https://oto.detik.com/catatan-pengendar ... ta-jakarta
Dari berita diatas, sepertinya ini sudah mulai masuk taraf "gawat" di Indonesia, banyak yang egois dan temperamen, terutama Jakarta, okelah pembahasan kali ini kita fokuskan di Jakarta dan kota besar yang mulai banyak maet semerawutnya. Ya banyak contohnya perilaku pengemudi yangterlihat egois, mulai dari nerobos lampu merah, nyelak antrian, jalan pelan di kanan padahal depannya kosong plong (trus kalo disalip malah marah)...kalau bisa dibilang, mental pengendara indonesia termasuk cukup parah (walaupun mungkin ada yang lebih parah lagi)..Jakarta - Pendewasaan ketika berkendara nampaknya menjadi suatu yang mendesak untuk lebih dipelajari dan gali. Karena, bila hal tersebut tak dikembangkan maka pertikaian akibat hal sepele di jalanan menjadi tak tertahankan lagi.
Seperti pada pagi hari ini, Selasa (31/10/2017), entah bagaimana awal mula kejadiannya, dua pengendara mobil terlibat pertikaian di tol dalam kota yang diperkirakan berada di daerah Smesco, Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Menurut foto yang diunggah oleh Andremagis, pengendara Honda HR-V terlibat pertengkaran dengan pengemudi lainnya yang mengendarai Avanza akibat tidak terima kendaraannya disalip.
"Pagi ini di depan smesco.. ndak mau disalip.. Untung 2 vs 2.. Hitung-hitung olahraga pagi. At Smesco Gatot Subroto", tulis Andreamagis pada akunnya.
Memang sih dalam suasanya yang panas terik apalagi buru-buru untuk ke tempat tujuan membuat panas hati. Namun tetap saja, peristiwa tersebut tidak perlu ditiru ya Otolovers.
Karena selain merugikan diri sendiri dan menjadi tambah telat ke tempat tujuan, tentu saja hal itu merugikan pengendara lainnya. Jadilah pengendara yang cerdas.
Dari judul thread, kolerasi dengan pendidikan masa kecil, mungkin banyak yang bertanya, apa hubungannya ? hmm....oke..pada masih kecil, berapa banyak dari anda yang sedang membaca thread ini selalu ditekankan "kamu harus jadi no 1 di kelas" atau "kamu harus ranking teratas", atau semacam itulah. Kemudian seberapa banyak dari anda yang sedang membaca thread ini, pas masih kecil dibilangin, "kamu harus belajar antri", "ayo kamu jangan nyerobot, jangan ambil hak orang lain, antri yang tertib", atau semacamnya..
Saya penasaran, apa karena selalu didorong untuk selalu jadi no 1 ya, apa karena terlalu didorong untuk selalu kompetitif ya, sampai-sampai "brain-washed" ini sampai berpengaruh pada saat mengemudikan kendaraan di jalan raya ? Akibatnya banyak orang jadi egois di jalan, ntah berapa kali kita liat orang nyerobot antrian di gerbang tol atau pintu keluar tol, berapa kali kita melihat orang nyerobot antrian belokan, dan ntah berapa kali kita dibikin kesal oleh tingkah laku orang seperti itu.
Dari hal tersebut muncul pembelaan, "saya buru-buru", iya saya tau, kita semua tau, semua orang juga pengen cepat sampai tujuan kok, semua orang pengen urusan hari itu cepat selesai..mental pengen cepat sampai kemudian ditambah lagi dengan tekanan pekerjaan/tugas sepertinya membuat banyak orang makin seenaknya saja di jalanan tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan atas perilakunya. Disini mungkin bisa dihitung jumlah orang yang kalo nyetir punya pikiran, "kalo misalnya saya melakukan ini, sepertinya efek yang akan ditimbulkan seperti ini". Hal ini diperparah karena orang dianggap mahir mengemudi kalo udah bisa gas, rem, pindah gigi, dan piawai memainkan stir, tapi belum ke memikirkan pengguna jalan yang lain.
