geofreyap wrote: Wed Dec 13, 2017 14:13
Agak oot sedikit.
Oe selama ini kalau beli produk otomotif atau elektronik, oe selalu berpatokan "kalau ini barang tembus pasar eropa, brarti soal kualitas ga main²".
Nah pertanyaannya, apakah di market sana juga menemui masalah yg sama dengan market IDM ?
Secara ini mobil kan global architecture, meski pasti ada beda di printilan & spec nya.
Dan oe selama ini agak penasaran juga masalah built quality.
Memang sih waktu pegang barang jepang, keliatan & berasa beda.
Tapi apa iya beda region beda juga cara kerja manusia & kualitas bahan material nya?
Soalnya yg ada di otak oe, brand sebesar ini pasti sudah punya minimun standard yg harus di penuhi untuk memproduksi unit.
Even mereka memilih memproduksi barangnya di negara yg murah jasa manusia & part nya, tetep ada minimum requirement yg harus dipenuhi. Soalnya ini masalah reputasi coi.
Ya itu aja sih. Mudah²an ada yg paham
Minimum standard yang harus dipenuhi pasti iya, tapi masalahnya kita nggak ngerti nih apa yang terjadi di dalam pabrik dan internal para bos - bos nya. Masalahnya, si bos - bos ini juga nggak mungkin ngecekin tiap unit yang keluar dari pabrik. QC Department memang ada, tapi yah sekali lagi, human factor lebih berpengaruh. Yakin sekali ada listnya di daftar QC apa yang harus dilakukan, tapi ya praktek di lapangan kan .....
QC yang ngerjain staff nya, QC head biasanya terima laporan dari staff dan SPV lapangan, tugasnya laporan ke atasannya "beres ndan!".
Contoh terkecil ya tau lah bengkel resmi. Yang dilaporin mekanik ke foreman A, tapi yang dilaporin foreman ke SA apakah juga A ? Terus yang dilaporin SA ke kabeng apakah juga A ? Terus yang dilaporin kabeng ke prinsipal apakah tetep A ?
Manufacturing process iya bener pake mesin, tapi sejauh apa mesin itu bisa bekerja dengan efisien ? Mesin pabrik ini maintenance nya gimana ? Tools yang dipake apakah diganti sesuai jadwal atau enggak ? Algoritma pemrogramannya bener atau nggak ? Tools ini hanya bekerja sesuai perintah manusia dan program, jd kembali faktor manusia.
Mirip lah seperti uji KIR kendaraan yang ya pasti ada requirementnya, tapi kan udah rahasia umum uji KIR di Indonesia main "pelicin".
Nah yang kompleks kalo masalah recall, jumlah user yang protes ngga akan mempengaruhi sedikitpun keputusan pabrikan untuk recall, krn mobil terdiri dari ribuan komponen dan yang supply juga banyak, ketika ada komplen dia mesti ajukan ke supplier, supplier yang memutuskan barang ini bermasalah atau enggak, kalo supplier ngotot gak ada fault, ya sampe ikan bisa nafas pake paru-paru juga gak bakal di recall, let's say putu jedugnya Innova/Fortuner ganti transmisi pun ya enggak akan ada perubahan wong barang yang dipasang sama plek tanpa ada ubahan design.
Menurut saya karena itu ada yang namanya warranty, warranty itu seperti ngomong
"eh lo coba liat lagi kalo barang gue ada yang gak beres minimal 3 tahun pertama lah, gue gak sempet ngecek satu persatu, klo ada silahkan komplen ke kantor gua"
Niatnya sih baik, praktek di lapangannya yang .......