Latar belakang:
Di perkirakan sekitar akhir bulan November atau awal Desember tahun 2016 ini anggota keluarga kami akan bertambah

Sejak kira-kira bulan Juli lalu kami putuskan untuk mencari mobil operasional pengganti yang kapasitasnya lebih besar. Setelah melalui diskusi panjang dengan istri didapatlah beberapa kriteria mobil yang kami perlukan:
- 7 seaters (3 rows) is a must
- Mobilnya musti bandel/tahan banting (rata2 jarak tempuh harian sekitar 60 Km)
- Biaya perawatan relatif terjangkau
- Istri masih ‘pede’ nyetir mobil tersebut.
- Budget max 250jt
Hingga akhirnya pilihan mengerucut menjadi beberapa mobil diantaranya:
- Kijang Innova diesel tahun 2012-2014
- Captiva diesel 2011-2013
- Honda freed
- Toyota sienta
- Honda mobilio, Toyota avanza, Suzuki ertiga
Pada awalnya BR-V sama sekali ngga masuk daftar bidikan. Prioritas utama pas awal-awal nyari itu innova diesel yang akhirnya saya harus ngalah dicoret dari list karena istri test drive punya sodara ga pede bawanya, terlalu lebar katanya (maklum rumah Jakarta coret yang jalannya 2 jalur super sempit). Captiva juga akhirnya dicoret karena kita masih konservatif untuk mobil operasional ini, dan setelah baca2 forumnya dengan berat hati mimpi buat punya captiva terpaksa kami hapuskan. Avanza jadi mobil yang dicoret selanjutnya karena udah kenyang pake avanza dari tahun 2006 (inventaris orangtua). Honda freed, kita suka banget tapi kayanya lifecycle udah kepanjangan, harusnya sebentar lagi akan keluar generasi barunya. Next ke sienta, nah ini mobil terutama yang Type V masuk ke incaran dengan disc 20jt (Agak berat juga sih karena masih lewat budget) tapi pas kita coba mau TD, baris kedua kerasa terlalu pendek, dan entah kenapa menurut saya dan istri kabin terasa sempit.
Pada satu weekend pas lihat mobilio punya tetangga sebelah pas lihat iklan mobilio RS, timbullah ide untuk ngajak istri ke dealer Ahond liat+TD mobilio RS limited edition. Apalagi kalo baca-baca di forum ini kayanya salah satu MPV yang banyak direkomen ya si Lio ini. Sampe di showroom disambut nonik lucu (sayangnya ada bini di sebelah *hammer*) pas kita tanya unit mobilio ternyata posisi ada di paling ujung, menuju mobilio ketemu sama BR-V dulu, eh ternyata saya lebih suka liat tampang si BR-V ini walau secara sekilas, tp kami lanjutkan perjalanan ke mobilio dl, cek ini cek itu, liat ini liat itu, nothing new karena basically udah beberapa kali cek mobilio di display atau naik taksi burung biru. Tiba-tiba istri bisik-bisik, “liat BR-V yang tadi dulu yuk” nah kan rupanya dia juga suka tampang BR-V.
Honda BR-V
Sebuah mobil yang dikembangkan dari basis yang sama dengan Brio, Mobilio dan sedan amaze (belum masuk di Indonesia). Kalo kata beberapa reviewer bilang Mobilio adalah Brio yang dipanjangkan, dan BR-V adalah Mobilio yang ditinggikan.
Eksterior:
Front:
Ini bagian yang bakal jadi favorit saya seandainya aja grill segede gaban itu ga dikasih warna chrome (solusi sementara saya tutup pakai sticker motif carbon, niatnya nanti mau water printing carbon kalo jadi). Headlamp sudah diberi model projector dan sayangnya baru ditemenin dengan LED Light Guide bukan LED DRL kaya di HRV prestige (ngarep).
Side:
Di bagian ini BR-V paling terlihat berbagi basis yang sama dengan mobilio, lekukan di Antara pilar B dan pilar C adalah ciri khas Mobilio yang terbawa ke BR-V. Terlihat sedikit lebih gagah dengan adanya roof rail. Untungnya di seri prestige ini kaca film sudah dikasih v-kool yang black jadi buat selera pribadi udah cukup walaupun kalo dari dalem saya kurang suka tinted color-nya yang agak keunguan.
Back:
Buat saya bagian belakang BR-V ini cukup lah, ngga terlalu plain tapi ngga terlalu berani juga. Lampu senja yang model LED guide lamp bikin tampilan lebih ok. Saya sebetulnyakurang suka dengan spoiler di Type prestige ini. Selera pribadi saya tetep ga suka banyak tulisan di mobil, jadi saya cabutin deh semua kecuali lambang H tegak karena ada yang komen dari 2xx harga BR-V, 100 jutanya itu buat harga H tegaknya...hehe