Dulu rute harian saya selalu melewatin JORR Selatan, masuk dari Tanah Kusir dan keluar di Lenteng Agung, semenjak JORR barat tersambung dengan JORR selatan, macetnya lumayan parah sih karena volume kendaraan bertambah..satu hal unik yang saya perhatikan, suka terjadi tiba-tiba lancar, ya ini bikin penasaran semua orang "kok macetnya gak jelas", hari demi hari saya amati setiap kali saya berkendara, saya diskusikan dengan banyak orang, akhirnya kesimpulan yang kami dapat, "salah satu penyebab kemacetan yang terjadi di JORR selatan adalah karena orang-orang yang menyerobot via bahu jalan, pada saat mereka masuk kembali ke lajur lambat, mobil yang di lajur lambat terpaksa mengerem dan itu akan mengakibatkan suatu efek berkelanjutan ke mobil yang di belakang, apabila volume kendaraan sangat banyak hal ini bisa mengakibatkan kemacetan dan menular ke jalur lainnya".
Saya juga pernah mengalami hal konyol di perempatan yang gak ada lampu merah, saya di barisan depan di perempatan, dan jalanan depan saya itu macet total, saya tidak mau maju karena saya tau kalo saya maju, orang yang mau berbelok di perempatan pasti akan terhambat dan merugikan orang lain. Begonya, ada mobil dibelakang saya klakson-klakson suruh saya maju, saya tetap gak mau, akhirnya karena gak tahan saya minggir, saya suruh dia maju duluan..dan ya..betul apa yang saya takutkan jadi kejadian, GRIDLOCK. Akhirnya selama 5 menit saya melihat kekacauan akibat ada orang idiot yang gak mikirin kedepannya bakalan bagaimana hingga konser klakson menggema dimana-mana..untunglah ada bbrp warga setempat yang mau mengurai kemacetan yang terjadi.
Keegoisan pengendara, stress yang bertumpuk, dan sifat tidak mau kalah ini jadi bumerang buat lalu lintas Indonesia, sudah tau jalanan macet, volume kendaraan luar biasa banyaknya, ya setidaknya bisa dong antri dan tertib, itu bisa membantu mengurangi kemacetan kok, BEBEK SAJA BISA JALAN LURUS BERBARIS, masa MANUSIA disuruh tertib aja SUSAHNYA MINTA AMPUN ? Masa kalah ama bebek ? mau derajatnya lebih rendah dari bebek ? kan enak gitu loh kalo semua antri dan tertib, setidaknya bikin suasana yang udah kacau balau diubah jadi agak nyaman dikit.

Saya pernah merekam video perjalanan saya di dalam kota dan kemudian saya berikan ke teman orang asing, dia berkata "jalanan negeri kamu itu kok kayak sirkus ya ?", kemudian ada yang masih ingat video yang direkam orang Italia mengenai lalu lintas di Jakarta, di video itu diperlihatkan orang Indonesia terlalu sering bergonta-ganti lajur, sampai ada komentar "pantas saja macet, mereka tidak bisa berdiam diri di lajurnya sih".
Ntah saya berapa kali di tol terpaksa menyalip dari kiri akibat lajur kanan ada mobil yang jalan pelan 60-70km/h padahal di depannya kosong plong, begitu disalip dan saya klakson malah marah balik ngasi klakson atau hi-beam..hello, kalo anda takut melaju kencang di tol mending anda gak usah keluar rumah sekalian atau gak usah punya mobil sekalian.
Kemudian kasus yang di berita di atas, disalip malah marah, okelah kita gak tau kejadian sebenarnya seperti apa, cuma saya bikin 2 skenario:
1. Skenario 1: mobil A antri, kemudian mendadak mobil B nyelak antrian, A gak terima dan klakson panjang, B gak terima juga, akhirnya berantem
2. Skenario 2: mobil A lagi jalan, kemudian mendadak disalip tipis ama mobil B, A gak terima dan kemudian ujungnya sama kayak skenario 1
Dari 2 skenario ini, kasus ini menurut saya bisa terjadi karena: (a) tidak bisa menjaga emosi, (b) hanya memikirkan diri sendiri, dan (c) kesadaran terhadap pengguna jalan lain yang sangat kurang
Saya jujur juga susah untuk mengontrol emosi pas berkendara, terutama ketika tidak terima ada yang motong antrian.
