DDR wrote:Dear Friends,
Ane mau review Daihatsu Xenia 1.3 R Deluxe keluaran 2013 akhir (tapi beli nya sih tahun 2014) boleh kan? Boleh dooong hehe. Anyhow ane ambil shortcut aja yaks langsung ke review selama perjalanan ane kemaren.
Exterior
Biar kata ane udah sering banget ngeliat ini mobil di jalanan, bosen dikit, tapi lama lama diliat di garasi enak juga, padahal bukan model tertinggi nya Xenia lho (yg tertinggi kan Attivo yah).
Kita mulai dari bagian depan, R Deluxe sudah tentu bertampang serupa dengan varian varian Xenia lainnya, hanya saja pada model ini hanya terdapat satu bilah chrome, cukup, tidak berlebih seperti Ertiga Elegant ane hehe. Sisi depan model ini juga sudah dilengkapi dengan Fog Lamp yang terbukti cukup membantu dikala cuaca hujan dan agak gelap.
Beralih ke samping, unit ini sudah dilengkapi dengan side moulding, handle pintu sewarna dengan body, serta spion electric samping sewarna body lengkap dengan turn signal LED. Side visor, Mudguard dan kaca film CPF1 sepertinya sudah standar juga. Oh iya, velg nya sudah velg alloy dengan ban berukuran 14”. Untuk selera ane sih ya segala nya serba cukup…
Bagian belakangnya, pastinya tidak se-seksi pesaing baru nya Mobilio, tapi yang satu ini sudah cukup menggugah selera juga koq… hehe… toh ane yakin mobil seperti Xenia ini bakal lebih banyak dijadikan sebagai kuda beban, lebih mengarah ke mobil yang fungsional seperti hal nya saudaranya Daihatsu GranMax, memang proporsinya sedikit berbeda, kalau boleh ane bilang sih Xenia itu untuk 60% penumpang, 40% barang… sedangkan GranMax itu (bukan yang Angkot ye hehe) 40% penumpang, 60% barang. Di bagian belakang R Deluxe ini ada dua garis chrome, satu dekat kaca belakang, sedangkan satunya lagi dekat dengan plat nomor belakang. Cukup manis.
Tidak lupa pula Daihatsu melengkapi model ini dengan wiper belakang serta sensor parkir.
Interior
Masuk ke bagian interior mobil ini, meter cluster dengan background warna oranye terdiri dari tiga bagian utama, paling kiri sebagai RPM meter, bagian tengah sebagai Speedometer, dan paling kanan sebagai panel informasi BBM serta Odometer. Ane sempat kebingungan mencari cari panel pengukur suhu mesin, namun ternyata pada model ini hanya dilengkapi dengan lampu tanda overheat jika sampai terjadi ke-tidak normalan sistem pendingin. Pengaturan wiper cukup lengkap, dengan kehadiran mode intermittent, serta dua mode kecepatan wiper depan dan satu mode kecepatan wiper belakang. Pengaturan AC standard, hanya terdiri dari pengatur suhu dan kecepatan blower AC, belum ada pengaturan arah semburan AC seperti pada pesaing nya. Port power standar pastinya sudah tersedia juga disini.
Kualitas bahan dashboard jauh dibawah Ertiga tapi secara model/desain sih oke, gak masalah untuk mata ane biar berjam jam di dalem mobil juga hehe.
Dual Airbag pada sisi pengemudi dan penumpang depan sudah hadir disini, lumayan meningkatkan safety feeling walaupun tetap ane nggak nganjurin bawa mobil ini secara menggila yah. ABS memang belum tersedia.
Audio yang diberikan oleh Daihatsu untuk model ini hanya berupa Headunit single DIN dengan pemutar CD Audio, tapi untungnya sudah dilengkapi dengan port USB dan Aux in bagi pengguna yang memiliki koleksi lagu yang tersimpan dalam gadget nya. Kualitas suara? Hmm… ane sih udah berusaha utak atik sound system 4 speaker ini (tanpa tweeter terpisah), gak puas sih, tapi yah lagi lagi telinga ane masih mau menerima kekurangan kekurangan yang ada. Toh mungkin Daihatsu (dan saudara dekatnya) lebih memilih melakukan penghematan fitur sana sini demi membangun jaringan Aftersales service yang mau tidak mau kita harus akui saat ini masih lebih baik daripada para pesaingnya. So untuk ane sih ini masih hal yang bisa diterima.
Oh iya… sebagai bonus dari Daihatsu, ada GPS generik berukuran sekitar 5 inchi. Peta nya lumayan up to date, layarnya cukup jelas di siang hari, hanya saja response layar terhadap sentuhan kurang, ditambah dengan tingkat akurasi titik sentuh yang kurang. Tapi namanya gratis. So cukup deh.