Interior:
Dashboard dasar hitam dengan beberapa akses alumunium look dan sedikit piano finish di sekitar headunit, Desain yang sama aja dengan Brio, Mobilio yang juga dilengkapi Panel AC digital. Overall saya suka desainnya, tapi saya kurang suka kualitasnya. Untuk kualitas paling kerasa tipis di cover yang berada di sisi kursi pengemudi persis dibawah setir.
Doortrim satu warna hitam full plastic yang kalo ditempat terang keliatan sekali bahan murahannya. Menurut saya warna hitam plastiknya ini mudah sekali kotor atau tergores.
Meter Cluster, ini salah satu yang bikin saya rela bayar lebih dibanding mobilio, modelnya udah agak-agak meniru mobil-mobil yang jauh lebih mahal. Satu warna dilengkapi dengan MID di sisi kanan yang bisa menampilkan: Jam, Odometer, tripmeter, Average fuel consumption, Estimation range left. Sayangnya masih belum ada suhu luar/dalam mobil. Indikator ECO mode muncul berupa tulisan bukan ring cluster yang berubah warna.
Di type Prestige ini Head Unit dapet dari Panasonic yang belum ketemu jenisnya dengan fitur unggulan NANO-e yang diklaim bisa ngebantu ngebunuh bakteri-bakteri, yang lucunya saya malah ga suka sama fitur ini karena kalo NANO-e sedang aktif mengeluarkan suara mendenging dengan nada tinggi walaupun dengan volume yang sangat kecil. Intinya saya sih kurang suka dengan Head unit bawaan Prestige ini, dan kalau baca-baca banyak yang mengeluhkan hal yang sama dan menilai Head unit type E (Kenwood DDX 515bt) lebih baik kualitasnya.
Jok mobil berasa sedikit keras dan terlihat tipis, dipakai duduk paling lama baru sekitar 3 jam. Masih terasa acceptable. Yang saya ga suka bagian belakang jok ini berasa banget tipisnya, apalagi pas kondisi dilipet.
Mesin & Transmisi:
Mesin 1500cc L15 klaim max power 120 PS at 6600RPM dan max torsi 145Nm at 4600RPM yang masih sama dengan yang dipakai di Moblio, HRV 1.5, Jazz saya nilai cukup untuk kendaraan harian, dipadukan dengan transmisi CVT 7percepatan tentunya bukan ditujukan untuk yang nyari akselerasi bengis.
Safety Feature:
Di type prestige sudah dilengkapi dengan VSA (Vehicle Stability Assist) dan HSA (Hill Start Assist). VSA di klaim untuk membantu mencegah terjadinya oversteer ataupun understeer. Sementara HSA untuk membantu supaya mobil tidak mundur pada saat stop&go di tanjakan. Yang sudah sangat terasa membantu buat saya fitur HAS ini, paling sering terasa kalau macet di ramp parkiran mall, ngga ribet harus sering Tarik rem tangan, atau cepat pindah kaki dari Rem ke gas.
Driving experience:
*Disclaimer: Mobil baru saya pakai lebih kurang 500km dengan single trip terjauh dari Bandung menuju Bintaro. Saya masih jaga RPM mobil max di kisaran 3000RPM, nanti saya update kalo udah berani flat out.
Masuk mobil nyalain mesin, suara mesin halus, getaran hampir tidak terasa. Warning sound dari safety belt muncul untuk driver dan front passenger. Geser perseneling masuk ke D, mobil berjalan cukup halus shifting khas CVT sangat terasa. Untuk dalam kota buat saya sih cukup, bergerak halus dan jaga mesin tetap in ECO mode. Masuk ke jalan tol baru posisi di D ini relatif berasa lemot. Karena kesal saya coba pindah ke S, derungan khas mesin tebu semakin terdengar tapi transmisi berasa lebih pintar, ga terlalu bikin stress. Cukuplah buat memenuhi ekspektasi saya untuk sebuah LMPV . Bantingan terasa cukup firm, jalan 80-120km/jam di cipularang ga terlalu mental mentul. Istri ga terlalu protes. Tapi memang kalo lg jalan pelan lewat jalan jelek kerasa agak terlalu keras. Konsumsi bensin untuk daily use Bintaro-Jakarta saya dapat average 1/10 km.
Beberapa hal yang saya ingin upgrade ke depannya:
- Simple two way Speaker system
- Karpet comfort karena bonus karpet beludru warna hitam gampang banget keliatan kotor

- LED DRL
- Push start button biar kaya BR-V di india

Sekian dulu postingan pertama nubi, semoga bisa rutin update ke depannya.
Semoga berkenan