Saya dulu pernah tinggal di Jepang, di sana saya bertemu dengan keluarga dimana anak-anaknya masih kecill, masih TK dan SD, saya perhatikan anak-anaknya sangat tertib dan disiplin, salah staunya bisa mengantri dengan tertib. Saya diberi tahu oleh orang tuanya kalau yang penting pada saat masih kecil, anak kecil harus dibentuk dulu karakternya dan harus bisa disiplin dan tertib sehingga ketika di tempat umum tidak bikin repot/susah orang lain. Pas saya balik ke Indonesia, saya sempat berbincang dengan salah satu dosen saya, dia memasukkan anaknya ke sekolah dengan cukup selektif, bapak dosen mencari sekolah dimana yang paling utama adalah pembentukan dan pengembangan karakter, terutama mengenai tertib dan disiplin, hal paling simpel tapi akan selalu berguna dimanapun adalah antri dan tertib.
Hasil dari didikannya ? pas saya diberi kesempatan nyetir disana, saya takjub, ketika bertemu jalanan bottleneck, semua orang tanpa klakson, tanpa saling sodok, tanpa pepet-pepetan, tanpa serobotan, semuanya jalan saling bergantian memberikan kesempatan dengan yang lain. Ketika di jalan tol pindah lajur dan motong kendaraan lain, mereka memberikan hazard (kurang lebih) 3x sebagai tanda "maaf mengganggu, terima kasih telah memberikan saya jalan", dan semua orang mendewakan dan selalu memberi prioritas kepada pejalan kaki (kecuali dimana lampu penyebrangan pejalan kaki menyala merah, prioritas diberikan kepada kendaraan). Atau gak usah di jalan raya deh, di stasiun kereta/bus, semua orang antri tertib menunggu giliran, gak ada saling serobot. Itu semua karena pada saat masi kecil diajarkan untuk antri dan tidak mengambil hak orang lain, "Infrastruktur umum yang pakai bukan kamu saja, tapi orang lain juga, pikirkan mereka".
Seandainya dari kecil diajarin tertib, dan pada saat beranjak dewasa tidak diracuni pikirannya oleh orang lebih tua untuk mau nyerobot/nyelak, mungkin pas mereka sudah cukup umur untuk menyetir, tidak ada yang mencoba untuk menyelak antrian, skenario terburuknya mungkin kalo mereka mencontoh pengendara senior yang berani untuk menyerobot antrian, jadi lingkaran setan ini sepertinya agak susah dihapus kecuali kalo dari pihak regulator dan polisi berani memberlakukan peraturan "bertangan besi"..atau alternatifnya, mengajak pengguna jalan melakukan gerakan pro-aktif untuk menjaga ketertiban jalan. Cara kerjanya, seseorang, sebut saja si A memotret pengendara B yang melanggar lalu lintas --> foto dari si A dikirim melalui aplikasi ke pihak polisi --> pihak polisi menerima foto dari si A dan memproses laporan dengan barang bukti berupa foto --> apabila B terbukti bersalah, pihak polisi memberikan surat tilang dan denda ke pengendara B dengan bukti foto dari si A --> si A dapat Rp 2000,00 (per laporan) yang langsung masuk di rekening bank si A sebagai imbalan telah membantu kepolisian.
Coba bayangkan dengan sistem itu, dengan mengajak masyarakat pro-aktif menjaga ketertiban maka polisi akan mendapat jutaan pasang mata tambahan yang dapat melaporkan kejadian di jalanan, saya rasa yang deman melanggar akan mulai berpikir 2x untuk melakukan pelanggaran karena gerak-geriknya diawasi banyak orang.
Mari didiskusikan...kira-kira kedepannya bagaimana caranya, pendidikan di SD dan TK harus bagaimana agar anak-anak bisa tertib, disiplin, dan bisa antri, dan sebisa mungkin mereka tidak terpengaruh kebiasan orang tua yang suka nyerobot ? dan bagaimana caranya mengubah mindset goal "harus jadi nomor 1", karena ini menurut saya bisa jadi pedang bermata 2 kedepannya..karena buat saya pribadi percuma pintar di otak tapi gak tau etika..orang kayak begini masuk masuk kategori brengsek buat saya pribadi..