Eh ampir lupa... Bagasi cukupan deh biarpun bangku row 3 nggak dilipet, tapi lebih luas daripada Ertiga.
Driving Impressions
Jumat 31 Januari 2014
Masuk ke mobil, yang pertama ane lakukan ya ngatur ngatur posisi duduk, gampang dapet posisi nyaman, oh iya setir juga bisa dinaik turunkan untuk kenyamanan lebih. Terus ane mulai atur atur spion interior dan atur spion kiri kanan yang sudah elektrik. Kursi nya empuk (sepertinya memang Daihatsu sudah mempertebal kursi kursi nya).
Jalanin mesin, suara mesin halus, khas banget suara mesin Daihatsu deh. Injak kopling, hmmm… nggak keras sih, tapi nggak terlalu enteng juga, asal jangan macet keterlaluan sih ngga pegel banget deh. Pindah ke R untuk keluar car port, sempet agak kagok karena settingan kopling hrs diangkat agak tinggi baru mobil menggelinding. Tapi gapapa, penyesuaian kebiasaan sebentar doang koq.
Masuk ke gigi 1… tekan gas… masih di jalan sempit, response mesin terhadap injakan pedal gas oke juga yah, tapi karena masih di jalanan sempit sekitar rumah, ane nggak bisa ngebut, cuman jalan pelan merayap… daaaaannn seperti pengalaman mobil Daihatsu Terios ane sebelumnya, kalau pas clutch AC nyala/mati, mobil akan kerasa ndut-ndutan… tapi ah ane udah biasa nyetir mobil begini selama 6 tahun dulu, jadi ya cuek aja hehe… mungkin untuk pengguna Xenia yang baru pertama kali pegang, bakal agak komplen sih.
Oke, masuk ke jalan besar, injak gas lebih dalam, wuih… bener kata orang orang… memang settingan rasio gigi Xenia ini mementingkan tarikan awal di gigi 1-2-3 nya… Ertiga ane sih kalah dah, ya mungkin karena Ertiga ane matic sih… tapi Xenia ini cuma 1300cc dan ane isi premium doang lho… sementara Ertiga ane kan 1400cc dan nenggak V-Power…
Selama perjalanan ke kota Bandung via tol Cipularang, ane panteng mobil di kecepatan sekitar 80-100 kpj, sambil sesekali naik ke 120kpj untuk nyusul doang. Akselerasi dari 80-120kpj enteng, gak tau deh kecepatan maksimalnya berapa, ane nggak niat nyoba. Untuk ane asal mobil bisa jalan enak di 80-120kpj itu udah cukup. Dan Xenia ini sudah membuktikan bahwa dia cukup handal di rentang kecepatan itu. Tanjakan Cipularang bisa ditaklukan hanya dengan gigi 4 & 5, nggak perlu turun ke gigi lebih rendah, itu pun ane udah hampir selalu ada di jalur paling kanan selama tanjakan, berarti lumayan oke deh kemampuannya menanjak di Tol ini.
Guncangan di jalan Tol yang sekarang ini banyak berlubang bisa cukup diredam, peredaman tidak sebaik Ertiga tapi tidak seburuk yang dibilang orang orang juga. Mungkin karena ane pernah bawa GranMax kali yah yang jelas jelas lebih keras suspensi nya dibandingkan dengan Xenia ini. Suara mobil di luar masih masuk cukup jelas, suara mesin juga masih masuk jelas, begitu pula dengan suara raungan kipas radiator agak masuk ke kabin, lagi lagi dibawah kemampuan Ertiga meredam suara suara eksternal. Tapi please jangan dibilang suara yang masuk ke kabin itu keterlaluan, ya nggak juga koq… ane masih bisa ngobrol dengan volume suara normal dengan anak istri ane selama perjalanan. Sepertinya Daihatsu sudah melakukan banyak perbaikan di sektor kenyamanan, jadi jangan bandingkan lagi dengan Xenia generasi dahulu yang bisa jadi memang tidak nyaman (sayang ane nggak pernah ngerasain Xenia generasi awal… tapi yang jelas, kalau dibandingkan dengan Terios ane tahun 2007 wah jauh deh… Xenia 2013 ini jauuh lebih nyaman… tarikkan juga lebih ringan… Oh iya sebagai side note, Xenia ini dari Daihatsu nya sudah dilengkapi peredam suara semprot yang katanya sekaligus berfungsi sebagai antikarat, jadi mungkin hal ini berkontribusi terhadap tingkat peredaman yang lebih baik daripada Terios ane yang dulu.
