Intro
Mobil bergenre crossover mungkin untuk saat ini sangat populer di tanah air, sudah sangat banyak mobil yang diberi embel - embel "crossover", entah itu mobil yang memang didesain menjadi crossover beneran atau crossover jadi-jadian (baca = hatchback atau MPV dikasih popok).
Tapi sekarang definisi crossover sepertinya lebih sering dipakai untuk merek - merek yang menjual mobil hatchback atau MPV dikasih popok. Karena merek yang menjual "crossover beneran" malah enggan menyebut produknya crossover, tetapi compact SUV. Definisi ini sebenarnya agak rancu, antara crossover, compact SUV, atau softroader.
Awal mulanya adalah tahun 2007... dimana Suzuki memperkenalkan product terbarunya : Suzuki SX4. Meskipun terkesan seperti hatchback dikasih popok, ditambah dengan tagline nya "First Crossover in Indonesia", plus stance dan ukuran bodi seperti hatchback berpopok membuat banyak orang berpikir "mobil crossover itu hatchback dipopokin dan ditinggiin". Walaupun SX4 sebenarnya didesain murni sebagai compact SUV : punya kapabilitas Vitara dengan ukuran bodi tidak berbeda jauh dari Swift. Yup, cross-over antara hatchback dan SUV melahirkan SX4.

Sebenarnya antara bener dan salah sih... karena di tahun 2008 dia malah ngeluarin versi CKD bersamaan dengan versi hatchback X-Road... saat itu rival dari mobil ini adalah Livina X-Gear, sebelum 2011 muncul Nissan Juke. Setelah itu, mulai populerlah mobil - mobil hatchback bahkan MPV dikasih popok dan diberi gelar crossover... phew...

Saat itu SX4 begitu laris, bahkan resale value nya sangat tinggi karena banyak sekali peminatnya. Kapabilitasnya bagus, fiturnya oke, terkesan seperti "all-in-one" car. Tetapi popularitasnya lambat laun semakin menurun (Suzuki....

Lucunya, yang kembali membangkitkan semangat kelas compact SUV adalah Honda di tahun 2015 dengan Vezel / HR-V... The most problematic car in Honda's history... Yet still sells very well. HR-V dianggap sebagai mobil yang all-in-one, di saat berbagai isu problem melanda. Saya sendiri pengguna HR-V dan sudah beberapa kali juga ngebengkel, tapi mobil ini memang suits every family well... praktis iya, tinggi, hemat, canggih, walaupun build quality yang rada-rada (HPM



S-Cross generasi awal, well, I don't really like the styling. Moncongnya seperti ikan louhan, kalo dibilang sama orang jawa "lambene ndhower". Seperti didesain asal - asalan, saya dulu mengira stylist nya orang India, eh ternyata orang Jepang dan versi konsep ternyata jauh lebih ganteng dibanding versi produksi. Padahal saat S-Cross dimunculkan di sini, India justru sudah mendapat versi facelift yang sekarang, dan versi facelift ini lucunya, keluar setahun setelahnya. Ya hampir 2 tahun sih, karena di akhir 2017, S-Cross di awal-awal 2016.

dan kami mendapatkan unit tes ini di tahun 2018, plus ini adalah versi transmisi manual 5-speed.

Styling
Not much to say... S-Cross terbaru ini jauh lebih menarik dibanding pendahulunya. Moncongnya seakan dibuat lebih "naik" dengan desain grill seperti taring ikan hiu yang sedikit mirip BMW X1, Mercedes AMG GT, atau Jeep... Yang manapun, grill terbaru ini akan terlihat sangat macho kalau diberi aksen hitam doff.


Lampu utamanya agak ribet, tapi terlihat oke dengan DRL menyerupai motif alis dan projector HID dengan manual levelling (ane gak tau apa pertimbangan Suzuki pake manual levelling, karena di SX4 lama yang facelift justru pakai auto-levelling).

Sisanya tetap sama, desain velg juga lebih baik dengan 16 inch dan motif two-tone. Sayangnya seperti nggak seimbang dengan ukuran bodinya yang besar, motif two-tone juga membuat velg ini terkesan kecil dan seperti velg aftermarket *maaf* yang murahan. Tapi gakpapa lah, bisa diganti.

Di bagian belakang lampu ganti dengan LED dan motif yang berbeda.

