Kali ini kami yang belom sampe 1 bulan jadi member SM namun sudah 2 tahunan jadi silent reader, membuat review suatu kendaraan peninggalan jaman Gusdur….

Pendahuluan
Ingatkah anda dengan jaman Gusdur? Atau malah belom lahir?

Ya, jaman di awal abad 21, ketika di dapur kita ada kompor yang menggunakan minyak tanah, ketika komputer hanya ada di kantoran dan rumah horang kayah (itupun pake windows 98). Ketika di rumah kita ada televisi tabung yang kalo dipegang layarnya sedikit nyetrum, kalo hujan lebat gambarnya berubah jadi semut demo. Ketika Nokia jadi barang mewah yang hanya dimiliki kaum borju, karena harganya saat itu 2 jutaan untuk sebuah Nokia yang layarnya kuning-hitam. Bahkan SIM card harganya 100ribuan….
Di jalan raya, yang belum sepadat sekarang, yang menjadi favorit adalah trio MPV, Kijang, Kuda, dan Panther. Selain mereka, yang agak laku saat itu adalah mobil-mobil tanpa bonnet, Carry&T120SS, L300, Esspass, Zebra. Saat itu mobil harganya masih di bawah 100juta, kecuali mobil mewah. Di SPBU Pertamina yang masih pake gambar kuda laut, harga premium masih Rp.1450 dan solar Rp.900.
Kembali Ke 2016, Jaman Jokowi. Di garasi kami tersimpan seekor mahluk saksi hidup dari jaman Gusdur. Toyota Kijang LGX 1,8 EFI MT Gasoline, tahun 2000 (1st facelift).


__________________________________________________________________________________________________________________________
Eksterior
Dibalut dengan cat warna, errr… warna apa ya ini? Auto2000 menyebutnya beige, tukang samsat menyebutnya coklat metalik. Orang-orang menyebutnya coklat, coklat muda, coklat terang, coklat keemasan, … (Halah piye toh warna aja diributin….)

Bagian depannya kami sangat suka. Facelift yang dilakukan di tahun 2000 ini merubah tampilan depan mobil ini menjadi lebih gagah. Dengan grill warna hitam yang dikelilingi chrome secukupnya, terasa pas dan enak dilihat. Begitu pula dengan fog lamp yang diletakkan di bagian bemper, dipindahkan dari yang sebelumnya menyatu dengan lampu utama.
Di bagian samping juga terlihat enak dipandang. Tidak terlalu polos & kuno tapi juga tidak terlalu banyak tekukan-tekukan berlebihan yang menyebabkan terlihat seperti habis ditabrak Fuso.



Di mobil kami juga terdapat aksesoris berupa talang air dan foot step merk Dadone (Kemana ya merk aksesoris itu sekarang? Sudah jarang terdengar, mungkin kalah oleh TRD Spurtipu). Talang air yang asli yang ada di pintu row 2. Yang di pintu row 1 itu buatan taun 2008.


Mobil ini menggunakan ban Bridgestone Turanza 195/70 R14, sesuai ukuran aslinya yang ditempel di pintu. Dipercantik dengan velg alumuiniunum palang lima (yang kalau diperhatikan selain 5 buah palang ada 5 buah palang kecil lagi, jadi secara teknis ini velg palang 10). Tampak pas dengan bentuk & ukuran rumah rodanya. Juga dengan overvender chrome, terlihat cantik. :big_smile:


Bagian belakangnya bentuknya membulat. Kami sebenarnya kurang suka dengan bentuk begini. Terlalu gundul. Terlalu polos. Seandainya dipasang spoiler mungkin cocok. Di bagian belakang ini juga terdapat beberapa tulisan dengan warna chrome.



Di pojok belakang kanan terdapat knalpot yang bentuknya sangat standar. Hanya pipa besi, tidak pake chrome seperti mobil baru. Tapi kami suka model seperti ini. Knalpot ini juga masih memuncratkan, errr… maksud kami menyemburkan air di pagi hari, tanda pembakaran mesin masih sehat. (Di foto tidak muncrat karena sudah siang)

Di pilar A terdapat antenna radio dengan model khas mobil jaman dulu. Bukan model shark fin seperti mobil baru, mungkin model ini lebih cocok disebut shark bone atau shark thorn.


Score: 7.5/10
____________________________________________________________________________________________________________________________
Interior
Interior mobil ini dibalut warna abu-abu. Juga jok beludrunya sejak mobil ini masih baru langsung kami lapisi sarung dengan warna yang sama (yang sekarang sudah mulai jebol).

Masuk ke row 1, terlihat setir palang 3 dari bahan polyurethane, menggantikan bentuk palang 2 trapesium yang sudah dipakai sejak jaman Kijang Super.