Sabtu 1 Februari 2014
Sabtu pagi. Setelah nginep semalem di rumah nyokap, ane lanjutin perjalanan ke Subang via Lembang. Perjalanan cukup lancar karena masih relatif pagi (jam 6.30 pagi), nggak ada kendala… perjalanan ke Lembang ditempuh dengan menggunakan gigi 4-5, sesekali ke gigi 3 untuk menyusul angkot yang melambat. Mobil mulai terasa agak terengah engah ketika memasuki tanjakan sebelum Tangkuban Perahu, selama tanjakan itu, posisi persneling banyak di angka 2 dan 3, kadang masuk ke gigi 1 karena ada mobil di depan yang lambat cenderung hampir berhenti.
Lewat dari area Tangkuban Parahu menuju Subang ditempuh dengan lancar jaya, karena mayoritas jalan menurun. Kinerja rem cukup baik, tapi jelas tidak sebaik Ertiga, mungkin karena Ertiga dilengkapi dengan Ventilated Disc, sedangkan Xenia masih menggunakan Solid Disc. Tapi ini subjective feeling sih hehehe… yang jelas ane lebih ngerasa rem Ertiga lebih menggigit walaupun harus dipergunakan berulang kali.
Tuntas ane jemput anak ane di Boarding School Subang, ane kembali mengarahkan Xenia ini ke arah Lembang untuk cari tempat makan yang nyaman. Naahhh sepanjang perjalanan dari Subang ke Lembang inilah kinerja mesin mobil benar benar diuji… di jalur ini tuh banyak tanjakan yang kalau sepintas mungkin tidak terlihat curam… tapi durasi tanjakannya itu panjang banget, ditambah dengan jalan berkelok dan jalan nggak mulus juga… ini bikin banyak mobil mati matian nanjak… Xenia ane kemaren ini sepanjang jalan sering pake gigi 1-2, konstan… pake gigi 3 paling cuman sebentar, percuma, karena begitu masuk gigi 3, RPM mesin akan langsung drop lagi… dan kalau RPM sampe drop dibawah 3000 RPM, jangan harap dapet tarikan bagus deh… jadi terpaksa banyak manteng di 1-2. Ertiga rasa nya lebih mending disini… memang kalau diliat dari posisi persneling, Ertiga pun harus menempuh perjalanan dengan gigi (Matic) L dan 2, tapi tarikan lebih berisi sedikit.
Selesai lunch, ane sekeluarga menginap semalam di Subang. Perjalanan kembali dari Lembang ke Subang ane rasa tidak perlu diceritakan karena sama dengan pengalaman perjalanan awal diatas.
Minggu 2 Februari 2014
Sekitar jam 1-an siang ane kembali ke Bekasi melalui jalur Subang, disini nih value nya punya Xenia itu terlihat jelas. Sepanjang perjalanan sampai dengan perempatan sebelum masuk pintu Tol Sadang dipenuhi dengan jalan yang super rusak dan kotor berlumpur. Xenia seperti dalam habitat asli nya, dia bisa dengan lincah meliuk liuk diantara lubang jalanan dan kalau toh terpaksa harus melalui lubang cukup dalam pun nggak ada rasa khawatir di benak ane. Ane lebih pede bawa mobil ini dibandingkan bawa Ertiga ane… entah kenapa ane lebih yakin kalau kaki kaki Xenia lebih siap menghadapi medan jalan jelek dan berlumpur seperti ini dibandingkan dengan Ertiga, bukan berarti Ertiga nggak sanggup lewat lho, terbukti ada beberapa Ertiga juga yang menempuh jalur yang sama. Tapi ini murni karena perasaan ane aja… ane lebih pede pake Xenia di jalanan seperti ini. Rasa yakin karena Ground Clearance lebih tinggi (200mm) ditambah dengan struktur Xenia yang memang menganut Unibody (kombinasi antara monocoque bagian depan dan ladder frame pada bagian belakang, CMIIW) bikin hati lebih tenang untuk kondisi seperti itu.
Lengkap deh, karena sepanjang jalan, ada lubang, ada lumpur, daaaan macet dimana mana.
Minggu sore, kami sampai dengan selamat kembali di rumah kami. Tapi pas ane parkir di carport, mobil masih idle, ada suara “krrrrrrrr” kasar dari kompartemen mesin, suara itu hilang kalau pedal kopling ane injek… ane browsing di Internet ternyata kemungkinan bearing kopling masalah… KM masih menunjukkan angka sekitar 550KM, apa mungkin karena nggak kuat disiksa ane sepanjang perjalanan? Hehehe… ane nggak tau deh… tapi hari ini (Senin 3 Februari 2014), ane abis melipir ke BeRes Tunas Daihatsu Pondok Gede dan mereka confirm bahwa bearing kopling bermasalah dan langsung diganti… gak pake ba-bi-bu mereka langsung ganti part yang rusak… ini yang bikin ane dulu bertahan dengan berbagai masalah di Terios lama ane… Aftersales service nya mantap (terutama BeRes Pondok Gede ini)… salut deh…