Inside

*gambar sample dari pameran bertransmisi matic
Interior tidak banyak berubah, hanya tambahan jok kulit saja sebagai standar. Jujur, ini meningkatkan value S-Cross banget. Kulitnya juga rasanya cukup baik konturnya, bahkan terasa lebih halus konturnya dibanding Honda HR-V Prestige saya.



Baris kedua membaik dari old SX4, lebih rebah dan lebih luas, tapi sayangnya soal ruang kepala justru menjadi kekurangannya. Entah kenapa baris kedua S-Cross ini sangat minim ruang kepala (sempat dibahas oleh bro maxbilly dan oom arief prakosa dari SXCI di GIIAS 2017 Surabaya).
Minus lainnya ada di : mobil ini belum dilengkapi kontrol stabilitas... Sayang sih Suzuki sudah ngasih segitu banyak fitur tapi nggak dilengkapi kontrol stabilitas.
Driving
Penggerak S-Cross menggunakan mesin lama, M15A DOHC VVT kapasitas 1.5 Liter dengan tenaga yang sudah di-upgrade dari SX4 lama, mungkin untuk kompensasi bobot. Tenaganya 110 hp dan torsi 138 Nm.

Meskipun sama, tampilan mesinnya sangat berbeda. Perbedaannya ada di cover mesin dan engine mounting yang modelnya berbeda.
Baiklah, bagaimana S-Cross ini di jalan ?
Pertama, posisi duduk S-Cross cenderung commanding, jika penggemar posisi duduk tinggi dan biasa menggunakan Pajero atau Fortuner, pasti akan cepat terbiasa dengan S-Cross, sayangnya saya pengguna sedan jadi lebih prefer yang rebah.
Positifnya dengan posisi duduk seperti ini, visibilitas terlihat sangat luas.
Kedua yang cukup terasa pertama kali adalah bobot setir yang nggak lagi se-berat SX4 lama. SX4 lama itu bisa dibilang setirnya mirip Hydraulic power steering walaupun sebenarnya dia elektrik. Tapi setir yang baru ini ringan - jauh lebih ringan. Yah barangkali banyak komplain dari pengguna SX4 lama yang mengeluhkan setirnya berat... terutama ibu - ibu dan para nonik...
Untuk tarikan dan feel, ane gak bisa bandingkan dengan SX4 lama karena belum pernah coba SX4 lama yang manual, karakter tenaga mesin ini biasa saja, tidak terlalu meledak - ledak, tapi ya nggak boyo juga. Yang unik, kenaikan tenaga 10 hp itu seakan betul - betul terasa ketika berada di peak (5000 - 6000 RPM). Seperti ada tendangan tambahan dari mesin ketika sampai RPM peak, jika dibandingkan SX4 lama sampai ke peak terasa flat, ini mau nambah terus. Intinya ya dia punya tenaga yang cukup buat sehari - hari.
Yang bikin fun, suara mesin yang agak garing... Menggugah untuk dibawa kencang.
Menyoal kenyamanan, karakter damping mobil ini sebenarnya agak mirip sedikit dengan SX4 lama, tetapi sepertinya menggunakan shock absorber yang lebih baik sehingga nggak terasa sekeras SX4.
Tapi mobil ini memiliki beberapa drawback, yang meski begitu tidak terlalu signifikan...
Tuas transmisi manualnya agak alot dan masuk giginya susah, sehingga klo suka performance driving pasti sedikit kurang puas... agak sulit dipake short-shifting.
Kekurangan lain adalah ban. Ban yang digunakan adalah sama seperti S-Cross sebelumnya merek JKTyres buatan India. Mobil ini sebenarnya memiliki settingan sasis dan suspensi yang baik, tapi punya tendensi rolling yang besar. Ketika saya coba muter - muter, ketemu juga akhirnya penyebabnya di ban yang terasa "lembek". Nggak gigit blas. So, kalau beli S-Cross nampaknya mesti ganti ban.
Ya walaupun beli mobil apapun sekarang mesti ganti ban sih... since di Indonesia semua mobil kayaknya dijual dengan ban eco-ecoan dengan performance ampas...
Conclusion
Tampang ganteng, ground clearance cukup tinggi, fitur lengkap, dan nyaman, plus, harga yang cukup terjangkau.
S-cross ini sekali lagi menjadi mobil yang "all-in-one". Menjawab semua kebutuhan masyarakat dalam satu paket. Terutama untuk anak muda yang ingin tampil trendy dan suka berpetualang.
Yak, sekian review kali ini....
http://chzautos.com/2018/01/08/the-firs ... -cross-mt/