
Brio? Honda? Gak salah nih R2D2 beli Honda?

Jadi begini, perkenankan saya menceritakan sebuah dongeng dulu yak.

Yang sudah berinteraksi dengan saya di sini sejak zaman MadCat masih menyusu, tentu akan mengenal saya sebagai fanboy Toyota dan rada2 anti Honda. Yach, bisa jadi itu benar walau tidak 100% akurat.
Sewaktu remaja, saya selalu suka melihat sedan, khususnya Corolla. Ya ndak tau kenapa, suka aja lihat Corolla. Kalau cari info tentang Corolla, misal baca majalah dan akhirnya ketika mulai ada internet, cari juga di situs dan forum otomotif (hingga akhirnya kecantol di SM ini), hampir bisa dipastikan Corolla akan selalu “dibenturkan” dengan Civic, ya walau kadang dibandingkan juga dengan Lancer dan Mazda 323 tapi porsinya dikit.
Namanya juga masih remaja, labil dan meowsional … eh emosional, jadi seolah terbentuk mindset kalau Civic adalah “musuh” Corolla. Ndilalah (apa ya bahasa Indonesianya?) modelnya Civic itu saya memang gak suka.
Kebetulan lagi, saat saya mulai mampu beli sedan bekas, yang terbaik bisa diraih dengan dana saya selalu Corolla. Nah, kalau di forum2 lalu ada yang menjelekkan Toyota, gak terima dong, mobil yang saya beli susah payah meski cuma dapat bekas, kok dijelek2in. Wajar khan yach?

Dan admit it, kebanyakan oknum yang menjelekkan Toyota itu biasanya suka Honda


Singkat cerita, setelah beberapa kali harus “puas” dengan sedan bekas (produk Toyota semua), tibalah sebuah kesempatan saat saya mampu membeli sebuah mobil baru. Kriteria saya dalam membeli mobil baru saat itu adalah irit dan lincah karena banyak digunakan di dalam kota. Dengan sangat sedih saya harus mencoret opsi sedan karena tidak sesuai kriteria irit dan lincah (padahal alasan utama sebenarnya karena duit gak cukup).

Saat mulai berburu, sudah tentu dimulai dari Toyota dong.

OK, lirik merk lain. Coba Honda lah. Predikat hater itu khan cuma forum2 dan di pikiran. Cuma masalahnya, Brio waktu itu belum ada, Jazz kemahalan. Coret.
Akhirnya yang tersedia tinggallah Mirage. Setelah cari info dan review sana-sini, termasuk tes drive, ternyata menarik juga Mirage ini. Akhirnya saya ambil Mirage. Sudah saya tulis di sini reviewnya (lupa di mana, ntar kalo ketemu saya pasang link-nya).
Sekian tahun berlalu, kebutuhan baru muncul. Anak saya mulai kuliah dan jelas butuh transportasi memadai. Saatnya berburu mobil lagi. Ketika akhirnya dana cukup, mulailah hitung menghitung, dan dengan berbagai pertimbangan saya memutuskan membelikan anak saya sebuah mobil LCGC.
Duit nampaknya hanya cukup buat beli Agya. Akhirnya hunting sana hunting sini, saya mulai mencari diskon Agya, Ayla, dan Karimun. Mana yang kebeli ntar. Brio sama sekali tidak terpikir waktu itu. Kebetulan anak saya yang bungsu pernah nebeng Brio temannya dan bilang gak nyaman.
Tapi ternyata menawar Agya, Ayla, dan Karimun sungguh alot. NIK 2016 sudah habis … bis. Ya barangkali karena memang udah murah ya, hehe.
TD Karimun, tak memuaskan. Gak enak mobilnya, saya malah agak mual. Agya dan Ayla gak tersedia unit TD-nya.

Akhirnya saya iseng mengajak istri datang ke dealer Honda, berbekal info dari SM di trit diskon, ada diskon 12 juta untuk Brio NIK 2016. Lha begitu melihat unitnya, apalagi interiornya, saya dan istri malah langsung minat. Apalagi belum lama istri saya nebeng Ayla temannya, begitu njomplang katanya kualitas interiornya. Pokoknya asal jangan sering2 lihat bokongnya saja.

Akhirnya, meski dapat juga diskon 12 juta (lebih dikiiiit

Nah, karena sekarang saya punya 2 mobil, si kutu dan si setrika, mau tidak mau pasti akan membandingkan keduanya. Meski tidak bisa dibilang apple to apple, tapi cukup dekatlah jika diperbandingkan.
Kesan awal, jok Brio lebih tebal. Sempat dapat info kalau yang varian S gak ada tilt steering, saya jadi khawatir sulit menyesuaikan posisi setir, tapi ternyata ada. Cuma jok driver tidak bisa diatur ketinggiannya, sementara Mirage bisa. Ternyata tidak lama untuk menemukan posisi nyetir yang cocok dan begitu mulai menyalakan mesin, terasa bila Brio lebih halus (4 silinder sih) dan lebih kedap. Sedangkan Mirage tertolong kualitas audio yang lebih bagus. Jadi kalau terganggu suara mesin, nyalain aja audio keras2, hehe.
Handling, ah akhirnya saya merasakan juga handling yang dibangga-banggakan pengguna Honda. Meski cuma level LCGC, namun mewarisi sifat handling a la Honda. Saya lebih pede menikung dengan Brio dibandingkan dengan Mirage. Cuma ya itu, suspensi lebih keras. Terasa banget bedanya. Barangkali kalau Mirage facelift yang konon sudah diberi strut bar, bisa lebih dapat keduanya ya, empuk dapat, handling dapat.
Bagasi lebih luas Mirage, jadi kalau butuh bawa barang banyak lebih pilih pake Mirage. Anak saya yang selalu duduk di belakang bilang kalau jok Brio lebih tebal dan empuk cuma posisi duduk dan luas lebih enak Mirage.
Berbagai aksesori dan fitur berimbang, ada yang di Brio ada di Mirage gak ada dan sebaliknya. Mungkin untuk lebih jelasnya bisa lihat tabel berikut.

OK, sekian dulu dongeng saya ya, terima kasih berkenan membaca. Nanti kalau ada cerita2 lain lagi, saya tuliskan di trit ini.