Dashboard dibuat dari plastik keras. Memang keras, tapi keras beneran. Errr…. Maksud kami, padat. Tidak seperti mobil-mobil jaman sekarang yang keras tapi tipis.

Instrument cluster terbagi 3 bagian. Speedometer, odometer dan tripmeter di kiri. Tachometer di kanan. Termometer dan bensinmeter di tengah. MID? Halah, siapa yang butuh MID di jaman Gusdur….


Di sebelah kanan setir, terdapat tombol untuk mengatur posisi spion, atas-bawah, kiri-kanan. Juga ada saklar lampu kabut.

Di kiri setir, terdapat tombol lampu hazard, saklar wiper belakang, dan bohlam kecil indikator alarm. Dibawahnya ada lubang untuk dicolok, yang ketika dicolok akan menimbulkan sensasi kesetrum. Dulu dicolok rokok, sekarang lebih sering dicolok charger HP. Saklar AC menggunakan model geser, bukan puter-puteran kompor.

Terdapat Head Unit single DIN bawaan merk Alpine yang masih berfungsi sampai sekarang.

Di sebelah kiri terdapat glove box yang cukup besar, yang di mobil kami digunakan untuk menampung lap kanebo, dan buku-buku.



Legroom kursi penumpang depan kiri cukup lega menurut kami. Ukuran tinggi kami saat ini 178 cm (Jangan Tanya tinggi kami di jaman Gusdur dulu, blom nyampe 1 meter


Di center console terdapat beberapa lubang, bias dipakai untuk nyimpen duit receh buat Pa Ogah. Batang, errr…. Maksud kami tongkat persneling cukup panjang, yang entah kenapa di mobil-mobil yang lebih baru, batang itu semakin pendek. Console box ukurannya pas, tidak terlalu besar sehingga akses tangan pengemudi ke penumpang depan tidak terganggu seandainya akan melakukan sesuatu


Door trim row 1, terdapat speaker & twitter, dan wadah untuk menyimpan lap. Door trimnya empuk, tidak seperti mobil jaman sekarang yang keras.

Mari kita coba row2. (Buka pintu row2, bunyi “ngeeeeeeek”, engsel pintunya mulai karatan).

Ini legroom yang tersisa di belakang posisi nyetir ideal kami. Memang dengkulnya hampir mentok. Kaki bawah bisa masuk ke kolong jok pengemudi.

Di atas ada AC double blower. Namun kelemahannya adalah; banyak kisi kisi yang kendor&somplak ketika sudah berumur. Di mobil kami sudah ada 2 dari 6 kisi-kisi yang kendor. Kami ganjal pake tissue.

Di belakang console box terdapat wadah kecil, mungkin sejenis asbak.

Doortrim row 2

Di jok row 2 ini juga terdapat benda entah namanya apa ini, kami lupa namanya apa. Pokoknya ganjelan tangan. Di mobil kami jarang dipakai, atau mungkin jarang ada yang menyadari adanya benda ini karena biasanya tersembunyi di balik sarung jok.



Di mobil kami juga masih tersimpan wadah runtah, err maksud kami tempat sampah bonus dari dealer. Jarang-jarang loh sebuah wadah runtah mobil masih bertahan sampai hampir 16 tahun…


Untuk masuk ke row 3, harus melipat jok row 2, seperti ini


Posisi duduk di row 3 menurut kami kurang nyaman. Dengkul mentok dan posisi agak jongkok

Bagasi cukup luas, apalagi jika jok row 3 dilipat. Ini kondisi bagasi apabila jok row 3 dilipat

Jika row 3 tidak dilipat, tinggal segini, namun masih lega

Ohh iya, hampir lupa, di mobil ini tidak ada cupholder samasekali. Namun kami biasa meletakkan minuman dengan diselipkan seperti ini.

Score: 8.5/10
_________________________________________________________________________________________________________________________
Ride & hadling
Dibalik kap mesin, tersimpan mesin 7K-E, 1781 cc. Mesin yang menurut kami unik, karena memadukan mesin OHV yang berteknologi rendah, dengan teknologi EFI yang canggih (menurut standar jaman Gusdur).

Mesin ini memiliki tenaga maksimal 84 PS pada 4800 RPM. Secara teori, angka tersebut cukup rendah. Namun dalam kenyataannya, mobil ini terasa memiliki tenaga yang cukup……. cukup. Ya memang cukup. Secukupnya saja. Sehingga beberapa orang merasa mobil ini lemot.
Namun kelebihan mesin ini ada pada torsinya 14,6 kgm pada 2800 RPM. Torsi raksasa keluar di RPM yang rendah, seperti mobil diesel. Kami sangat suka karakter mesin seperti ini Mengakibatkan mobil ini sangat jarang stall dan Jago di tanjakan. Ketika pertama kali jalan dari posisi berhenti, tak perlu injak gas, cukup masuk gear 1, lepas kopling dan mobil akan jalan.


