Suryaputra wrote: Thu Dec 28, 2023 3:56
yes mau ganti pemerintah pun gak akan bisa ngubah apapun,
apalagi klo pemerintah didukung sm banyak perusahaan dan TBK pula.
balik lg ke kita
jadi sebelum milih calon pemerintah 2024, lihat aja pemerintah didukung TBK siapa aja
jadi setidaknya bisa manage expektasi,
choose the lesser of many capitals (.tbk)
siapapun yang akan terpilih tetap akan ikut order/perintah dari "9 n**a", A***A adalah salah satunya...
kenapa begitu? karena efek domino yang dihasilkan kalau salah satu dari taipan - taipan ini "ga dikasih jalan" bisa merembet kemana - kemana...
assembly otomotif, perlu manufacturing rubber / timah / besi / dsb, dibuat sub - sub PT kecil yang impact juga ke "kelas menengah", juga secara tidak langsung impact ke "kelas buruh pabrik", yang ujung nya impact ke warung makan kecil dan impact ke petani... merembet ke semua sector..
Perbankan mampet karena PT g bisa bayar Loan, pegawai lay off, daya beli turun, produksi UMKM ga laku... dst...
b0ku wrote: Thu Dec 28, 2023 4:00
ngapain di colek di sini stdnya safetynya aja cuma sekadar suruh pasang balon doank jadi bener kok di indo gak ngepek karena regulasinya gak ada ngatur hasil crash test kudu ranting berapa kalo ada itu kaleng agya sama alya gak boleh dijual disini jd aman2x aja dijual disini, belom ngomongin bajaj kurnia
Fyi, yang pesan standar safety seperti itu ya yang punya kepentingan
kalau dibuat standar safety yang tinggi, otomatis biaya produksi meningkat, cuan menipis...
banya orang tidak sadar bahwa "populasi" itu salah satu komoditas Indonesia... bisa
tidak dalam bentuk perdagangan tapi dalam bentuk "konsumtif"...
kendibocor wrote: Thu Dec 28, 2023 4:52
Selama negara demokrasi dan tiap campaign calon2nya disokong sama konglomerasi ya ga bakalan negara berani tegas sama mereka sama kayak ke masyarakat kecil. Semua negara demokasi jg gitu sampe si ke si amrik. Satu2nya cara bwat kasih social punishment sama swasta yg nakalan tp lolos dari hukuman ya cukup jgn dibeli produknya. Tp jgn banyak berharap lah sama masyarakat wakandah yg emang demen dikasi barang subpar yg penting banyak gimmick.
Kalo mau negara berkuasa mutlak dan swasta ga bs seenaknya ya harus jadi negara2 semi sosialis (RRT, russia) atau ya sekalian sosialis absolut (korut)
jadi setidaknya bisa manage expektasi,
choose the lesser of many capitals (.tbk)
swasta yang "menjalankan" sektor ekonomi dari level konglomerasi sampai grass root... siapapun pemimpin nya, tetap swasta yang dibutuhkan...
paling gampang dilihat contoh TangSel, mana berkembang daerah nya kalau swasta besar itu tidak garap lebih dari 50% tanah disana...pemerintah dibuat "harus" kasih izin, karena memang ketidakmampuan dalam banyak aspek (keuangan, tata kelola, management, dsb)
Krucilatoz wrote: Thu Dec 28, 2023 11:46
Di point ini jadi merasa ada benarnya juga statement "demokrasi di Indonesia sedang tidak baik" karena di parlemen ga ada oposisi, UU kontroversial macam omnibus ya bablas aja sehingga bikin demo berulang-ulang, sidang MK, sampai revisi UU.
bisa dibilang, "demokrasi kapitalis", apapun dan siapapun yang jadi "kepala" tetap konglomerasi "tuan" nya...
darrelund wrote: Thu Dec 28, 2023 14:30
makanya oe jg mikirnya kesitu, kenapa dia orang cuma sehari stopnya
krn industri otomotip bener" ditopang sama 2 kongolomerasi tsb
klo di stop collateral effectnya begimana tuh, bisa" demo
aplg kan TMC juga ga specify kapan ni problem bakal kelar, dia orang aja dijepang ampe ngempanin & kasih duit ke supplier + sub con nya. brp tuh duit yg harus dikeluarin
ini collateral effect nya... kebayang domino effect nya bisa sampai hampir 50% populasi indonesia...
tidak bisa di proyeksikan / disimulasikan besar nya genggaman konglomerasi kita...
