marketing lawan daitoyo.
Spt ane bilang fitur itu hanya wow di awal, tapi tdk bikin orang beli. Beli mobil tdk seperti beli hp yang memang cari fitur. Berlaku sampai kelas Mercedes. Mau Audi lebih canggih fiturnya, tetep paling laris mobil mewah ya Mercedes. Cap three pointed stars ini sama kayak toyota di kelas mobil mewah, menang image. Orang kaya = Mercedes.
ya ini salah satu penentu lain lagi. brand image. hal umum, dan berlaku banget di market indo. dan menambah unik/ajaibnya market indo. seperti salah tujuan beli mobil untuk diperlihatkan, bukan hanya untuk diutilisasikan, sungguh jadi barang mewah yg ada pajak tahunan dsb.
Sialnya lagi, pembeli mobil mayoritas bukan generasi millenial yang melek info di internet. Informasi yang mereka dapet ya karena iseng-iseng berhadiah main ke pameran atau ada WA sales keluar mobil baru.
Sienta niatnya mau ambil market yang ditinggalkan Freed dulu, masalahnya Freed juga gagal krn MPV sliding doors begini jelas gak murah. Di akhir hayatnya Freed penjualannya makin terus menurun, apalagi sejak adiknya si Brio melar muncul.
Dari dulu MPV sliding doors kecil memang tdk pernah masuk buat selera orang indonesia, ukurannya cuma segede LMPV, ground clearance nya rendah (contoh kecil dari sudut pandang awam, mak ane yang gak paham mobil selalu maunya mobil kecil tinggi macem panjah, walau sebenernya jarang juga terjang banjir, jarang main ke medan berat, toh aktivitas 99% di perkotaan jalan datar tdk rawan banjir, rute yang pake mobil ceper macem civic aja lewat), blom ongkos produksi MPV sliding door elektrik gak mungkin bisa semurah panjah.
Dulu di awal Freed muncul sebenernya kan diniatkan buat lawan panjah, tapi gak bisa karena harganya sendiri udah selisih jauh banget. Dipaksain lawan GL, eh mokat bareng.
ah ya Freed terus menurun, hanya laku di pecinta mobil seperti ini, yang ga banyak tentunya.
ya terlalu banyak yang salah dari Sienta ketika dijual, sebetulnya bagus, tapi yoyota seperti nargetnya ketinggian bisa tembus ribuan unit sebulan (well, its daitoyo, bikin brg harus laku). alhasil seperti flop. apalagi tahun pertama penjualan bagus, dan terus menurun, karena hype sudah habis. yang salah bukan mobil, tapi market-nya yang saking unik dan ajaib ga siap dengan mobil seperti ini. mungkin hal seperti ini seperti diatas, akan berlaku juga di produk china brand? setelah hype habis atas fitur2nya.
zaman now, setiap market/negara/region yg pembeli banyak, biasanya ada kebiasaan sendiri2, ga bisa di globalkan, kecuali memang itu produk global yang sudah legendaris. barang laku di India belum tentu laku di Indo/ASEAN, gitu juga dibalik.
salah satu faktor lain: seberapa serius dan berani bakar duit itu pabrikan. mulai dari setup ASS, marketing, perakitan.