Ketika mesin mobil ini dinyalakan, akan terdengar suara starter yang khas, tidak ada mobil lain yang suara starternya seperti ini. Suara mesin mobil ini ketika berakselerasi juga sangat khas, “grrrueeeeeeenggggg” kira-kira begitu suara yang terdengan ketika mobil ini diinjak pedal gasnya agak dalam.
Mobil kami diberi minum bensi premium, Walaupun buku manual menyarankan “Oktan 90 atau lebih”. Namun hal itu bisa diakali dengan menggeser baut ini, sehingga dengan bensin premium pun tidak ada masalah apapun, termasuk knocking.

Posisi mengemudi juga nyaman. Pilar A sangat pas bentuk & posisinya, mengakibatkan mobil ini minim blind spot. Setir dengan hydraulic power steering cukup ringan dan feedbacknya cukup natural.
Top speed mobil ini sekitar 140 Kmph, di tol cipularang ketika ikut iring-iringan mobil jenazah tahun 2010 lalu.
Kelemahan lain mobil ini adalah, napas mesinnya habis di RPM 3000. Harap dimaklumi, ini salahsatu ciri mesin OHV.
Score: 8/10
___________________________________________________________________________________________________________________________
Functionality
Mobil ini adalah MPV. MPV 8 seater. Bukan 7 seater, 8 seater, seperti di brosur-brosurnya yang menggambarkan mobil ini diduduki 8 orang. Namun itu kondisi normal…..
Dulu mobil ini pernah mengangkut rombongan gereja. Row 1 diisi supir + 2 bocah, row 2 diisi 4 dewasa, row 3 diisi 4 dewasa. Jadilah 11 seater.

Karena ini MPV, harus dapat multi fungsi, dalam hal ini dapat mengangkut banyak barang juga. Mobil ini sering kami pakai untuk mengangkut belanjaan toko kami. Sebenarnya keluarga kami memiliki mobil pickup, seekor Datsun 620 taun 1979. Namun karena mobil itu sudah tua dan mulai banyak penyakit, tugasnya diambil alih oleh Kijang ini.
Beberapa kali mobil ini dimuati berkarung-karung barang dengan jumlah ekstrim ketika pulang belanja dari Pasar Baru Bandung. Row 3 dilipat, dipenuhi barang sampai batas bawah kaca belakang. Row 2 dilipat, disisakan tempat duduk untuk 1 orang, sisanya dipenuhi barang. Legroom penumpang row 1 juga dijejali barang. Pernah suatu kali ditilang Pak Pulisi sampe diomelin. “Ini mobil penumpang, bukan mobil barang! Kalau mau muat barang sebanyak begini mending beli Colt aja!!!”

Kisah lainnya, dulu di kota kami ada proyek pelebaran jalan dari 2 lajur jadi 4 lajur. Salahsatu rumah milik keluarga kami terkena gusuran selebar 2 meter. Terpaksa rumah itu dikepras bagian depannya. Untuk mengangkut pecahan temboknya, awalnya dipercayakan kepada Datsun 620. Namun melihat baknya yang ternyata sudah mulai keropos dimakan karat, kami tidak tega mengisi baknya sampai penuh, setengahnya saja. Agar pekerjaan tidak menjadi lambat, maka harus dikerahkan mobil bantuan. Daripada menyewa mobil pickup ke orang lain yang akhirnya menambah biaya, kami pakai saja Kijang ini. Row 3 dilipat, karpet bagasi dialasi koran. Kemudian pecahan tembok dimasukkan ke karung, lalu diangkut kedalam Kijang.
Terbukti Kijang ini dapat mengangkut apapun, seberat apapun, mungkin berkat penggunaan per daun. Kami suka per daun.

Score: 14/10
___________________________________________________________________________________________________________________________
Penutup
Mobil ini merupakan peninggalan jaman Gusdur yang masih cocok digunakan hingga saat ini. Desainnya yang tidak lekang dimakan usia, membuat mobil ini tidak terasa tua walaupun sebenarnya sudah agak tua. Kualitas bahannya pun sangat baik jika dibandingkan dengan MPV masa kini. Selain itu, mobil ini benar-benar MPV, Multi Purpose, bisa mengangkut apapun. Jadi, apabila anda membutuhkan MPV dengan harga 100 jutaan, kami lebih menyarankan anda beli mobil ini daripada mobil LGBT, errrr….. maksud kami LCGC yang 5+2=5 itu.

Average Score: 9,5/10
Terimakasih bagi anda yang sudah membaca review pertama kami yang cukup panjang, atau mungkin terlalu panjang ini. Mungkin review ini juga masih berantakan, kami baru pertama kali bikin review. Fotonya pun diambil di dalam garasi menggunakan Nokia Lumia 730. Mohon maap jika anda bosan membacanya….
Kami suka Kijang
