Setelah berhenti dijualnya Neo Baleno yang bentuknya mirip kecebong, Suzuki seakan membiarkan kelas yang sebenarnya pernah mereka cukup nikmati hanya dihuni oleh Vios dan City (dan mungkin Fiesta Sedan + M2 sedan?). Meski Baleno nameplate bukanlah hal yang asing di kuping kebanyakan orang, kini Suzuki memperkenalkan sedan terbaru mereka dengan nama yang baru, Ciaz.
Ciaz ini di kuping masih agak asing dan di jalan pun agak jarang (lebih karena saya ga pernah lihat SIS mengiklankan mobil ini sih). Selain itu, kelas small sedan pun seakan mau mati di Indonesia. Tapi, newest offering dari Suzuki ini cukup bikin saya penasaran and here it is my driving impression of Suzuki Ciaz A/T. Mohon maaf kalau fotonya kurang banyak, mungkin bisa dilihat di review om purrfect yang fotonya jauh lebih lengkap.
THE LOOK

Saya ga pernah suka bentuk Baleno apapun dari dulu. Baleno pertama lumayan boring, karena memang lawannya saat itu yaitu Soluna dan City SX8 pun tidak ada yang benar-benar cantik bentuknya. Baleno Next-G? Meh, too tall to be a proper sedan meskipun waktu itu City GD kecebong jauh lebih nyeleneh lagi. Neo Baleno? Mirip kecebong, proporsinya aneh.

Nah, the Ciaz tho. I think it looks good. The proportion menurut saya the best in class saat ini. It manages to look like a mid size sedan, too. Belakangnya agak mirip Honda City GM6 menurut saya, tapi saya tidak akan membicarakan siapa yang mengcopy siapa disini. Bentuk depannya juga cukup ganteng meskipun yaa khas bahasa desain Suzuki masa kini sekali, nothing new here.
Overall, mature and safe design. But looks the best in its class right now. Nice job Suzuki.
INSIDE

It's really spacious. Kursi-kursinya tebal dan nyaman. Meski begitu, desain dashboardnya tampak lebih cocok dipasang di MPV daripada sedan because, well, maybe it IS an MPV dashboard. No problem tho, karena masih lumayan enak dilihat. Kualitas material bisa saya bilang biasa saja, tapi fit and finishnya bagus. Gap-gap minim dan konsisten. Saya juga suka instrument clusternya yang berdesain rapi dan mudah dibaca. Interior Ciaz ini juga tidak minim fitur, ada climate control dan HU nya sudah bluetooth ready.


At the back, penumpang belakang akan sangat mengapresiasi leganya mobil ini. Posisi duduknya nyaman, dan lantainya almost flat. Meski begitu saya sangat menyayangkan tersunatnya kisi AC di belakang. Not a big deal sih, karena bahkan Civic saya saja tidak ada AC di belakang.
The boot is massive too. Sayang kursi belakang tampaknya tidak bisa dilipat for more space.
Overall, much like the outside, a safe design. Nothing new dan bisa dibilang setara dengan lawannya.
ANOTHER SUZUKI WITH K14B

Seperti Swift dan Ertiga, mobil ini digerakkan oleh mesin K14B yang bertenaga kurang dari 100 hp dan dipasangkan dengan AISIN 4AT. The performance? Well not good but not bad. Mesin K14B ini terasa lumayan punchy di rpm 2000-3000an, dan transmisinya memang lebih suka membiarkan mesin bekerja di rentang rpm itu. So the good news is, saya ga pernah merasa mobil ini underpowered. Transmisi 4AT ini terasa lebih pintar dari 4AT yang terpasang di Swift lama dan SX4, it’s more willing to downshift when you demand more power and the gear ratio is spot on. Perpindahan gigi bisa dibilang agak lambat, tapi slip bisa saya bilang cukup minim. Sayangnya, meskipun terasa cukup untuk sekedar berjalan di kota, if you ask for more from the engine you’ll get nothing. Flat out sampai 6000 rpm rasanya flat dan ya memang mobil ini bukan mobil yang kencang.

How about the chassis? Mobil ini nyaman, NVH nya oke, terasa nyaman. Lubang-lubang yang bikin FD saya upset dihadapi dengan lebih mature oleh mobil ini. Sayangnya, the boringness of the drivetrain juga ternyata terjadi disini. Stirnya ringan sekali, almost no feel seperti Honda-Honda baru dan gearingnya agak diset lambat. Padahal saya ingat Swift lama memiliki steering yang sangat sangat baik. Seperti mobil dengan torsion beam pada umumnya, terasa shimmy saat lewat jalan yang penuh undulation dan kalau saya rasa kok rasanya kurang rigid ya mobil ini? Dan untuk rem, saya bisa langsung tau kalau mobil ini pakai tromol di ban belakang saat pertama kali saya melakukan braking. Performa remnya biasa saja dan saya kurang suka biasnya. Untungnya, meskipun ia merupakan mobil yang nyaman, handlingnya masih bisa saya bilang lumayan bagus. Bodyroll ada tapi tidak banyak, dan grip masih oke lah. Meskipun begitu, untuk berkendara dengan agresif saya tidak bisa merekomendasikan mobil ini karena rem dan transmisi tidak memadai when you come to a corner a bit hot. Saya sempat mencoba memindahkan shifter dari D ke 2 saat mendekati tikungan dan rasanya perpindahan giginya terjadi dengan kecepatan bongkahan es di kutub selatan.
Overall, the driving is not memorable. Tapi ia merupakan mobil yang sensible dan nyaman untuk pemakaian daily. No major complaints tapi no major praises either.
CONCLUSION
Well this is not a kind of car I would buy. Tapi ketampanan mobil ini dan kenyamanannya saya yakin akan ada orang yang menyukai. Ditambah lagi ia adalah mobil termurah di kelasnya saat ini (298jt OTR Bandung, ada diskon). Ia juga ditemani program gratis jasa servis sampai 50rb KM tanpa batas waktu. Hmm sensible choice kan?
For me, if I’m told to buy a small sedan. I will buy a GM2 City.
If you need a fun Suzuki, buy a Swift Sport. Diskonnya 40 jutaan tuh.